Terkini

Kronologis Kericuhan Unjuk Rasa di Kegubernuran Kaltim

person access_time 5 years ago
Kronologis Kericuhan Unjuk Rasa di Kegubernuran Kaltim

Foto: Ika Prida Rahmi (kaltimkece.id)

Wagub Kaltim dinilai tanpa solusi. Peserta aksi bertahan hingga tuntutan dipenuhi.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Senin, 08 April 2019

kaltimkece.id Aksi demonstrasi 62 aliansi mahasiswa se-Kaltim berlangsung di Kantor Gubernur Kaltim, Senin 8 April 2019. Aksi melibatkan 500 mahasiswa. Menamakan diri Aliansi Masyarakat Peduli Karst Kaltim atau AMPK.

Dalam orasinya, massa menyuarakan penolakan eksploitasi kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur dan Berau. Seperti sebelumnya, aksi pengunjuk rasa menolak pembangunan pabrik semen diwarnai kerusuhan.

Massa terlibat bentrok dengan aparat Kepolisian dan Satpol PP. Berawal saling dorong, lempar batu hingga gas air mata mewarnai demo.

Akibat aksi lemparan batu, sejumlah personel keamanan luka-luka. Lima anggota kepolisian, dua anggota Satpol PP terluka. Sepuluh mahasiswa juga ikut jadi korban bentrokan.

Kronologis

Pemberitahuan aksi unjuk rasa awalnya dijadwalkan Senin pukul 09.00 Wita. Namun, aksi unjuk rasa mundur dari jadwal semula. Ratusan personel dari jajaran Polresta Samarinda, dibantu ratusan personel Satpol PP, berjaga di kegubernuran Kaltim sejak 08.00 wita.

Ratusan mahasiswa gabungan dari Berau, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Samarinda, baru berkumpul di Taman Samarendah sekitar 12.30 Wita.

Dari titik kumpul, massa berjalan kaki menuju Kantor Gubernur Kaltim. Tiba sekitar pukul 13.00 Wita, massa tidak langsung orasi. Lebih dulu salat dzuhur berjamaah di pinggir jalan depan kegubernuran di Jalan Gajah Mada.

Aksi berlangsung setelahnya. Massa mulai melakukan pergerakan di depan pintu masuk kegubernuran. Poster-poster berisi penolakan pabrik semen dibentangkan. Massa juga meminta perwakilan pemerintah mendatangi pengunjuk rasa.

Sekitar 15 setelah orasi, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi langsung mendatangi kerumunan demonstran. Hadi ikut naik ke mobil pikap yang dijadikan panggung orasi pengunjuk rasa.

Dihadapan Wagub, koordinator lapangan AMPK, Armin Beni Pasapan, menyampaikan pernyataan aksi. Orasinya menegaskan sikap yang tidak anti dialog dengan pemerintah. Kelompok mahasiswa tersebut sudah bersurat ke Pemprov sejak Februari 2019. Massa meminta Pemprov melindungi karst di Kaltim dan menyelematkan ekosistem lingkungan. "Kami mahasiswa dan akademisi di universitas tidak bego," katanya.

Dari pernyataan itu sempat memicu ketegangan. Wagub Kaltim tampak melotot. Wajahnya memerah ketika Armin menyatakan Pemprov Kaltim takut dengan investor. "Kami sudah dua kali mengirim surat kepada Gubernur. Sudah mau turun aksi baru kami dipanggil dan dimohon-mohon. Berarti ada ketakutan dari pemerintah. Bahwa ketakutan investor menjadi benteng mereka," koarnya.

Di hadapan Hadi, ia meminta para pengunjuk rasa tak takut dan terprovokasi wajah Hadi yang tampak menahan emosi. "Jangan kendor. Jangan ada yang terprovokasi. Hari ini kita harus tetap berdiri di barisan untuk menyelamatkan Karst Sangkulirang Mangkalihat.”

Beni meminta Wagub Kaltim mengeluarkan pernyataan mencabut izin pabrik semen di hadapan massa. Demi menyelamatkan karst dan seluruh ekosistem di areal seluas 2,1 juta hektare itu. Massa siap melawan pemerintah tuntutan itu tak dipenuhi. "Kami akan melawan ketika hanya ada bahasa diplomatis dari pemerintah provinsi Kaltim," tegasnya.

Pernyataan itu bikin Hadi makin emosi. Pertanyaan yang dilontarkan tak satupun dijawab. Hadi hanya melotot dan menatap Beni yang berteriak di setiap orasinya. "Bagaimana Bapak (Hadi Mulyadi), apakah bisa memberi pernyataan? Bahwa hari ini Wagub berkomitmen membentuk Kaltim berdaulat. Menyelamatkan ekosistem di Karst Sangkulirang Mangkalihat," tambah Beni.

Dalam orasinya, Beni kembali mengatakan tindakan Hadi yang hanya diam dan memasang wajah marah, hanya bentuk intimidasi yang kerap diterima setiap demonstran unjuk rasa. Pernyataan itu akhirnya membuat Hadi angkat bicara. Di bawah terik matahari, Hadi menanggapi massa melalui pengeras suara yang disediakan kepolisian.

Namun, massa mencemooh sebelum sepatah kata terucap. Hadi pun tambah emosi. Dengan wajah merah, Wagub berbicara keras. "Kalau saya tidak boleh bicara, berarti tidak ada dialog. Kalau tidak ada dialog, untuk apa kita bertemu? Saya rakyat Kaltim juga."

Massa yang terus mencemooh Hadi, akhirnya terlibat gesekan dengan aparat. Aksi dorong dan saling pukul terjadi. Ricuh mereda ketika Hadi meminta aparat dan mahasiswa menahan diri. Bersabar dan memaafkan.

Hadi mengaku tak bisa langsung menolak pabrik semen. Butuh kajian dan proses untuk menolak perizinan pabrik. Pemprov tak bisa membuat keputusan tanpa data akurat dari demonstran. Kendati demikian, tuntutan demonstran dijanjikan masuk pertimbangan.

"Kalau tidak sesuai tentu kita tolak. Tenang aja, santai aja. Saya akan pelajari. Saya harus menggunakan asas demokrasi."

Setelah memberikan pernyataan, Hadi meninggalkan massa. Namun, para demonstran tidak mendapatkan solusi dari pernyataan Wagub "Kami ingin Pemprov mencabut izin IUP-IUP di kawasan Karst Mangkalihat. Ada ratusan IUP di sana dari dulu. Kami ingin Gubernur dan Wagub benar-benar mewujudkan Kaltim berdaulat dengan menolak pembangunan Pabrik Semen,” tambah Beni.

Orasi tersebut kembali memicu keributan. Kaca mobil pikap pengangkut sound system orasi ikut pecah. Aksi pun terhenti setelah korlap aksi kehilangan microphone. Sekitar 14.30 Wita, massa berisitirahat di sekitar tepian Sungai Mahakam.

Ditemui awak media saat kembali ke ruangannya, Hadi menyebutPemprov segera melakukan kunjungan ke Karst Sangkulirang Mangkalihat. Kepala dinas terkait diminta menyiapkan data valid terkait rencana pembangunan pabrik semen tersebut.

"Semua permasalahan dibahas dengan para OPD terkait. Tidak bisa langsung dicabut. Kami menerima para investor tapi tidak langsung memberikan izin," sebut Hadi.

Aksi Berlanjut

Sekitar 15.00 Wita, massa aksi kembali melakukan orasi di depan pagar masuk kantor gubernur. Aksi dorong pagar dilakukan. Kericuhan sekali lagi terjadi. Saling lempar batu tak terhindar. Beberapa kali kepolisian menembakan gas air mata ke arah massa.Aksi saling pukul pecah. Aparat menekan massa sampai ke ujung dermaga di Jalan Gajah Mada.

Hujan batu di kegubernuran membuat korban luka-luka berjatuhan. Berasal dari kubu aparat dan massa aksi. Kepala Satpol PP Kaltim I Gede Yusa, dan seorang personelnya, mengalami luka parah di bagian kaki. Keduanya dibawa ke Rumah Sakit Tentara untuk mendapat penanganan medis. Lima anggota polisi mengalami luka di kepala.

Sekitar 16.00 Wita, kericuhan dapat diredam. Tapi massa belum membubarkan diri. Aparat keamanan dengan kelengkapan lengkap tetap berjaga.

Humas aksi, Andi Muhammad Akbar, menyebut kericuhan antara massa aksi dengan aparat merupakan hal biasa. Namun, kali ini menjadi tak terhindarkan karena amarah massa marah yang kesal dengan sikap gubernur dan wagub Kaltim.

Namun demikian, pihaknya enggan dicap sebagai pemicu kerusuhan. Massa hanya melakukan orasi saat mendapat serangan yang memicu massa aksi balik membalas terjadi. "Bahkan saat kami mundur tetap dikejar aparat. Ada beberapa teman kami dilarikan ke rumah sakit. Termasuk motor teman-teman mengalami kerusakan," ungkapnya.

Ancaman Bermalam

Senin sore itu hujan sempat lama turun. Massa tetap bertahan. Kelompok mahasiswa ini gigih menunggu pernyataan Pemprov Kaltim mencabut izin pabrik semen di Karst Sangkulirang Mangkalihat.

Hingga 20.30 Wita, massa masih bertahan. Ancaman tidur di lokasi mengemuka hingga Pemprov Kaltim menuruti tuntutan mereka.

Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Kutai Timur dan Berau memiliki luas 1.867.676 hektare, sebagaimana tertuang di Pergub 67/2012. Sedangkan menurut data Balai Pelestarian Cagar Budaya Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat adalah 2,1 juta hektar. Dari data yang dipaparkan, ekosistem karst yang dilindungi itu dikelilingi berbagai izin usaha pertambangan. Rincian itu disadur dari pendataan Dinas Lingkungan Hidup Kaltim.

Baca juga:
 

Dari 193 izin usaha, ada 110 izin pertambangan. Juga 40 konsesi kehutanan, 46 pertambangan batu bara, 16 izin batu gamping, dan 1 pabrik semen. Menurut mahasiswa, ekosistem karst dengan fungsi ekologi dan hidrologi akan hancur jika pabrik tetap dibangun. Sumber air masyarakat bakal hilang. Kepunahan endemik, baik spesies lama maupun baru, ikut terancam. Mata pencaharian warga sebagai petani dan nelayan berpotensi tergusur. Dari sektor wisata, daya tarik pulau-pulau indah di Kutim dan Berau bakal tergerus. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar