Terkini

Semburan Gas di Balikpapan, Insiden yang Terus Terulang

person access_time 5 years ago
Semburan Gas di Balikpapan, Insiden yang Terus Terulang

Foto: Repro Facebook

Menjadi daerah dengan isi perut bumi yang kaya, bagai pisau bermata dua. Petaka menjerat siapa saja yang sembarang menggali.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Selasa, 29 Januari 2019

kaltimkece.id Maksud hati berburu sumber air, galian penduduk RT 31 Jalan Manggar Sari Indah, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur, malah tak sesuai perkiraan. Senin, 28 Januari 2019, sekitar pukul 17.30 Wita, lokasi pengeboran mengeluarkan semburan bercampur gas.

Insiden terjadi ketika galian mencapai kedalaman 40 meter. Seketika air bercampur material pasir menyembur. Tinggi semburan mencapai 20 meter. Muncul dari pipa paralon instalasi sumur.

Satu jam setelahnya, material semburan bertambah. Air sudah bercampur gas. Tak lama ledakan terdengar. Tiba-tiba api pun berkobar.

Dari informasi yang dihimpun kaltimkece.id, api pertama kali melalap kediaman Golan di nomor 179 Jalan Manggar Sari Indah. Posisi rumah persis di samping sumur. Total, lima rumah terbakar akibat kejadian tersebut.

Menurut pengamatan akademisi Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi (STT Migas) Balikpapan, Kukuh Jalu Waskita, sudah tiga kali semburan gas akibat penggalian sumur bor terjadi di Kota Minyak. Dalam analisanya, tinggi semburan menandakan tekanan titik yang digali lebih tinggi dari biasanya, atau bisa disebut abnormal pressure. Kondisi ini dipicu lapisan batuan yang menyimpan air berada di titik jepitan.

Namun, ada juga kemungkinan lain yang dipicu struktur lipatan antiklin. Antiklin adalah struktur geologi berupa lipatan lapisan batuan sedimen atau batuan metamorfosis yang cembung ke atas. Bangun Antiklin di bawah permukaan seringkali menjadi perangkap minyak dan gas bumi (Ensiklopedi Indonesia Volume 1, 1980).

Kukuh menyebut jebakan minyak dan gas dalam antiklin sebagai kantung gas. Pengeboran tepat di puncak lipatan antiklin, juga menyebabkan semburan. “Jadi ketika dibor, tekanannya membuat air menyembur,” jelasnya.

Gas alam biasanya ditemukan dalam formasi batuan bawah tanah yang dalam. Atau, berasal dari klathrat metana dari reservoir hidrokarbon di lapisan batu bara. Biasanya gas alam ditemukan dekat sumber minyak bumi.

Sebagian besar gas alam diciptakan dari waktu ke waktu oleh dua mekanisme: biogenik dan termogenik. Gas biogenik dibuat dari organisme metanogenik di rawa-rawa, tempat pembuangan sampah, dan sedimen dangkal. Sedangkan gas thermogenik berasal dari bagian dalam bumi yang dipicu suhu dan tekanan lebih besar terhadap bahan organik yang terkubur (Natural Gas Explained, diakses 29 Januari 2019).

Dari sisi jenis gas, semburan di Balikpapan memiliki dua kemungkinan. Pertama gas metan dari batu bara, kedua gas biogenik dari makhluk hidup yang mati ratusan ribu tahun lalu. “Untuk memastikannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut,” tutur Kukuh.

Salah satu contoh, semburan gas di kawasan Manggar pada 2014 lalu, disebabkan gas metan dari batu bara. Temuan itu diperkuat material batu bara yang ikut menyembur dalam kejadian tersebut.

Level kedalaman mengebor dengan aman sebenarnya sulit diperkirakan. Posisi kantung gas tak terprediksi. Keberadaannya bisa di mana-mana. “Bahkan di kedalaman 100 kaki,” ujar Kukuh.

Pada dasarnya, kantung-kantung gas dangkal bisa diantisipasi saat penggalian. Dalam pengeboran minyak, antisipasi dilakukan dengan menurunkan kecepatan mata bor dan menaikkan berat lumpur.

Pengeboran tanpa penghitungan, rentan mengusik posisi kantung gas dangkal. Hanya dalam hitungan detik gas dapat menyembur ke permukaan. Tak ada waktu tersisa untuk menutup. Durasi semburan bisa sebentar, bisa juga lama. Bergantung kandungan dalam kantung gas.

Kebakaran Dipicu Pemantik

Semburan gas akibat pengeboran sumur air telah berulang kali terjadi di Balikpapan. Kejadian pada November 2017 juga memicu kebakaran yang disebabkan keberadaan barak di atas bekas sumur gas.

Dari beberapa kasus, gas menyembur bersama material perut bumi lainnya. Selama tak ada pemantik, semburan tak akan menyulut api. Pemantik api bisa berasal dari listrik statis, gesekan pipa, bahkan bara punting rokok.

Di RT 31, Kelurahan Manggar, Senin kemarin, lokasi semburan berada di permukiman warga. Dari kronologi yang beredar, api mulai tersulut jelang petang, kala peralatan listrik di rumah-rumah mulai menyala. Semburan baru mereda pukul 23.00 Wita.

Menurut Kukuh, penanganan mesti dilakukan adalah menutup sumur dengan material beton. Antisipasi juga perlu dilakukan terhadap sumur sekitar dengan kedalaman yang sama. Untuk penanganan lebih lanjut, pihak berwenang perlu mengkaji potensi retakan sekitar sumur. Dikhawatirkan, retakan-retakan menjadi jalan lain bagi gas menyembur ke permukaan. Hal ini terjadi dalam insiden PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur, yang dikenal dengan Bencana Lumpur Lapindo.

 

Waspada di Timur Balikpapan

Tiga kejadian harusnya menjadi pelajaran agar publik Balikpapan tak sembarang menggali sumur bor. Saat ini, STT Migas sedang melakukan pemetaan kawasan-kawasan yang diduga lokasi puncak struktur antiklin. “Biasanya disebut dengan zona merah,” ujarnya.

Dari titik-titik yang sudah dikumpulkan, puncak antiklin terbentang dari Kelurahan Manggar ke arah timur. Bahkan sampai ke daerah Samboja. Peta tersebut masih proses penyusunan. Rilis dilakukan segera setelah rampung.

Dari penelusuran kaltimkece.id, kasus semburan gas rutin terjadi di Balikpapan beberapa tahun terakhir. Pada Juni 2016, semburan setinggi 35 meter terjadi saat empat petugas menggali sumur bor sedalam 64 meter di Kompleks Bethany, Balikpapan Selatan.

Pada 6 November 2017, galian sumur bor sedalam 35 meter juga memunculkan semburan gas bercampur air di RT 10 Kelurahan Sepinggan Raya. Dampak semburan memicu terbakarnya tiga rumah. Empat orang menjadi korban luka bakar. Semburan kembali mencuat pada 9 November 2017 dan 13 Januari 2018 di tempat yang sama. (*)

 

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar