Terkini

Gempa Bumi di Samarinda dan Reaksi Tepat di Tengah Kepanikan

person access_time 5 years ago
Gempa Bumi di Samarinda dan Reaksi Tepat di Tengah Kepanikan

Foto: Arditya Abdul Azis

Bumi yang tiba-tiba bergoyang mengejutkan warga di pesisir timur Kalimantan. Kepanikan pecah di mana-mana. 

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Jum'at, 28 September 2018

kaltimkece.id Azan magrib sebentar lagi berkumandang ketika Rizal Muliawan, 28 tahun, menyerahkan selembar uang Rp 100 ribu kepada kasir. Petang itu, dia memesan tiket untuk menonton film Aruna dan Lidahnya yang naik layar pada pukul 19.00 Wita. Belum lagi uang sampai di tangan karyawati Bioskop XXI BIG Mall Samarinda, sekujur gedung tiba-tiba bergetar. Kaca bioskop di lantai paling atas mal bergoyang-goyang. 

Jumat, 28 September 2018, pukul 18.05 Wita, Rizal pada mulanya berpikir getaran itu berasal dari suara game center di area bioskop. Dia mulai menaruh heran ketika lantai bergerak-gerak. “Saya sampai terasa mual," terang pemuda lajang yang berewokan itu kepada kaltimkece.id, sesaat setelah gempa bumi melanda sebagian wilayah di Kalimantan Timur. 

Beberapa petugas keamanan segera meminta pengunjung bioskop untuk keluar. Seluruh pintu, termasuk di ruang sinema, dibuka lebar-lebar. Meskipun dilanda kepanikan, para pengunjung lekas menuju pintu keluar. Hanya sekejap mata, eskalator mal sudah penuh manusia. Kepadatan itu membuat beberapa orang pingsan. Namun, tak sampai 5 menit, seluruh pengunjung berhasil dievakuasi ke pos pengamanan di Jalan Untung Suropati. Azan magrib yang sebelumnya sempat terhenti di bait ketiga, lamat-lamat berkumandang kembali. 

Beberapa menit kemudian, sejumlah mobil patroli polisi datang mengamankan situasi. Petugas mencegah penjarahan sekaligus membantu proses evakuasi. Tepat pukul 18.45 Wita, mal dikosongkan untuk keperluan inspeksi. Gerai-gerai baru dibuka lagi setelah semuanya dipastikan aman. 

Samarinda dan kota-kota di Kalimantan sebenarnya kawasan yang jarang terkena gempa bumi. Maka ketika bencana itu datang, kepanikan adalah hal yang lumrah. Namun, bukan berarti respons menyelamatkan diri kalah karena kalang kabut. Meskipun reaksi pengunjung BIG Mall belum sepenuhnya sesuai prosedur, upaya sigap para petugas sudah tepat. Ketika gempa bumi, warga harus keluar bangunan secepat mungkin dan mencari tanah lapang. Jika tidak sempat, bisa mencari perlindungan di bawah meja. Sekaligus menjauhi benda-benda berat seperti lemari yang mudah roboh. 

Kesigapan serupa juga tergambar di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda. Ujang Waliyan, 38 tahun, adalah seorang pembesuk ketika gempa bumi terjadi. Ujang menunggu kerabatnya yang hendak dioperasi di lantai empat Gedung Unit Gawat Darurat. Baru sekitar 15 menit duduk di ruang tunggu, getaran datang. Ujang mengira dia diserang vertigo. 

Namun getaran semakin membesar pada pukul 18.05 Wita. Ujang berlari mendatangi keluarganya di ruang rawat inap. Para pasien sudah panik. Petugas rumah sakit mulai berdatangan. Mereka berlari ke setiap ruangan pasien. Ujang pun diperintahkan mengevakuasi keluarganya keluar gedung. Senyampang itu, para pasien diminta tidak panik apalagi histeris. Begitu sampai di lantai satu, Ujang sudah berbaur dengan ratusan pasien dan pembesuk yang berebutan di pintu keluar. Petugas terus memberi arahan agar tidak terjadi penumpukan luar biasa. Kurang dari 5 menit, ratusan pengunjung dan pasien sudah di luar gedung.

Pada saat gempa bumi, setiap detik dan menit sangatlah berarti untuk menyelamatkan diri. Di RSUD AW Sjahranie, reaksi sigap itu berhasil ditunjukkan.

Dampak Donggala

Gempa bumi selama 2 menit di Kaltim berpusat di Donggala, Sulawesi Tengah. Kekuatan gempa luar biasa dahsyat, mencapai 7,7 skala Richter. Getarannya terasa hingga Berau, Bontang, Samarinda, Balikpapan, dan Penajam Paser Utara. Samarinda dan Balikpapan menjadi wilayah yang paling kuat merasakan gempa. 

"Alhamdulillah, untuk Kalimantan, tidak terdeteksi potensi tsunami," jelas Sutrisno, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Samarinda. Kepada kaltimkece.id, Sutrisno mengatakan bahwa BMKG Samarinda masih berusaha menghubungi BMKG Balikpapan untuk mengetahui kekuatan gempa di kedua kota. Monitor gempa memang berada di Balikpapan. 

Menukil catatan BMKG, Kaltim telah beberapa kali diguncang gempa bumi. Namun, kebanyakan di bawah 4 skala Richter sehingga tidak terasa. Paser, Bontang, dan Berau, pernah dilanda gempa. Yang paling besar tercatat adalah di Tarakan, Kalimantan Utara. Pada 21 Desember 2015, Pulau Tarakan bergetar oleh gempa berkekuatan 6,1 skala Richter. 

Baca juga:
 

Meskipun demikian, Kalimantan tetap wilayah dengan kerawanan gempa bumi paling kecil di Indonesia. Menurut BMKG, Pulau Kalimantan hanya 42 kali diguncang gempa sepanjang 1980 hingga 2013. Sangat sedikit dibandingkan Sumatra yakni 8.550 kali gempa pada lini masa yang sama.

Gempa Tektonik

Menurut penyebabnya, gempa bumi terdiri dari tiga jenis yaitu gempa bumi vulkanik, tektonik, dan runtuhan. Gempa bumi vulkanik, sesuai namanya, terjadi karena aktivitas vulkanis seperti erupsi gunung berapi. Sementara itu, gempa bumi tektonik disebabkan pergeseran kulit bumi. Jenis gempa terakhir adalah runtuhan, gempa yang disebabkan runtuhan bebatuan (Meteorologi Indonesia Volume II, 2006, hlm 12).

Gempa yang paling banyak mengguncang Indonesia, termasuk di Donggala, adalah gempa tektonik. Gempa ini disebabkan pergerakan pecahan kulit bumi. Kulit bumi atau litosfer terbentuk dari lapisan batuan yang relatif sangat tipis. Lapisan itu mudah pecah menjadi potongan kulit bumi yang tidak beraturan dan disebut lempeng tektonik. Lempengan ini akan bergerak karena pengaruh arus konveksi dari lapisan di bawahnya (Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta, 2007, hlm 60).

Ketika lempeng-lempeng tektonik saling bertemu, bertabrakan, atau berpisah, yang selanjutnya hadir adalah patahan dan gempa. Wilayah Indonesia yang menjadi pertemuan tiga lempeng akhirnya rawan terhadap bencana alam ini. Ketiga jalur lempeng tersebut adalah Lempeng Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia. Perjumpaan lempeng Eurasia dan Pasifik membujur di utara Papua hingga Maluku Utara. Lempeng Eurasia dan Indo-Australia membentang dari sebelah barat Sumatra, selatan Pulau Jawa, nusa tenggara, hingga Laut Banda (Penentuan Seismisitas dan Tingkat Risiko Gempa Bumi, 2013, hlm 2). 

Jalur lempeng itu tidak melintasi Kalimantan sehingga pulau ini cenderung aman dari gempa. Kalimantan juga tidak dilewati sabuk vulkanik aktif, dan karenanya, tidak ada gunung berapi aktif sebagai penyebab gempa vulkanik. 

BMKG Samarinda menjelaskan bahwa seluruh gempa bumi di Kalimantan disebabkan kondisi tektonik di sebelah timur pulau yang cukup kompleks. Gempa di Kaltara, kawasan yang paling rawan, disebabkan sesar atau patahan yang mengalami penurunan. Struktur patahan bergerak mendatar atau strike-slip fault. 

Jenis patahan mendatar ini berbeda dengan tumbukan atau merengkahnya lempengan antarbenua seperti di pertemuan tiga jalur lempeng di Indonesia. Di jalur itu, struktur patahan berbentuk reserve atau sesar naik. Patahan jenis ini pula yang menyebabkan gempa berskala 7 Skala Richter di Nusa Tenggara Barat, Minggu, 5 Agustus 2018 lalu. Patahan Kalimantan berbeda. Ia cenderung mendatar sehingga kekuatan gempa relatif kecil dan tanpa risiko tsunami. (*)

Editor: Fel GM
 
Senarai Kepustakaan
  • Tjasyono H.K, Bayong. 2006. Meteorologi Indonesia Volume II. Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta 
  • Hartono, 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra Praya.
  • Sili, Petrus Demon, 2013. Penentuan Seismisitas dan Tingkat Risiko Gempa Bumi. Malang: Universitas Brawijaya Press.
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar