Terkini

Fakta-Fakta yang Menguatkan Yusuf Hilang karena Terseret Banjir di Sistem Karang Asam Kecil

person access_time 4 years ago
Fakta-Fakta yang Menguatkan Yusuf Hilang karena Terseret Banjir di Sistem Karang Asam Kecil

Keluarga ketika melihat jenazah Yusuf di RSUD AW Sjahranie. (foto: istimewa)

Teka-teki hilangnya Yusuf hampir terjawab semuanya. Dugaan paling kuat adalah bocah empat tahun itu terseret banjir. 

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Minggu, 08 Desember 2019

kaltimkece.id Kaki Melisari, 31 tahun, segera lunglai begitu memasuki kamar jenazah RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Dipeluk erat suaminya, Bambang Sulistyo, perempuan tiga anak itu seketika menangis di ruang forensik. Tiga potong kain berupa baju dan celana anak dihampar di depannya. Jelas sekali bahwa baju, kaus dalam, dan celana tersebut adalah yang terakhir dikenakan putranya, Ahmad Yusuf Ghozali, 4 tahun. Tepat setengah bulan lalu, Yusuf menghilang di tempat penitipan anak.

Ahad, 8 Desember 2019, pukul 11.00 Wita, pasangan suami istri Bambang Sulistyo dan Melisari datang ke rumah sakit setelah menerima informasi penemuan jenazah anak-anak tanpa kepala. Jenazah tersebut ditemukan pada pukul 08.00 Wita oleh seorang warga di Jalan Pangeran Antasari II, Gang 3, RT 30, Kelurahan Teluk Lerong Ilir, Samarinda Ulu.

Adalah Ika, 30 tahun, yang melihat benda mencurigakan mengambang di sungai saat membuka jendela. Awalnya ia ragu, benda itu jenazah anak kecil atau hanya boneka. Ia lantas memberitahu orang rumah dan warga sekitar.

Seorang warga bernama Erki, 38 tahun, segera turun ke sungai untuk memastikan benda tersebut. Ternyata benar, tubuh tak bernyawa ini adalah manusia. “Kami segera melaporkan temuan ini kepada ketua RT dan diteruskan ke kepolisian dan Tim SAR," jelas Erki.

Dari keterangannya, dapat disimpulkan sementara bahwa jenazah tersebut sudah begitu lama terendam. Erki mendeskripsikan bahwa kondisi tubuh itu sebagian besar sudah hancur. Telapak di seluruh kaki dan tangan telah hilang. Demikian pula bagian kepala. Tangan kanan tinggal separuh meskipun baju dan celana tetap utuh. Sebagian tulang juga diketahui patah.

Pakaian yang masih melekat di tubuh jenazah juga dapat menggambarkan dugaan yang sama. Kaus merah tersebut dalam kondisi terkoyak. Robekan terbesar di bagian dada sebelah kiri. Begitu juga celana dan pakaian dalam jenazah yang sangat lusuh dan lapuk seperti karena terlalu lama terendam.

Dari pakaian yang menempel di tubuh balita tanpa kepala ini, dugaan segera mengarah kepada Ahmad Yusuf Ghozali. Bocah itu hilang pada Jumat, 22 November 2019. Yusuf raib tiba-tiba di tempat penitipan yang juga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Jannatul Athfaal. Lokasi hilangnya Yusuf adalah di Jalan Abdul Wahab Syahrani RT 12, Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu.

Sesuai Aliran Drainase

Pada hari Yusuf menghilang, kawasan di sekitar PAUD sedang terendam banjir. Dugaan awal, Yusuf kemungkinan terperosok ke parit di sekitar PAUD saat banjir. Menengok lokasi jenazah yang diduga Yusuf ditemukan, Sungai Karang Asam dan Jalan AW Sjahranie (tepatnya hingga Perumahan Villa Tamara) memang masih dalam satu jaringan drainase kota. Jaringan drainase ini disebut Sistem Karang Asam Kecil.

Baca juga:
 

Konsultan masterplan banjir Samarinda, Eko Wahyudi, membenarkan hal tersebut. Ia menjelaskan, ada empat sistem drainase di Samarinda yakni Sistem Karang Mumus, Karang Asam Besar, Karang Asam Kecil, dan  Palaran. Seluruh sistem ini bermuara di Sungai Mahakam. Adapun perbedaan sistem Karang Asam Besar dan Karang Asam Kecil, meskipun sama-sama bermuara di Sungai Karang Asam, adalah bagian hulu. Hulu Sungai Karang Asam Besar sepanjang 18 kilometer adalah di Jalan Pangeran Suryanata hingga Ring Road II. Sementara hulu Sungai Karang Asam Kecil dengan panjang 3 kilometer adalah Jalan AW Sjahranie dan sekitarnya.

“Ada dua aliran dari Villa Tamara menuju fly over. Yang pertama, langsung ke flyover, yang kedua ke Polder Air Hitam jika terjadi limpasan air yang berlebih,” jelasnya kepada kaltimkece.id, Minggu, 8 Desember 2019. Dari flyover, sistem Karang Asam Kecil mengarah ke belakang Universitas 17 Agustus 1945 di Jalan Ir Juanda. Aliran air kemudian menyeberangi jalan tepat di depan SPBU Juanda lalu masuk ke Jalan Siradj Salman.

“Aliran itu terus ke Jalan Antasari II yakni lokasi penemuan tadi dan bermuara di Teluk Lerong dekat Pasar Ijabah,” jelasnya.  

Eko tidak ingin berspekulasi mengenai begitu lamanya jenazah ditemukan, hingga 15 hari, meskipun aliran drainase hanya 5 kilometer panjangnya. “Yang jelas, kondisi drainase di Sistem Karang Asam Kecil penuh dengan sedimentasi. Jika tidak banjir, atau hanya dari limbah rumah tangga, (benda-benda besar) mungkin tertahan,” jelasnya.

Kepastian Jenazah Yusuf

Sebelum Yusuf menghilang pada Jumat sore, 22 November 2019, ia mengenakan kaus merah hati bergambar Tugu Monas. Lengan bajunya berwarna hitam, celana putih dengan sedikit corak biru. Satu set pakaian tersebut seragam dengan yang dikenakan jenazah balita yang ditemukan.

Lukman selaku perwakilan keluarga membenarkan bahwa sudah dipastikan jenazah tersebut adalah Yusuf. Pada Minggu sore, pukul 16.00 Wita, pihak keluarga telah memastikan bahwa celana dan kaus tersebut adalah 100 persen yang dikenakan Yusuf.

“Malam ini juga (Minggu malam) kami makamkan setelah serah terima di kepolisian. Kami menolak autopsi karena sudah terlalu lama,” terang paman Yusuf tersebut.

Kepala Kepolisian Resor Kota Samarinda, Komisaris Besar Polisi Arif Budiman, masih menanti kepastian bahwa mayat balita tanpa kepala itu adalah Ahmad Yusuf Ghozali. “Dari bukti-bukti pakaian memang agak identik. Tetapi, kami harus menunggu hasil dari dokter forensik sebelum memastikan jenazah tersebut adalah Yusuf," jelasnya. (*)

Dilengkapi oleh: Fel GM

Editor: Fel GM

Baca juga update dari berita ini, ketuk :
 
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar