Terkini

Meroketnya Pasien Covid-19 di Balikpapan, Rumah Sakit Kehabisan Ruang ICU, SOP pun Berantakan

person access_time 3 years ago
Meroketnya Pasien Covid-19 di Balikpapan, Rumah Sakit Kehabisan Ruang ICU, SOP pun Berantakan

RSKD Balikpapan sudah tak menyisakan ruang ICU untuk pasien Covid-19. (surya aditya/kaltimkece.id)

Meledaknya pasien Covid-19 membuat penanganan di rumah sakit terpaksa melangkahi prosedur.

Ditulis Oleh: Surya Aditya
Kamis, 04 Februari 2021

kaltimkece.id Ruang fasilitas penanganan Covid-19 di seluruh rumah sakit Balikpapan kian memprihatinkan. Fasilitas yang tersedia tak lagi kuasa menangani kasus yang terus bermunculan. Seluruh ruang Intensive Care Unit (ICU) telah penuh. Pengobatan pun dilakukan ala kadarnya.

Dinas Kesehatan Balikpapan mendata 11 rumah sakit memiliki ruang isolasi Covid-19 di kota ini. Seluruhnya dilengkapi 492 tempat tidur. Dan pada 2 Februari 2021, sebanyak 436 tempat tidur sudah terisi. Menyisakan hanya 47 tempat tidur lagi.

Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Kaltim, Edy Iskandar, mengatakan bahwa ruang isolasi di Balikpapan kini sudah tidak layak pakai. Penggunaannya disebut sudah jauh dari standard operating procedure (SOP).

“Biasanya begitu pasien (Covid-19) keluar harus dinetralisirkan dulu, harus disemprot disinfektan dulu, jadi perlu waktu. Nah, ini sudah enggak. Begitu keluar langsung masuk lagi pasien,” kata Edy yang juga direktur RSUD Kanudjoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan, kepada kaltimkece.id, Kamis, 4 Februari 2021.

Dari 11 rumah sakit tersebut, ada tujuh yang dilengkapi ruang ICU Covid-19. Sebanyak 37 tempat tidur telah terisi dari 38 yang tersedia. Namun per Kamis ini, satu yang tersisa di RSKD tersebut, sudah kembali terisi. “Di sini (RSKD) sudah ada 17 tempat tidur untuk ICU Covid-19. Nah, ini penuh,” ucap Edy.

“Kalau kapasitas mestinya hanya 80 persen. Standarnya kalau bagus segitu. Jadi tidak boleh diisi terlalu penuh. Ini (sekarang) sudah hampir 100 persen, sudah over,” lanjutnya.

Over kapasitas disebabkan kasus Covid-19 di Balikpapan yang melonjak tajam. Situasi ini mulai terjadi awal Januari lalu. Grafik peningkatan pasien meningkat. “Dan sampai hari ini betul-betul luar biasa,” sebutnya.

Situasi inipun jadi anomali. Pasalnya, sudah sejak pertengahan Januari lalu Pemkot Balikpapan menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Namun nyatanya, kasus baru terus ditemukan. “Artinya kan enggak efisien, enggak efektif itu. Enggak sukses lah,” lanjut dia.

Menurut Edy, rendahnya efektivitas PPKM di Balikpapan dipicu tak ikut sertanya daerah di kota ini menerapkan kebijakan serupa. “Akhirnya rumah sakit sebagai hilirnya menanggung semua dampaknya untuk membantu semua masyarakat yang sakit. Kalau hulunya bisa dibendung, rumah sakit, ya, bisa menangani dengan baik,” tambahnya.

Meroketnya jumlah pasien pun membuat penanganan terpaksa dilakukan tak lazim. Ketika pasien memerlukan ruang ICU, terpaksa harus menunggu di ruang isolasi karena terlanjur penuh. Itupun jika masih ada tempat tersedia di ruang isolasi. Jika ruang isolasi pun penuh, terpaksa menjalani perawatan di unit gawat darurat (UGD) yang mestinya untuk pasien umum. “Minimal (dikasih) oksigen, lah. Sampai nanti kalau ICU kosong baru dipindahin,” tuturnya.

Situasi makin pelik ketika pasien Covid-19 mengalami gangguan penyakit sangat berat yang membutuhkan high flow nasal cannula atau HFNC. Di Balikpapan, kata Edy, alat bantu pernapasan bertekanan tinggi tersebut cuma ada di RSKD. Itupun sangat terbatas. “Untuk mendapatkan HFNC dan ventilator harus gantian menunggu,” katanya.

Di tengah situasi tersebut, rumah sakit masih harus dihadapkan tenaga kesehatan yang timbang karena terpapar virus corona. Penanganan pasien pun menjadi kian sulit. “Karena mereka lelah, jadi gampang tertular. Terus juga di sini kan tempatnya Covid-19, jadi kemungkinan tertular tinggi,” ucapnya.

Menyiasati hal tersebut, RSKD sedang melakukan perekrutan perawat baru. Masalah fasilitas kesehatan juga sudah dilaporkan kepada Gubernur Kaltim Isran Noor. “Bapak Gubernur sudah menyetujui penambahan ICU dengan kapasitas 40 bed di RSKD ini. Paling akhir bulan ini sudah bisa digunakan,” imbuhnya.

Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi membenarkan soal penambahan ruang ICU di RSKD. “Kira-kira dua minggu persiapannya,” kata Rizal dikonfirmasi terpisah.

Selain RSKD, penambahan juga diusulkan untuk RSUD Beriman dan Rumah Sakit Tentara Dr R Hardjanto untuk ditambah ruang ICU.  “Sementara yang Rumah Sakit Pertamina kami minta dukungan ke Pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama, komisaris utama Pertamina). Dia sudah memerintahkan direktur Rumah Sakit Pertamina menambah ruang ICU dan alat-alatnya. Ini untuk menambah fasilitas ICU kita,” beber wali kota.

PPKM yang Tak Efektif

Rizal Effendi tak menutup telinga atas keluhan rendahnya efektivitas PPKM. Rizal juga tak bisa menyalahkan jika daerah lain di sekitar Balikpapan belum menerapkan PPKM. “Karena masing-masing daerah punya kreasi (cara menangani Covid-19) sendiri. Tapi di Samarinda, katanya, jam malamnya sudah diperketat,” tuturnya.

Rizal juga mendukung langkah Pemprov Kaltim membuat kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah setiap Sabtu dan Minggu. Meskipun, belum diketahui eksekusi maupun detail dari kebijakan dimaksud.

“Kita tunggu saja. Paling malam ini atau besok (Jumat, 5 Februari) pagi sudah keluar instruksinya itu,” katanya.

Untuk diketahui, berdasarkan data Dinas Kesehatan Balikpapan, pada Desember 2020, terdapat 1.444 kasus Covid-19 di Kota Beriman. Naik dua kali lipat lebih pada Januari 2021 ini sebanyak 3.907 kasus. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar