Terkini

Dua Kali Kebakaran dalam Sepekan, Ragam Musibah Ancam Kukar di Tengah Pandemi

person access_time 3 years ago
Dua Kali Kebakaran dalam Sepekan, Ragam Musibah Ancam Kukar di Tengah Pandemi

Aksi pemadaman pada musibah kebakaran di Tenggarong, 10 Februari 2021. (aldi budiaris/kaltimkece.id)

Selain kebakaran, bencana banjir termasuk ancaman yang mesti diwaspadai warga Kukar.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Jum'at, 12 Februari 2021

kaltimkece.id Di tengah gencarnya serangan pandemi Covid-19, masyarakat Kukar mesti ekstra waspada. Ancaman dari bencana lain tak kalah mengerikan. Bahkan tak kalah intens dari virus corona. Seperti dalam sepekan terakhir, musibah kebakaran menyerang dua kecamatan di kabupaten ini.

Pekan lalu, kebakaran di Kecamatan Sebulu menghanguskan 13 rumah. Rabu, 10 Februari 2021, kebakaran kembali terjadi di Tenggarong dan menghanguskan 5 bangunan.

Pelaksana Harian Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kukar, Mursidik, mengatakan bahwa penanggulangan bencana umumnya ditangani pemerintah, swasta, dan masyarakat.  

"Kami selaku bagian pemerintah telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan terstruktur dan sistematis, seperti antisipasi dan pasca bencana,” terang Mursidik kepada kaltimkece.id via sambungan telepon.

Mursidik kemudian mencontohkan peralatan keselamatan, pemadam kebakaran, SAR, dan logistik penunjang yang dikerahkan saat bencana. Termasuk kebutuhan bahan pokok makanan, khususnya bagi masyarakat terdampak bencana.

“Petugas penanggulangan bencana yang kami punya juga harus memiliki standar skill, pengalaman mumpuni, agar dapat memberikan respon cepat dan tepat bagi penanganan bencana. Contoh seperti kebakaran bangunan, hutan, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya,” lanjut Mursidik.

BPBD Kukar juga mengemukakan penanganan bencana dengan skema segita biru. Terdiri dari unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah disadari tak bisa sendirian dalam penanganan musibah. Apalagi dengan berbagai keterbatasan yang masih menghantui. Kontribusi swasta dan masyarakat pun menjadi begitu sentral dalam penanganan bencana.

“Seperti kebakaran dan banjir di daerah yang jauh dan sulit dijangkau dari pusat Tenggarong, kami mungkin perlu waktu untuk mencapai lokasi tersebut,” ungkapnya.

Menyiasati luasnya wilayah kabupaten ini, BPBD Kukar pun mengerahkan relawan yang terdiri dari unsur masyarakat. Tergabung dalam Balakarcana yang turut didukung pihak swasta. Sepuluh dari 18 kecamatan di Kukar, kini juga telah memiliki tim penanggulangan bencana dengan peralatan pendukung standar BPBD. Dibantu relawan yang memang sudah terlatih dan memiliki inventaris sendiri.

Dengan pola ini, menangani bencana di Kukar, menjadi makin efektif seiring partisipasi berbagai unsur. “Semua ini harusnya berdasarkan kesadaran bersama. Artinya, bencana tidak hanya ditangani pemerintah seorang diri, tetapi semuanya berperan vital," lanjut dia.

Relawan yang terdaftar di BPBD Kukar juga tak sedikit. Tercatat ada 50 balakarcana tersebar di sejumlah kecamatan dan desa. Seluruhnya juga berperan aktif melaksanakan penanganan bencana, seperti kebakaran dan banjir.

Meski demikian, Mursidik mengimbau seluruh masyarakat untuk terus berhati-hati dan mengantisipasi ancaman bencana yang bisa datang kapan saja. Apalagi dengan kebakaran yang umumnya disebabkan kelalaian. “Seperti karena lupa mematikan kompor, perangkat listrik, saat atau sebelum beraktivitas di dalam maupun luar ruangan,” jelasnya.

Selain kebakaran, banjir juga menjadi bencana yang patut diwaspadai serius. Masyarakat di permukiman rawan banjir, diimbau untuk lebih waspada. Apalagi saat curah hujan sedang tinggi. Sebagai langkah pencegahan, disarankan rutin untuk menjalankan pemantauan debit air secara langsung atau melihat informasi dari akun media sosial terpercaya milik pemerintah maupun individu.

Ancaman banjir berpotensi terjadi saat ini seiring tingginya intensitas hujan belakangan. Termasuk pada Jumat ini, 12 Februari 2021, dari pukul 08.00 Wita hingga siang hari, hujan deras mengguyur Tenggarong.

“Bila kondisi mengkhawatirkan, secepatnya mencari lokasi tinggi atau tempat mengungsi. Karena keselamatan jiwa paling utama,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar