Terkini

Penantian Panjang SMP 38 yang Tak Sesuai Ekspektasi

person access_time 5 years ago
Penantian Panjang SMP 38 yang Tak Sesuai Ekspektasi

Jalan masuk SMP 38 Samarinda. (ell jiwon/kaltimkece.id)

Hampir 15 tahun sekolah ini menanti gedung milik sendiri. Setelah tercapai, giliran akses masuk yang tak dipunyai.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Sabtu, 03 Agustus 2019

kaltimkece.id Matahari masih malu-malu menampakkan diri pada suatu pagi pertengahan Juli 2019. Hujan baru saja membasahi Jalan Jakarta I, Kelurahan Loa Bakung, Sungai Kunjang. Seperti pagi-pagi sebelumnya, suata jalan setapak selebar dua meter di salah satu sudut jalan sudah dipenuhi pelajar SMP SMP 38 Samarinda.

Sekolah dengan 400-an pelajar tersebut berada di ujung jalan setapak itu. Kondisi jalan pagi itu penuh lumpur akibat guyuran hujan. Puluhan  sepeda motor menurunkan kecepatan. Salah satu di antaranya adalah Refilia Safitri. Menunggangi Honda Vario Techno 125 miliknya, perempuan berjilbab itu membonceng Zahra Galuh Ayu, putri sulungnya.

Di sebuah turunan, antrean kendaraan sudah begitu padat. Saking licinnya jalan, rem sepeda motor ibu dua anak itu tak mempan menghentikan laju. “Seperti sudah bisa diprediksi, saya dan Zahra terjatuh dari sepeda motor akibat ban selip,” terangnya saat dihubungi kaltimkece.id pada Sabtu siang, 3 Juli 2019.

Kejadian seperti itu tak hanya menimpa Refilia dan Zahra. Beberapa kali orangtua siswa sekolah tersebut terjerembab akibat jalan licin setelah hujan. Kejadian serupa bahkan kerap terjadi pula saat jalan kering. Seperti dialami awak media ini ketika meninjau langsung kodisi akses sekolah tersebut. Kerikil bercampur pasir di sepanjang jalan membuat ban sepeda motor yang ditunggangi mengalami selip.

Dalam cuplikan video yang diterima kaltimkece.id dari Refilia, tampak kondisi jalan sekolah tersebut setelah hujan mengguyur. Para anak didik mesti merelakan sepatu dan celana kotor. Lumpur di mana-mana. Ada kotor sampai kemeja setelah terpeleset di jalan lumpur.   

Pemandangan tersebut menjadi ironi ketika melihat bangunan SMP 38 yang berdiri megah. Gedung bercat putih biru itu mengusung arsitektur minimalis. Begitu rapi. Halaman sekolah dicor. Namun, di balik kemegahan itu masih tersimpan masalah yang juga serius. Hingga saat ini, gedung tersebut belum dialiri listrik dan air bersih. Padahal, dua komponen tersebut termasuk unsur penting dalam proses belajar-mengajar.

Disebutkan Refilia, bangunan baru mulai digunakan pada tahun ajaran 2019/2020 atau tepatnya Juli lalu. Sebelumnya, pelajar SMP 38 menumpang di SD 27 Loa Bakung. Sudah berlangsung sejak 2004. Yang berarti, penantian memiliki gedung sendiri sudah berlangsung hampir 15 tahun. Sayang, penantian panjang belum diikuti akhir yang bahagia. “Dari yang saya dengar, ada bagian dari jalan itu yang belum dibebaskan,” tuturnya.

Disdik Sudah Tinjau

Kabar kelam SMP 38 sudah sampai di telinga Kepala Dinas Pendidikan Samarinda Asli Nuryadin. Kepda kaltimkece.id, Asli mengklaim sudah memberi perhatian kepada sekolah-sekolah di pinggir kota. Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Samarinda sebagai organisasi perangkat daerah yang bertugas membangun infrastruktur telah dilangsungkan.

Sedangkan khusus SMP 38, disebut memiliki satu akses lain. Letaknya di belakang sekolah. Namun, kontur jalan masih terlalu curam. Sedangkanuntuk sambungan listrik dan air, disebutkan mantan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Samarinda, sudah dikoordinasikannya dengan PLN dan PDAM. “Tapi, PLN dan PDAM baru bisa menyambung jaringan apabila sudah ada jalan masuk,” tuturnya. Secara teknis, PLN mesti mengetahui kejelasan lahan yang akan didirikan tiang listrik. Begitu pun untuk sambungan pipa PDAM. Akses yang selama ini menjadi jalur masuk siswa, adalah lahan yang kepemilikannya belum dibebaskan Pemkot Samarinda. Maka untuk sementara, aliran air di SMP 38 menggunakan sumur bor dan tadah hujan.

Asli berharap permasalahan ini tak mengurangi semangat para siswa tetap bersekolah. Pemerintah terus berupaya menyelesaikan permasalahan. Dengan demikian, baik pihak sekolah dan pemilik lahan bisa saling mendukung. Apalagi, dari penuturan kepala SMP 38 Samarinda, Hadijah, akses jalan tersebut sempat ditutup pemilik lahan.

Wali Kota Berang

Pembangunan gedung SMP 38 Samarinda dimulai 2013. Namun, pada 2015 pembangunan sempat terhenti lantaran anggaran Pemkot Samarinda terbatas. Proyek pembangunan gedung kembali dikucurkan pada 2018. Untuk penyelesaian, dikucurkan anggaran Rp 4,7 miliar.

Masalah akses SMP 38 pun disesalkan Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang. Dia memastikan jalan akses segera dibangun. Segala permasalahan akan diselesaikan. “Akan dilakukan penyemenan menggunakan APBD perubahan Samarinda 2019,” ujarnya saat ditemui Sabtu pagi, 3 Juli 2019.

Jaang menginstruksikan Asisten II Sekkot Samarinda Endang Liansyah mengawal agenda tersebut. Apalagi mestinya akses itu selesai tahun lalu. “Soalnya itu satu paket dengan pengerjaan lainnya,” ujar Jaang.

Disebutkan Jaang, semula proyek tersebut ditangani pejabat dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang atau PUPR. Namun kegiatan tak dilaksanakan dengan benar. Empat oknum yang bertanggung jawab pun sudah dikenai sanksi. “ Dicopot dari jabatannya dan kini diperiksa inspektorat,” kata Jaang.

Asssisten II Sekkot Samarinda Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Endang Liansyah, menambahkan bahwa semenisasi jalan masuk SMP 38 segera berpogres. Tim dari Pemkot Samarinda sudah menemui pihak yang mengusai tanah yang akan dilintasi ke SMP 38. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar