Terkini

Kondisi Warga GPIB di Kaltim setelah Dikaitkan Pandemi Covid-19 Menyusul Pertemuan di Bogor

person access_time 4 years ago
Kondisi Warga GPIB di Kaltim setelah Dikaitkan Pandemi Covid-19 Menyusul Pertemuan di Bogor

Aktivitas penyemprotan cairan disinfektan di GPIB Eben Haezer Samarinda pada 18 Maret 2020. (jonathan frans timothy untuk kaltimkece.id)

Sekitar 30-an perwakilan jemaat dari Kaltim mengikuti Persidangan Sinode Tahunan GPIB di Bogor pada 26-29 Februari 2020.

Ditulis Oleh: Bobby Lolowang
Sabtu, 21 Maret 2020

kaltimkece.id Nama Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat atau GPIB tengah ramai diperbincangkan. Asal muasalnya adalah pertemuan bertajuk persidangan sinode tahunan (PST) yang dihelat 26-29 Februari 2020 di Bogor, Jawa Barat. Disebut-sebut menjadi salah satu cluster sebaran virus corona atau Covid-19 di Indonesia.

Salah satu yang mencolok adalah Wali Kota Bogor Bima Arya. Ia dipastikan positif Covid-19 pada 19 Maret 2020. Melihat kegiatannya pada akhir Februari 2020, ia salah satu pejabat yang membuka pertemuan di Aston Bogor Hotel & Resort tersebut. Berbarengan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang belakangan statusnya negatif. Namun demikian, Bima Arya juga sempat melakukan perjalanan dinas ke Eropa Timur sebelum ditetapkan positif Covid-19.

Sebelumnya, kabar peserta PST terjangkit virus corona datang dari berbagai daerah. Di Kaltim, satu pasien positif diisolasi di RSUD Aji Muhammad Parikesit Kukar. Seorang perempuan usia 28 tahun.

Begitu statusnya dipastikan terjangkit virus corona pada 19 Maret 2020, Dinas Kesehatan Kaltim memantau kembali 19 orang di Balikpapan yang juga terdeteksi menghadiri PST. Ke-19 orang dimaksud sebelumnya berstatus orang dalam pemantauan atau ODP. Dalam waktu dekat, sebagaimana disebutkan Plt Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Andi M Ishak pada konferensi pers 19 Maret 2020, naik level menjadi pasien dalam pengawasan atau PDP.

Pasien-pasien positif Covid-19, berikut yang terdata dalam PDP di Kaltim, memang erat kaitannya dengan riwayat perjalanan ke Bogor. Pasalnya pada periode yang sama, ada pertemuan lain yang juga berlabel keagamaan di kota yang sama.

Pasien positif di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda memiliki riwayat di pertemuan itu. Menjalin kontak langsung dengan kasus meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Dua kasus positif terbaru di Balikpapan, juga memiliki riwayat yang sama.

Dibandingkan kegiatan PST, sejauh ini baru satu pasien positif di Kaltim dari riwayat pertemuan tersebut. Namun agenda tahunan GPIB itu tetap begitu deras dikaitkan sebaran pandemi Covid-19. Mendorong Majelis Sinode GPIB bereaksi. Melalui surat edaran nomor 9493/III-20/MS.XX, Majelis Sinode GPIB memberi pernyataan soal rentetan kabar Covid-19 yang dikaitkan PST 2020.

Dalam edaran yang ditandatangani Ketua Umum Pendeta Kariso Rumambi itu, disebutkan fakta empat warga GPIB meninggal dunia beberapa hari setelah mengikuti PST Bogor 2020. Namun demikian, dari keempatnya hanya dua yang sempat menjalani pemeriksaan Covid-19. Satu kasus meninggal dunia disebutkan pihak rumah sakit karena infeksi menular—tak dijelaskan rinci mengenai infeksi dimaksud. Sedangkan satu lainnya disebut bukan karena virus corona.

Hingga surat tersebut dibuat, terdata empat warga jemaat GPIB dinyatakan positif Covid-19. Keempatnya tengah menjalani perawatan dan dalam kondisi stabil. Sedangkan dua warga jemaat lain disebut menjalani tahapan isolasi namun belum mendapat penjelasan resmi mengenai statusnya.

Tentang PST

PST merupakan agenda tahunan GPIB yang terbentuk pada 31 Oktober 1948. Sejak lama, agenda tahun ini dijadwalkan 26-29 Februari di Bogor. Diikuti perwakilan jemaat GPIB se-Indonesia. Di Kaltim, jemaat GPIB terbagi tiga musyawarah pelayanan atau mupel. Mupel Kaltim I meliputi gereja-geraja GPIB di Balikpapan hingga Tanah Grogot, Paser. Sedangkan Mupel Kaltim II dari Handil, Kukar, hingga Sangatta, Kutai Timur. Kawasan Kaltim terakhir bergabung dalam Mupel Kaltara Berkat. Meliputi Berau dan gereja-gereja GPIB di Kaltara. Dalam satu mupel bisa berisi hingga 12 atau 13 gereja.

Kepada kaltimkece.id, Sekretaris Mupel Kaltim II GPIB, Roy G Lolong, menjelaskan bahwa PST Bogor 2020, diikuti 12 dari 13 perwakilan jemaat Mupel Kaltim II. Bukan hanya pendeta, tapi juga para diaken dan penatua atau biasa dikenal majelis gereja.

Nama-nama yang diutus mengikuti PST, adalah mereka yang ditetapkan masing-masing gereja. Lain hal dengan peserta notulen. Nama-nama tersebut ditetapkan langsung Majelis GPIB. Dan di Kaltim, terdapat tiga nama yang ketiganya bertugas di Mupel Kaltim II. Salah satunya seorang pendeta yang bertugas di Kutai Timur, di bawah koordinasi salah satu gereja di Tenggarong. Pendeta inilah pasien positif di RSUD Aji Muhammad Parikesit.

“PST adalah kependekan dari persidangan sinode tahunan. Kegiatan ini setahun sekali. Seharusnya wajib diikuti. Namun tetap menyesuaikan kondisi gereja apakah memungkinkan atau tidak untuk berangkat,” terang Roy, Jumat malam, 20 Maret 2020.

PST memiliki banyak agenda. Sehingga pelaksanaannya memakan waktu berhari-hari. Dari penyusunan program setahun ke depan, juga evaluasi kegiatan setahun belakangan. Maka, satu gereja dianjurkan mengirim perwakilan maksimal dua orang. Ketentuan itu di luar notulen yang jumlahnya 30-40 orang.

Lebih 600 Peserta

GPIB tersebar dari Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sumatra, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi. Berjumlah hingga lebih 360 gereja. Dengan angka tersebut, maka setidaknya PST Bogor 2020 diikuti sekitar 600 orang.  “Aktivitasnya memang intens di satu ruangan atau ballroom yang diikuti ke-600 peserta tersebut. Tapi dari beberapa sesi, dibagi-bagi lagi dalam rapat komisi sesuai bidang masing-masing. Dari pembahasan teologi, atau membahas keuangan gereja misalnya,” jelas Roy.

PST Bogor berakhir 29 Februari 2020. Ada yang kembali ke daerah masing-masing hari itu juga. Tak sedikit yang keesokannya. Ada pula yang beberapa hari kemudian. Waktu kepulangan memang kembali kepada masing-masing peserta. “Karena ada yang lanjut cuti kemudian lanjut jalan-jalan. Ada juga yang langsung pulang,” tambahnya.

Rombongan Mupel Kaltim II, terutama yang berasal dari Samarinda, kembali ke Kota Tepian pada 1 Maret 2020. Selebihnya, ada yang baru kembali tiga atau lima hari setelahnya. “Jadi memang berpisah. Tapi enggak banyak. Itu juga ada yang pulang lewat (Bandara) APT Pranoto Samarinda, ada yang lewat Balikpapan (Bandara Sepinggan).”

Isu Covid-19 Merebak

Tak ada yang menyangka pekan-pekan setelah PST, warga GPIB dikait-kaitkan pandemi Covid-19 di Tanah Air. Roy termasuk yang begitu kaget. Namun tak menutup mata dengan informasi-informasi yang berseliweran.

Majelis Sinode GPIB pun mengeluarkan edaran. Dari surat gembala hingga surat imbauan. Warga GPIB, terutama yang menghadiri PST, diingatkan untuk semakin aware. Mewaspadai kondisi kesehatannya dan berkoordinasi aktif dengan otoritas terkait.

“Ketika merebak kasus di Tenggarong, akhirnya ada yang mengisolasikan diri. Ada juga memeriksakan diri. Menahan diri untuk tidak beraktivitas di luar. Semua sadar. Dan sudah ada beberapa yang berkomunikasi dengan Dinas Kesehatan. Berada dalam pemantauan,” urai Roy.

Gereja-gereja pun mengeluarkan kebijakan. Didasari imbauan dari Majelis Sinode GPIB, Persatuan Gereja Indonesia (PGI) hingga edaran pemerintah. Sejumlah gereja meniadakan aktivitas. Termasuk ibadah minggu. Jemaat diminta beribadah di rumah masing-masing untuk sementara waktu.

“Virus corona memang bukan aib. Warga GPIB pun tak memilih untuk kena. Yang jelas kami sudah terbuka. Jika ada permintaan dari dinas kesehatan kami siap untuk itu,” imbuhnya.

Korban Perundungan

Pendeta Patricia Sapakoly merupakan satu dari 30-an perwakilan Kaltim di PST. Sejak kembali pada 29 Februari 2020, ia tak menunjukkan gejala mirip Covid-19. Sedari awal ia berinisiatif memeriksakan kesehatan. Namun lantaran tak memiliki gejala, permintaan pemeriksaan sempat tak dapat dipenuhi.

Pada Kamis malam, 19 Maret 2020, ia menerima pesan WhatsApp dari seorang polisi. Masih jemaat dari gereja yang ia pimpin di Sangasanga, Kukar. Dari pesan tersebut, tertulis sejumlah nama yang tak lain peserta PST Bogor 2020 dari Kukar.  Semula ia tak khawatir dengan pesan yang ia terima. Hingga keesokannya, nama-nama itu tersebar di masyarakat luas. “Bahkan di pasar yang semula orang-orang tidak kenal saya, menjadi tahu nama saya. Dan disebut-sebut positif virus corona,” sebut Patricia kepada kaltimkece.id.

Pesan berantai itupun bikin heboh. Patricia mulai mendapat kiriman gambar dari kenalannya. Berisi unggahan di media sosial dengan daftar namanya berikut peserta PST lain dari Kukar. Dilengkapi narasi mewaspadai nama-nama tersebut lantaran kaitannya dengan virus corona. Setelah memicu kehebohan, RSUD Aji Muihammad Parikesit mengeluarkan pemberitahuan bahwa pihaknya tak pernah menyebarkan daftar pasien, termasuk nama-nama ODP di kabupaten tersebut.

Atas kehebohan itu, Patricia yang juga penjabat ketua Mupel Kaltim II, memastikan warga GPIB yang mengikuti PST bersikap kooperatif dengan otoritas terkait. Selain berinisiatif memeriksakan diri, para peserta melakukan karantina mandiri. Ada yang atas arahan dinas kesehatan, ada pula karena inisiatif.

Kendati demikian, sejauh ini belum ada nama baru dari list peserta PST mengalami gejala mirip Covid-19. Ditarik dari tanggal kegiatan di Bogor, durasi inkubasi selama 14 hari telah terlewati. Selain satu kasus positif di Kukar, satu peserta dari Sangatta tengah menjalani isolasi di Bontang. Dari kabar terakhir, kondisinya sudah membaik.

“Yang lain semuanya fit dan semangat. Cuma memang masalah tekanan sosial dengan berita yang beredar. Fisik dan lainnya, semua sehat,” pungkasnya. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar