Terkini

Mahalnya Kemarau di Long Apari, Sekarung Beras Tembus Rp 800 Ribu

person access_time 4 years ago
Mahalnya Kemarau di Long Apari, Sekarung Beras Tembus Rp 800 Ribu

Jembatan gantung di Kampung Tiong Ohang, ibu kota Kecamatan Long Apari, Kabupaten Mahakam Ulu (fel gm/kaltimkece.id)

Kemarau membuat Sungai Mahakam mengering. Warga di hulu sungai yang paling menderita. 

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Kamis, 08 Agustus 2019

kaltimkece.id Hari-hari tanpa hujan pasti datang saban tahun. Namun demikian, bagi masyarakat Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), terutama di kecamatan yang berbatasan dengan Malaysia, kemarau juga ditandai kenaikan harga yang luar biasa. Penyebabnya adalah suplai kebutuhan sehari-hari masyarakat yang terhambat. Sungai Mahakam, sebagai akses utama menuju daerah yang masuk kategori tertinggal, terluar, dan terdepan itu, tengah mengering.

Harga-harga kebutuhan pokok pun selangit seperti di Long Apari, kecamatan paling hulu di Sungai Mahakam. Awang Markus, warga Kampung Tiong Ohang, Long Apari, membenarkan hal tersebut. Kepada kaltimkece.id, Markus mengatakan, kemarau sudah dimulai sejak akhir Juni 2019. Biasanya, kata dia, siklus kemarau di Mahakam Ulu berlangsung dua pekan hingga satu bulan. Namun tahun ini, sudah lebih dari sebulan.

Kemarau yang lebih panjang dari biasanya membuat speed boat dan long boat, dua moda transportasi utama ke kecamatan, tak beroperasi sebulan terakhir. Padahal, sembako untuk Long Apari biasa diangkut oleh long boat dan speed boat. "Hasilnya, sembako naik semua," jelas Markus yang juga kepala SMA 1 Long Apari tersebut, Kamis, 8 Agustus 2019.

Menurut Markus, long boat dan speed boat kini hanya bisa bersandar di Muara Nyan di Kecamatan Long Pahangai, sekitar 100 kilometer dari Long Apari. Distribusi sembako akhirnya dipaksa melalui jalur darat. Kendaraan roda empat berangkat dari Kecamatan Long Bagun --ibu kota Mahulu-- sampai Kampung Long Lunuk di Kecamatan Long Pahangai. Waktu tempuh dari Long Bagun ke Long Lunuk melalui jalur darat adalah delapan sampai sepuluh jam. "Dari sana, ketinting (kapal motor kecil) yang melanjutkan ke sini (Long Apari)," terangnya.

Distribusi jalur ini disebut menambah ongkos angkut. Biaya sewa mobil dari Long Bagun ke Long Lunuk bisa menembus Rp 6 juta. Sangat mahal karena medannya begitu berat. Meskipun jalur darat berpermukaan tanah telah tersedia, belum dilengkapi jembatan di jalur-jalur yang melintasi anak Sungai Mahakam. Setidaknya ada empat titik terparah yang mesti dilewati. Keempat titik itu yakni Gunung Punan, Simpang Batu Kelo, Simpang Atuq, dan tiga gunung sebelum Kampung Long Tuyoq.

Baca juga:
 

Harga sembako pun melambung setinggi langit. Minyak goreng ukuran 5 liter, misalnya, naik dari Rp 95 ribu menjadi Rp 125 ribu. Gula pasir dari harga Rp 15 ribu per kilogram, menjadi Rp 27 ribu hingga Rp 30 ribu. Yang paling terasa adalah harga beras dan gas elpiji. Sekarung beras ukuran 25 kilogram, naik dari Rp 300 ribu menjadi Rp 800 ribu per karung. Tabung elpiji (isi ulang) ukuran 3 kilogram merangkak dari harga normal Rp 180 ribu menjadi Rp 300 ribu. Sementara, untuk elpiji ukuran 12 kilogram (isi ulang) naik lebih dua kali lipat, dari Rp 300 ribu menjadi Rp 700 ribu.

Sebagai perbandingan, harga minyak goreng 5 liter hanya Rp 70 ribu untuk eceran tertinggi di Samarinda. Sedangkan tabung elpiji 12 kilogram (isi ulang), eceran tertinggi hanya Rp 180 ribu. Itu berarti, harga sembako di Long Apari sudah empat kali lebih mahal dari Samarinda.

Berkurangnya debit air Sungai Mahakam juga menimbulkan kelangkaan bahan bakar minyak. Harga Premium dari Rp 6.450 (BBM satu harga) menjadi Rp 15 ribu per liter. Khusus BBM, Markus menyebut, stok di agen premium dan minyak solar (APMS) sudah habis. "Jadi, warga yang masih ada stok menjual Rp 15 ribu per liter," tuturnya.

Segera Rapat dengan Pemerintah

Kondisi yang dialami kecamatan terjauh di Mahakam Ulu mengundang perhatian legislatif. Ketua DPRD Mahulu, Novita Bulan, menuturkan, saat ini pemerintah melalui dinas teknis terkait mestinya mengambil tindakan. Politikus Partai Gerindra ini menjelaskan, sudah ada anggaran yang disiapkan untuk situasi seperti sekarang. Sumber dana, tepatnya, berasal dari program Subsidi Ongkos Angkut atau SOA.

"Subsidi ongkos angkut barang ditangani Bagian Ekonomi Pembangunan, Sekretariat Kabupaten Mahulu, sementara subsidi untuk penumpang ada di Dinas Perhubungan," ujarnya.

Untuk mengetahui progres penyaluran subsidi tersebut, Novita menyebut, DPRD akan rapat dengan dinas terkait pada Senin, 12 Agustus 2019. "Untuk mengetahui di mana kendalanya," ujarnya.

Novita juga menyarankan kecamatan-kecamatan berhubungan langsung dengan dinas terkait. Yakni Kecamatan Long Pahangai dan Long Apari.

Dalam siaran pers Pemkab Mahulu yang diterima kaltimkece.id, Yohanes Avun selaku sekretaris kabupaten menjelaskan prosedur penggunaan dana SOA. Mesti ada dasar surat dari kecamatan. Isinya mengenai ketersediaan stok yang menipis dan analisis perbedaan harga yang mulai mencolok dari harga seharusnya. Dari dasar surat itulah, akan ada keputusan bupati, yang menentukan keadaan yang dialami kecamatan terkait masuk kategori darurat. Setelah itu, tim dapat menginventarisasi ongkos angkut.

Mahasiswa Mahulu Desak Pemerintah

Situasi di Long Apari membuat Ikatan Mahasiswa Kabupaten Mahakam Ulu menyatakan sikap. Ketua ikatan tersebut, Stanislaus Nyopaq, meminta pemerintah segera memberi solusi jangka panjang mengingat kemarau adalah siklus tahunan.

"Selama ini, kami melihat pemerintah belum terjun ke lapangan," ujarnya. Apalagi, kata dia, harga sewa mobil yang sangat tinggi disebabkan jalur darat dari Long Bagun ke Long Lunuk masih rusak berat. "Maka dari itu, kami meminta pemerintah memprioritaskan pembangunan jalan yang layak dari ibu kota kabupaten hingga kecamatan terjauh," tutup mahasiswa yang berasal dari Kecamatan Long Apari ini. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar