Terkini

Jumlah Dokter di Kaltim Bisa Tangani 28 Ribu Pasien Covid-19, Tidak dengan Peralatan Medisnya

person access_time 4 years ago
Jumlah Dokter di Kaltim Bisa Tangani 28 Ribu Pasien Covid-19, Tidak dengan Peralatan Medisnya

Rapat daring antara Awang Faroek Ishak dan Gubernur Kaltim Isran Noor bersama jajaran FKPD. (Fel GM/kaltimkece.id)

Kemampuan Kaltim menangani Covid-19 harus diukur benar-benar.

Ditulis Oleh: Fel GM
Kamis, 09 April 2020

kaltimkece.id Ruang tengah kediaman Awang Faroek Ishak berubah menjadi tempat rapat sementara ketika telekonferensi hendak dimulai, Kamis pagi, 9 April 2020. Jejeran sofa telah diatur sedemikian rupa sehingga sebuah meja benar-benar di tengah ruangan. Di atas meja itu, kamera dan mikrofon diletakkan. Sementara layar televisi berukuran besar yang biasanya memutar programa berita, beralih fungsi menjadi monitor untuk telekonferensi.   

Sebagai anggota DPR RI yang mewakili Kaltim, Faroek menggagas rapat daring bersama gubernur dan forum koordinasi pemerintah daerah (FKPD). Rapat ini diikuti gubernur dan jajaran, ketua DPRD Kaltim, kepala Polda Kaltim, Pangdam VI/Mulawarman, kepala kejaksaan tinggi, ketua pengadilan tinggi, wali kota Balikpapan, serta ketua Ikatan Dokter Indonesia Kaltim.

Awang Faroek membuka rapat dengan menanyakan kesiapan Kaltim menghadapi pandemi Covid-19. Ia menyinggung fasilitas kesehatan, alat pelindung diri bagi tenaga medis, hingga sumber daya manusia di bidang kesehatan yang tersedia di Kaltim. 

Kepada Faroek, Gubernur Isran Noor menjelaskan bahwa sejumlah kebijakan telah diambil pemprov. Satu di antaranya yang terpenting adalah alokasi Rp 385,5 miliar dari APBD Kaltim untuk penanggulangan pandemi. Dana tersebut akan dibelanjakan untuk membeli peralatan kesehatan, suplemen untuk pasien, menyiapkan lokasi karantina darurat di tempat yang telah ditetapkan, serta insentif buat tenaga medis.

Baca Juga: Rp3 Miliar dari APBD Kaltim untuk 4.109 Pekerja yang Dirumahkan karena Pandemi Covid-19

"Kami belum mendapat konfirmasi dana Rp 70 triliun dari pemerintah pusat untuk penanggulangan Covid-19. Dana tersebut dibagikan kepada seluruh daerah termasuk Kaltim dan juga dipakai untuk penanggulangan Covid-19," terang Gubernur.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Andi Muhammad Ishak, menjelaskan bahwa sudah 2.400 alat rapid test yang diterima Kaltim. Sebanyak 1.313 alat tersebut telah dipakai di sepuluh kabupaten/kota di Kaltim. Hasilnya adalah 35 reaktif positif, sisanya negatif. Mereka yang positif berdasarkan uji cepat diambil sampel lendir untuk dites swab. Dari tes selanjutnya, barulah dapat ditentukan apakah ke-35 orang tersebut  terkonfirmasi positif Covid-19 atau tidak. 

"Sementara untuk pengadaan APD (alat pelindung diri) yang bersumber dari APBD, masih dipesan. Kami baru dapat 2.000 APD," terang Ishak. Adapun APD yang dikirimkan pemerintah pusat, sebanyak 6.250 unit dan sudah didistribusikan.

Kembali ke Awang Faroek, politikus Partai Nasional Demokrat ini menyoroti ketersediaan ventilator yang masih terbatas di Kaltim. Ventilator adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang mengalami sesak napas. Dalam banyak kasus Covid-19, pneumonia atau radang paru-paru yang menyebabkan kesulitan bernapas adalah penyebab utama pasien kehilangan nyawa.

Menurut Pelaksana Tugas Direktur RSUD AW Sjahranie, Samarinda, dr David Hariadi Masjhoer, rumah sakit memiliki dua ventilator. RSUD kemudian mendatangkan tiga unit baru. Ventilator yang ditempatkan di ruang isolasi Covid-19 sebanyak empat buah, sisanya untuk ruang ICU.

"Sejauh ini, tidak ada pasien Covid-19 yang sampai menggunakan ventilator. Semua pasien tidak memiliki keluhan berarti," jelas David yang dokter spesialis ortopedi itu.

Dia menambahkan, persediaan APBD di RSUD AW Sjahranie saat ini adalah 1.873 gaun alat pelindung diri, 312 masker N-95, dan 1.400 masker bedah. Di samping itu, rumah sakit terbesar di Kaltim ini tengah merawat empat pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Pasien yang pertama kali positif masih belum bisa dipulangkan walau sudah dirawat selama 27 hari. Uji laboratorium menunjukkan bahwa pasien tersebut baru sekali negatif Covid-19. Ia harus menunggu sekali hasil negatif lagi sebelum dinyatakan sembuh. 

Seberapa Besar Kemampuan Kaltim?

Dalam telekofenrensi, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Kaltim, dr Nataniel Tandirogang, tidak sempat berbicara karena keterbatasan waktu. Namun demikian, ia memberikan penjelasan kepada kaltimkece.id lewat sambungan telepon, dua jam selepas rapat daring.

Nataniel menjelaskan keadaan dokter di Kaltim. Saat ini, Bumi Etam memiliki 24 dokter spesialis paru yang tersebar di sembilan kabupaten/kota kecuali Mahakam Ulu. Kemudian dokter spesialis penyakit dalam sebanyak 74 orang, 70 spesialis anak, dan 55 spesialis anastesi (pembiusan). Total dokter spesialis di Kaltim sebanyak 728 orang. Ditambah 2.084 dokter umum, total tenaga dokter di Kaltim adalah 2.812.

Mengantisipasi meledaknya pandemi Covid-19, Pengurus Besar IDI telah mengeluarkan gerakan yang dinamakan "Dokter Semesta" (terinspirasi dari Sistem Pertahanan Rakyat Semesta). Lewat gerakan ini, semua dokter yang telah mendapat pelatihan khusus boleh menjadi dokter penanggung jawab pasien untuk Covid-19.

"Dengan jumlah dokter yang Kaltim miliki, hitungan kasarnya adalah Kaltim mampu menangani 28 ribu pasien. Asumsi perhitungan tersebut adalah satu dokter menangani 10 pasien," terang Nataniel. Angka itu sekali lagi hanya perkiraan awal tanpa memperhitungkan hari libur, shift kerja, termasuk tenaga medis yang tidak bisa bekerja andaikata terpapar pandemi. Dengan asumsi ini pula, pasien dengan penyakit selain Covid-19 tidak dapat ditangani.

Meskipun jumlah orang yang mampu dirawat terlihat besar, Nataniel menambahkan, tenaga medis bukanlah satu-satunya ukuran. Faktor yang lain seperti fasilitas kesehatan, ruang isolasi di rumah sakit, peralatan medis, dan alat pelindung diri, juga tak kalah menentukan. Dokter dan perawat tidak akan bisa menangani pasien yang tak tertampung di rumah sakit. Tenaga medis juga tak mungkin masuk ke zona merah jika tidak dilengkapi APD lengkap.

"Pemerintah memang bisa membangun rumah sakit darurat ketika pandemi semakin luas. Namun demikian, APD, PCR (laboratorium untuk uji Covid-19), hingga media transfer virus untuk mengambil sampel, nyatanya masih terbatas sampai hari ini," lanjutnya.

Tanpa kebijakan multidimensi dan keterlibatan seluruh pihak memutus penyebaran virus corona, lanjut Nataniel, Indonesia termasuk Kaltim bisa mengalami situasi serupa Italia. Di negara itu, dokter bak malaikat yang menentukan hidup dan matinya seseorang. Ketika fasilitas kesehatan dan peralatan medis sudah tak sebanding dengan jumlah pasien, dokter harus memilih pasien mana yang diselamatkan dan mana yang tidak.

"Yang juga harus diperhatikan adalah fasilitas kesehatan terdepan kita yakni puskesmas," jelas Nataniel. Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, tersebut, menilai bahwa petugas medis di puskesmas amat rentan terpapar Covid-19. Tidak semua dokter dan perawat di lini depan kesehatan masyarakat ini dilengkapi APD. Ketika ada pasien dengan gejala ringan Covid-19 datang memeriksakan diri ke puskesmas, merekalah yang paling duluan terpapar. (*)

 

Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar