Terkini

Polisi Duga Yusuf Terperosok ke Parit, Temukan Kulit Reptil di Jenazah

person access_time 4 years ago
Polisi Duga Yusuf Terperosok ke Parit, Temukan Kulit Reptil di Jenazah

Penyelidikan polisi di lokasi penemuan jenazah balita tanpa kepala. (giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Polisi masih menanti hasil tes DNA sebelum berasumsi lebih jauh atas penemuan balita tanpa kepala pada Minggu, 8 Desember 2019, di Samarinda.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Selasa, 10 Desember 2019

kaltimkece.id Lokasi ditemukannya jenazah balita dengan beberapa bagian tubuh tak lengkap, merupakan sungai selebar enam meter. Terletak di Jalan Pangeran Antasari II, Gang 3, RT 30, Kelurahan Teluk Lerong Ilir, Samarinda Ulu. Diduga jasad balita tersebut adalah Ahmad Yusuf Ghozali, berusia 4 tahun.

Sungai tersebut berada di tengah permukiman padat penduduk. Kiri dan kanannya jejeran rumah warga yang dibangun dari kayu.

Selasa, 10 Desember 2019 pukul 10.00 Wita, Kepala Kepolisian Resor Kota Samarinda, Komisaris Besar Polisi Arif Budiman, mendatangi lokasi penemuan tersebut. Membawa para personelnya untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Baca juga:
 

Kombes Pol Arif Budiman mengatakan bahwa dugaan sementara kepolisian, korban tewas karena hanyut. Diperkuat keberadaan parit sekitar 20 meter dari pagar tempatnya dititipkan, PAUD Jannatul Athfaal, Jalan Abdul Wahab Syahrani No 1 RT 12, Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu.

"Pada saat itu memang hujan lebat. Kemungkinan anak ini berjalan, saat air tergenang, akhirnya masuk parit dan hanyut. Itu dugaan sementara. Jarak antara tempat penitipan ke lokasi ditemukan sekira 4,5 kilometer," jelas Kombes Pol Arif Budiman.

Korban ditemukan setelah 16 hari dilaporkan menghilang. Beberapa bagian tubuhnya rusak dan tidak lengkap. Kemungkinan bukan mutilasi. Meski demikian, polisi belum mau berasumsi. “Kami tetap dalami. Apakah ini akibat dari motif lain. Namun kenyataannya badannya sudah tidak utuh,” tambahnya.

"Dari pemeriksaan sementara, didapati dalam tubuh anak tersebut ada kulit reptil. Apakah ini kulit ular atau biawak, akan kami periksa lebih lanjut. Kemungkinan saat hanyut dimakan hewan air atau tersentuh tembok-tembok maupun batu-batu,” jelas Kapolres.

“Tentunya kami tidak akan sampai di sini saja. Kami akan menyelidiki ke tempat awal. Yakni PAUD. Apakah ada unsur kelalaian atau motif lain. Itu masih diselidiki," lanjut perwira berpangkat melati tiga tersebut.

Polisi melibatkan ahli forensik dalam pendalaman kasus tersebut. Segala sesuatu yang bakal diungkap, mesti sesuai fakta. Termasuk mencari kemungkinan unsur kekerasan terhadap tubuh korban. Meski demikian, Kapolres memastikan tak bakal membongkar makam korban. “Sebelumnya kami lakukan tes DNA dan hasilnya akan keluar sekitar 2 minggu.”

Baca juga:
 

Hasil tes DNA yang belum keluar, membuat polisi tak dapat memastikan identitas jenazah balita tersebut. Asumsi sejauh ini mengemuka berdasar baju yang dikenakan jenazah tersebut dengan pakaian Ahmad Yusuf Ghozali saat dilaporkan hilang 22 November 2019. Kesaksian kedua orangtua korban memperkuat hal tersebut.

Menyusuri Aliran yang Menghanyutkan Yusuf

Diwartakan sebelumnya, pada hari Yusuf menghilang, kawasan di sekitar PAUD sedang terendam banjir. Dugaan awal, Yusuf kemungkinan terperosok ke parit di sekitar PAUD. Menengok lokasi jenazah yang diduga Yusuf ditemukan, Sungai Karang Asam dan Jalan AW Sjahranie (tepatnya hingga Perumahan Villa Tamara) memang masih dalam satu jaringan drainase kota. Jaringan drainase ini disebut Sistem Karang Asam Kecil.

Hulu Sungai Karang Asam Kecil dengan panjang 3 kilometer adalah Jalan AW Sjahranie dan sekitarnya. Dari flyover, sistem Karang Asam Kecil mengarah ke belakang Universitas 17 Agustus 1945 di Jalan Ir Juanda. Aliran air kemudian menyeberangi jalan tepat di depan SPBU Juanda lalu masuk ke Jalan Siradj Salman.

Selasa sore, 10 Desember 2019, sekira pukul 15.15 Wita, tepat setelah hujan mengguyur Samarinda, reporter kaltimkece.id menyusuri aliran parit yang menghanyutkan Yusuf setelah tercebur. Dimulai dengan parit yang berjarak 20 meter dari lokasi PAUD Jannatul Athfaal, tempat dititipkannya Yusuf.

Setelah hujan Selasa sore, tampak tak mengalami kenaikan atau kecepatan debit air. Pun begitu, parit menuju flyover. Namun saat berada di belakang Universitas 17 Agustus 1945, Jalan Juanda, air di parit tampak tinggi. Hampir penuh dan debitnya cepat.

Sedangkan beberapa parit di Jalan Wijaya Kesuma, ada yang hampir penuh dan tidak. Sesuai ketinggian jalan. Begitu pun di Jalan Siradj Salman. Di bagian yang rendah, parit hampir terisi penuh. Sesuai ketinggian jalan. Sementara parit di jalan agak tinggi, hanya terisi setengah. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar