Terkini

Kebakaran Lahan Teror Samarinda di Musim Penghujan

person access_time 5 years ago
Kebakaran Lahan Teror Samarinda di Musim Penghujan

Foto Ilustrasi: Wahyudi/AFP/Getty Images

El nino memberi dampak hingga ke Kaltim. Sisa periode musim penghujan dilewati tanpa curah hujan,

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Selasa, 05 Maret 2019

kaltimkece.id Beberapa pekan terakhir lingkungan media sosial Samarinda dihiasi informasi kebakaran lahan. Bahkan, pada Minggu, 3 Maret 2019, tercatat kebakaran lahan di empat lokasi.

Empat lokasi itu di antaranya kawasan Lobang Tiga, Kelurahan Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang; Jalan Irigasi, Kecamatan Palaran; Jalan Harun Nafsi, Samarinda Seberang; dan Kecamatan Makroman, tepat di belakang SMA 15 Samarinda. Semua kebakaran lahan terjadi akibat pembersihan oleh warga.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Samarinda Nursan menuturkan, awal 2019 ini personel damkar dan relawan cukup disibukkan kebakaran lahan. Hingga akhir Februari, tercatat 40 kebakaran lahan pada 2019 ini. “Bayangkan, setiap hari ada laporan soal kebakaran lahan,” ujarnya.

Suhu Samarinda sebulan terakhir kisaran 32 hingga 34 derajat celsius. Curah hujan cukup rendah. Daerah yang biasa ditumbuhi rerumputan menjadi kering. Hal ini biasa dimanfaatkan warga membersihkan lahan.

“Biasanya setelah rumput-rumput ditebas kemudian dibakar. Mayoritas ini yang menjadi  penyebab,” ujarnya.

Saat proses pembakaran sisa potongan rumput, api merembet ke daerah lain yang rumputnya juga kering. Saat itulah api sudah tak bisa ditangani warga. “Kami berkali-kali mengimbau warga jangan dulu membersihkan lahan dengan cara membakar. Cukup dipotong,” ujarnya.

Kebakaran lahan tak menutup kemungkinan meluasa. Bahkan mengancam permukiman bila sudah terlalu besar. Terlebih, tak sedikit lahan cukup dekat permukiman penduduk. Untung saja selama ini api bisa dijinakkan. “Yang daerahnya masih cukup banyak lahan terbuka biasanya digunakan untuk pertanian atau pembukaan daerah baru,” terang Nursan. Kawasan ini tersebar di sejumlah wilayah. Di antaranya Kecamatan Sambutan, Samarinda Utara, Samarinda Seberang, hingga Sungai Kunjang. Empat kecamatan tersebut yang hampir setiap hari ditemukan kebakaran lahan.

Untuk penanggulangan, di Samarinda sudah ditempatkan 11 posko. Tersebar di 10 kecamatan. “Posko kesebelas ditempatkan di TPA Bukit Pinang,” imbuhnya.

Belum Waktunya Kemarau

Tahun 2019 baru bulan ketiga. Hujan sudah tak mengguyur Kota Tepian dan sekitarnya sebulan terakhir. Padahal, dalam penghitungan saat ini, embusan monsum barat mestinya membuat Kaltim masih dalam musim penghujan. Hal tersebut dibenarkan Kepala Stasiun Meteorologi Samarinda, July Budi Kisworo.

Fenomena cuaca terik, kata dia, hanya terjadi di Kaltim. “Di wilayah Kalimantan yang lain seperti Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah terus diguyur hujan. Di Kaltim pun, khususnya Samarinda, curah hujannya cukup sedikit dalam sebulan terakhir,” urai July.

Problem cuaca di Samarinda, sedikit banyak adalah dampak el nino. Meskipun indeksnya masih 0,5. Level begini masih sebatas imbas. Berbeda dengan indeks 4 hingga 5 yang sudah berat. Embusan monsun barat yang menjadi faktor utama musim penghujan tak terlalu kuat di Kaltim. “Lagi-lagi khususnya Samarinda dan sekitarnya.”

Di daerah pasifik, yakni sekitar dua ribu kilometer dari Papua, sedang terjadi el nino dengan indeks kecil. Hal ini, lanjut dia, menyebabkan uap air berkurang di Kaltim. Kondisi ini diprediksi terjadi selama satu bulan ke depan. “Ada semacam perputaran angin dari Indonesia ke arah pasifik yang menyebabkan di sana hujan. Massa udara Kaltim tertarik ke sana,” pungkas July. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar