Terkini

Satu Korban Jiwa, Tingkat Kematian Covid-19 di Kaltim Keenam Tertinggi di Indonesia

person access_time 4 years ago
Satu Korban Jiwa, Tingkat Kematian Covid-19 di Kaltim Keenam Tertinggi di Indonesia

Virus corona telah memakan satu nyawa di Kaltim.

Tingkat kematian Covid-19 Kaltim di posisi keenam se-Indonesia.   

Ditulis Oleh: Fel GM
Minggu, 29 Maret 2020

kaltimkece.id Tingkat kematian atau case fatality rate akibat Covid-19 di Indonesia amat tinggi. Sampai Ahad petang, 29 Maret 2020, sudah 114 korban jiwa dari 1.285 kasus yang terkonfirmasi positif. Dengan demikian, tingkat kematian di Tanah Air mencapai 8,8 persen. Hampir 9 dari 100 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 meninggal dunia.  

Menurut lansiran resmi pemerintah RI, sudah 574.444 orang dari 202 negara yang terinfeksi. Adapun jumlah yang meninggal, sebanyak 26.654 orang. Dengan demikian, tingkat kematian Covid-19 sedunia adalah 4,6 persen. Indonesia dua kali lipatnya.

Jika sebaran Covid-19 di Indonesia diiris lagi untuk setiap provinsi, angkanya lebih beragam. Saat ini, angka kematian tertinggi adalah Sumatra Selatan. Dari dua orang yang terkonfirmasi positif, satu meninggal dunia. Jawa Barat di posisi kedua dengan tingkat kematian 14 persen. Dari 119 kasus positif Covid-19, sebanyak 17 meninggal dunia di Jabar. Adapun Sumatra Utara, sebanyak delapan orang terkonfirmasi positif dan satu meninggal dunia. Angka kematiannya 12,5 persen.

DKI Jakarta adalah daerah dengan kasus tertinggi di Indonesia. Sebanyak 627 orang dinyatakan positif Covid-19 dengan korban jiwa 62 orang. Angka kematian di ibu kota negara adalah 9,8 persen. Kaltim berada di bawah DI Jogjakarta atau di peringkat keenam tingkat kematian tertinggi. Satu orang yang meninggal dari 17 kasus terkonfirmasi menunculkan angka kematian 5,8 persen. Tingkat kematian di Bumi Etam masih di bawah nasional namun di atas tingkat kematian global. 


Menurut Statista, tingkat kematian tertinggi di dunia saat ini dipegang Italia dengan 10,84 persen. Indonesia di posisi kedua yakni 8,87 persen. Berikutnya adalah Spanyol (8,28 persen), Belanda (7,1 persen), Iran (6,8 persen), Prancis (6,71 persen), dan Inggris (5,88 persen). 

Aubree Gordon, seorang profesor epidemiologi dari Universitas Michigan, AS, memiliki pandangan mengenai tingkat kematian ini. Secara keseluruhan, kata dia, angka ini bergantung kepada demografi populasi. Masalahnya adalah angka kematian yang dilaporkan tidak dilengkapi informasi usia. Padahal, usia adalah bagian dasar dari demografi dalam suatu populasi.

Kasus di Italia, sebagai contoh, sangat tinggi karena populasi orangtua di negara itu amat banyak. "Italia tidak bisa disamakan begitu saja dengan negara yang populasi orang mudanya lebih banyak," jelas Gordon (Why are deaths from coronavirus so high in Italy?, artikel Livescince, 2020). 

Krys Johnson, ahli epidemiologi dari Temple University College of Public Health menambahkan, faktor fasilitas kesehatan turut memengaruhi. Semakin seimbang jumlah rumah sakit dan tenaga medis dengan pasien, tingkat kematian semakin kecil. 

Angka kematian juga sangat ditentukan banyaknya penderita yang terdeteksi. Korea Selatan, misalnya, menguji lebih dari 295 ribu sehingga jumlah yang meninggal terlihat kecil. Adapun Indonesia, dengan penduduk 250 juta jiwa, baru mendeteksi sekitar 4 ribuan orang. Ini bisa menjadi penyebab mengapa angka kematian begitu tinggi.

"Di negara-negara yang lain, masalahnya, kita tidak benar-benar mengetahui jumlah orang yang terinfeksi," terang Johnson. "Belum lagi orang dengan gejala yang lebih ringan yang tidak memiliki kesempatan untuk dites." (*)

Baca juga ulasan mendalam kami yang lain:
Ikuti berita dan ulasan berkualitas kaltimkece.id dengan menyukai halaman Facebook kami berikut ini:
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar