Terkini

Detik-Detik Menegangkan Peraih Medali Emas dari Kaltim Terjebak Demonstrasi di Hong Kong

person access_time 5 years ago
Detik-Detik Menegangkan Peraih Medali Emas dari Kaltim Terjebak Demonstrasi di Hong Kong

Suasana evakuasi pelajar Kaltim di Hong Kong. (Sony Sudiar untuk kaltimkece.id)

Anak-anak Kaltim ini meraih prestasi tertinggi di pentas internasional. Tapi kenangan lain yang mungkin bakal lama diingat.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Selasa, 03 September 2019

kaltimkece.id Langit hitam pekat menyelimuti Hong Kong. Rintik hujan ditiup angin membasahi kening Sony Sudiar. Berita cuaca di ponsel pintarnya cukup mengkhawatirkan. Ada potensi besar badai taifun tingkat tiga bakal melanda.

Celakanya, Sony bersama anak bungsunya berusia 6 tahun, terjebak di kerumunan. Ada ribuan pendemo berseragam serba hitam menguasai jalanan. Kerusuhan dan tembakan gas air mata meneror sepanjang hari. Niat menjemput medali emas olimpiade matematika internasional pun ciut. Bukannya pulang dengan kebanggaan malah bisa berbuah petaka.

Demonstrasi besar memang terjadi di Hong Kong sejak beberapa periode belakangan. Ratusan ribu demonstran hampir tak pernah absen berunjuk rasa pada akhir pekan sejak awal Juni 2019. Aksi pertama dipicu rencana Hong Kong memberlakukan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi. Serangkaian demo pun menangguhkan RUU itu Juli lalu.

Sayangnya, hal itu tak membuat demo berhenti. Mengutip pemberitaan CNBC Indonesia, tuntutan para pendemo malah menyebar. Bukan lagi membatalkan penerapan RUU Ekstradisi. Tapi juga menuntut pengunduran diri Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam.

Sony sehari-hari mengajar di Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fispol) Universitas Mulawarman (Unmul). Ia sadar benar konsekuensi mendatangi Hong Kong yang sedang berkecamuk. Namun, niat mengantarkan si sulung berlaga di kancah Hongkong international Mathematical Olympiad (HKIMO) tak bisa dibendung. Akhirnya Sony berangkat membawa anak bungsunya pula.

Olimpiade tingkat pelajar tahun ini diikuti 2000-an peserta. Berasal dari 29 negara di tiga benua. Yaitu Asia, Eropa, dan Australia. Pelajar dari Kaltim turut mewakili Indonesia. Berasal dari Samarinda dan Balikpapan. Tiba di Hong Kong pada 29 Agustus 2019, sekitar pukul 23.30 waktu setempat.

Apartemen Lip Sheng Mansion di Hong Kong dipilih sebagai lokasi menginap. Jaraknya tak terlalu jauh dari jantung kota. Lokasi lomba di Sekolah Dasar Katolik Ling To. Sekitar 1,2 kilometer dari apartemen romobngan. Akses ke lokasi bisa dengan berjalan kaki atau menaiki monorail.  "Waktu kami survei, jalurnya aman dari pendemo karena tak dilewati," ucap Sony ketika dihubungi kaltimkece.id via sambungan telepon, Selasa, 3 September 2019. Saat itu Sony masih berkutat dengan situasi Hong Kong.

Sony tak menduga prediksinya meleset. Hanya selang beberapa jam, aksi berlanjut hingga pelaksanaan olimpiade, Sabtu malam, 31 Agustus 2019. Demonstrasi sempat membuat beberapa kontingen lain terganggu. Untungnya, kondisi itu tak membuyarkan konsentrasi kontingen Indonesia. Dengan gemilang, 15 pelajar Indonesia asal Kaltim berhasil menyabet berbagai medali dan penghargaan.

Merayakan kemenangan, rombongan memilih berjalan-jalan. Sony dan perwakilan Kaltim memilih istirahat di penginapan. Celakanya, saat hendak pulang menggunakan transportasi publik kereta listrik di Stasiun bawah tanah Tung Chung, rombongan terjebak kerumunan pendemo. Massa aksi kocar-kacir. Dipukul mundur polisi huru-hara. Gas air mata berseliweran. Menginvasi titik kumpul di Edinburg Palace hingga jalan dekat apartemen tempat rombongan menginap. "Ciri-ciri pendemo berkaus hitam, topi hitam, penutup muka, dan payung agar tak terlihat CCTV (closed circuit television)," urai Sony.

Di dalam gerbong, Sony berjejal dengan pendemo. Sampai akhirnya tiba di stasiun. Berdekatan dengan apartemen. Dari dalam apartemen, suasana jalanan di depan mata Sony begitu mencekam. Bentrok pecah dari pukul 15.00-23.00 waktu setempat. "Massa merusak beberapa fasilitas umum. Papan reklame, CCTV, dan tempat sampah," ungkapnya.

Tak disangka, demo kembali berkobar keesokan harinya. Sekitar pukul 17.00. Padahal saat itu jadwal penyerahan medali. Bertempat di gedung Asia World Expo. Berdekatan Bandara Internasional Hong Kong. Rombongan yang sudah siap dalam bus menuju lokasi dibuat kecewa. Sang sopir tak berani menerobos.

"Kami tidak beroperasi sampai bandara karena pendemo sudah memblok pintu masuk tol dan bandara," ucap Sony menirukan perkataan sopir.

Dari beberapa pemberitaan dan keterangan warga sekitar, pendemo memang sengaja memblokade akses fasilitas publik. Mulai jalan tol, stasiun, sampai bandara. Massa juga menggunakan strategi mengecoh polisi. Atribut serba hitam tak dipakai selama aksi berlangsung. Pendemo turut mengantongi pakaian lain berwarna-warni seperti warga umumnya. "Mereka coba mengkamuflase diri. Membaur.  setelah di lokasi pusat demo baru ganti pakaian serba hitam," katanya.

Siasat pendemo bikin situasi makin sulit. Rombongan yang mengambil moda alternatif kereta bawah, tanah rupanya tak steril dari pendemo. Ada pergerakan ke Edinburgh Palace. "Kami terjebak dalam kerumunan massa pendemo di Stasiun Tjung Chung. Awalnya ratusan massa datang dari berbagai penjuru dan bandara. Massa bergerak ke stasiun untuk melumpuhkan," tuturnya.

Bentrokan antara pendemo dan polisi tak terhindarkan. Massa menghancurkan pintu masuk stasiun. Demikian pula hydrant air sampai tembok yang dicorat-coret. Tapi aparat kembali memukul mundur massa. Digiring hingga ke jalanan. Termasuk Sony dan kawan-kawan yang terpaksa keluar stasiun.

Bus kontingen Filipina yang melintas menyadari rombongan Kaltim terjebak. Tapi mereka tak bisa berbuat banyak. Hampir semua jalan di pusat kota diblok. Ia pun meminta bantuan Konsulat Jendral Republik Indonesia di Hong Kong, Mandala Purba.

Rombongan diarahkan berjalan kaki ke titik aman. Lokasinya di sebuah masjid, sekitar 800 meter dari lokasi. Di sanalah titik penjemputan ditetapkan. Sialnya, jalan ke lokasi dibanjiri ribuan massa. Demonstran meneriakkan slogan Free Hong kong.

Warga Kaltim pun terjebak di lautan pendemo berkaus hitam. Tak gelagat yang mengancam. Tapi Sony kadung khawatir keselamatan anak bungsunya. "Kami juga khawatir dilepaskan gas air mata di kerumunan kami," katanya.

Setelah berjalan kaki lebih sejam, Sony dan belasan anak memasuki City Gate Mall. Bermaksud istirahat sejenak. Jaga-jaga pula jika cuaca semakin memburuk. "Anak-anak mulai kelelahan, trauma dan kelaparan. Dari siang belum makan," katanya.

Di sanalah mereka bertemu warga Indonesia lainnya. Berprofesi sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI). Seminggu sekali, warga perantauan tersebut memang berkumpul sambil masak santapan Tanah Air. Semangat solidaritas muncul. Di tengah hujan deras, Sony dan kawan-kawan diberi makanan. Roti dan air putih cukup mengganjal perut menunggu evakuasi mobil KJRI.

Tepat pukul 01.00 waktu setempat, kendaraan KJRI berhasil membawa rombongan ke apartemen. Hidangan yang sudah disiapkan tak sempat disantap saking lelahnya. Mengantisipasi kemacetan, saat kepulangan ke Kaltim hari ini, rombongan memilih berangkat sejak pukul 09.00, walaupun pesawat tinggal landas pukul 17.00.

Kontingen Indonesia dari Kaltim pulang dengan kepala tegak. Sebanyak 15 pelajar berhasil menyabet medali.  Yakni 5 emas, 7 perak, 2 perunggu, dan 1 merit. Satu di antaranya bahkan meraih gelar World Star dan Second Runner Up. Piala World Star dan Second Runner Up diraih pelajar kelas II atas nama M Edward L Rustan dari Sekolah Citra Kasih Samarinda.

Piala ini yang kedua bagi Edward. Yang pertama diraihnya tahun lalu. Bagi peraih medali emas, mendapatkan tiket lomba World International Mathematical Olympiad (WIMO) di Jepang pada Desember mendatang.

Adapun dari lima peraih medali emas, pelajar asal Kaltim peraih emas di antaranya Muhammad Roayna Azzam Muntaqo dari SMPIT Cordova dan Austen Dharmawan Chandra dari SD Santo Fransiskus Assisi. Kedua pelajar tersebut juga meraih emas di Thailand International Mathematical Olympiad (TIMO) 4 bulan lalu. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar