Terkini

Menggali Setiap Detail Terduga Pemakan Kucing-2: Dibunuh di Plastik Berisi Air

person access_time 6 years ago
Menggali Setiap Detail Terduga Pemakan Kucing-2: Dibunuh di Plastik Berisi Air

Foto: istimewa.

Berbagai informasi diperoleh dari lokasi kejadian berikut keterangan para saksi. Informasi yang sangat-sangat mengejutkan.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Selasa, 25 September 2018

kaltimkece.id Hampir setiap sore, Wagimin, 70 tahun, melintasi Jalan Kehewanan bersama tumpukan plastik bekas yang ia kumpulkan sepanjang hari. Lelaki berkulit gelap dengan kumis tebal itu selalu menyapa Yuyun, 31 tahun, perempuan yang membuka jasa binatu di tepi jalan tersebut. Sapaan Wagimin selalu berbalas senyuman Yuyun. 

"Kami kadang-kadang ngobrol,” tutur Yuyun, tetangga jauh Wagimin, kepada kaltimkece.id pada Senin, 24 September 2018. Dia mengaku kaget mendengar isu bahwa Wagimin dan istri sirinya, Nana Abriani, 52 tahun, memakan kucing. Padahal, kata Yuyun, tidak ada yang aneh dengan pasangan yang tinggal di kolong Jembatan Kehewanan itu. Yuyun hanya mengaku sesekali mendengar dan melihat Nana berteriak sendirian di bawah jembatan. Dia tak terlalu menaruh heran dengan hal itu.

Tetangga yang lain adalah Regina. Perempuan berusia 30 tahun ini menjual perlengkapan dan makanan hewan peliharaan di Jalan Kehewanan. Berbeda dengan keterangan Yuyun, Regina mengaku sudah lama mendengar isu daging kucing. Dia bahkan mengenal orang yang pernah memergoki Nana menyiksa anak kucing hingga mati. Para saksi itu tak lain Shandi dan kawan-kawan yang mengintai Nana beberapa jam sebelum kabar ini beredar luas.

Baca juga:
 

Ketika ditemui kaltimkece.id pada Senin siang, 24 September 2018, Regina menghubungi rekan sesama pencinta kucing yang melihat peristiwa tersebut. Setelah menunggu 40 menit, mereka satu per satu datang. Yang pertama kali tiba adalah Shandi bersama istrinya. Disusul Mhadi, David, dan terakhir Ahmad Maulana. 

Shandi menyatakan masih menunggu hasil laboratorium. Pada mulanya, Shandi menemukan potongan daging dan pisau berlumur darah di kolong jembatan. “Kami tidak menuntut apa-apa, hanya ingin kebenaran. Gerakan ini murni karena kami pencinta kucing,” terang Shandi. 

Ahmad Maulana, 52 tahun, memberikan keterangan selanjutnya. Lelaki yang tinggal di Jalan Abdul Muthalib ini mengaku pernah memergoki Nana tengah menyiksa anak kucing. Maulana menyodorkan sebuah foto untuk menguatkan kata-katanya. Foto tersebut berisi seekor kucing yang telah mati di kantong plastik bening dan tergantung di kolong jembatan. Maulana mengatakan, melihat dengan mata kepalanya ketika Nana memasukkan kucing hidup ke plastik. Nana kemudian menuju tepi sungai. Plastik berisi kucing diceburkan hingga penuh dengan air. Setelah itu, plastik tersebut dikocok-kocok (digoyangkan dengan tangan berkali-kali). Kucing pun mati. 

Maulana yang melihat peristiwa itu segera menghampiri Nana. Ketika mendekat, dia melihat sebilah pisau tergeletak di samping perempuan tersebut. Maulana kemudian menghardik Nana sekaligus meminta bangkai kucing untuk dikubur. “Eh, saya malah dimarahi dan dibilang gila,” jelasnya. Menurut Maulana, Nana berkata bahwa kucing itu hanya dimandikan. Padahal, sambungnya, jelas sekali kucing itu sudah mati di dalam plastik. 

Selepas memberikan kesaksian, Shandi dan kawan-kawan mengajak kaltimkece.id menuju kolong jembatan. Nana rupanya telah kembali pada Senin sore itu. Dia sedang melipat pakaian. Shandi kemudian menyapa, "Sudah pulang, Bu? Bapak mana?" 

“Bapak masih di sana (Dinsos)," jawab Nana. 

"Ini lagi besimpun (berkemas). Diajak Pak Jaang (Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang) ngurusi kebun. Aku mau dikasih tempat tinggal," tutur Nana, masih melipat pakaian.

Senyampang itu, dua rekan Shandi bernama David dan Mhadi memeriksa dinding jembatan yang diduga penuh bercak darah. Noda itu baru kelihatan setelah disoroti senter. Dinding itu (sebenarnya bagian bawah bentang jembatan) sangatlah gelap.

kaltimkece.id menanyakan bercak tersebut kepada Nana. Namun, perempuan yang diduga menyiksa kucing ini memilih tak banyak berkata-kata. Untuk setiap pertanyaan, Nana hanya menjawab, “Saya tidak pernah makan kucing.” 

Kuburan Kucing

Seorang anak berusia 11 tahun bernama Hafidz tiba-tiba datang ketika Shandi dan kawan-kawan memeriksa bercak yang diduga darah yang mengering. Bocah kelas 5 SD itu mengaku telah mengikuti Shandi dan kawan-kawan sedari tadi. Pengakuan Hafidz kemudian membuat mereka terkejut. Hafidz pernah melihat Nana memakan kepala kucing di dekat pembakaran. Dia juga menyaksikan Nana mengubur bangkai kucing. Bukan sekali, melainkan berkali-kali. Dalam keterangannya, Hafidz mengatakan bangkai kucing ditanam di kolong jembatan. 

"Saya berani bersumpah. Dikubur di sana, di sana, dan di sana," ucap Hafidz seraya menunjuk lokasi yang dia maksud. 

Mendengar informasi itu, Mhadi dan Shandi segera menggali tanah. Mereka menggunakan linggis yang dipinjam dari warga sekitar. Setelah lima kali mencongkel, seekor bangkai anak kucing ditemukan sudah membusuk. 

"Nah, betul ‘kan, Om? Cangkul saja semua tanah di sini. Banyak bangkai kucing," tutur Hafidz setelah berhasil membuktikan perkataannya. Mhadi dan Shandi kemudian mengubur kembali bangkai kucing tersebut. Namun, ketika hendak memeriksa lokasi yang lain, Nana tiba-tiba datang. Dia telah selesai berkemas. Tak ingin mengganggunya, kaltimkece.id, Hafidz, serta Shandi dan kawan-kawan meninggalkan kolong jembatan itu.

“Kebenarannya segera terungkap dari hasil uji laboratorium beberapa hari lagi,” tutur Shandi ketika menjauh dari Jembatan Kehewanan. Untuk dugaan penyiksaan, keterangan saksi ditambah dokumentasi serta lokasi penguburan kucing, telah ditemukan. Sementara untuk dugaan memakan daging kucing, hasil tes dari daging yang didapatkan di sekitar pembakaran akan mengonfirmasinya. Shandi dan kawan-kawan yakin, pengungkapan misteri ini hanya tinggal menunggu waktu. (*)

Editor: Fel GM

 

Baca juga bagian pertama berita:
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar