Terkini

Sudah 7.213 Jiwa Terdampak Banjir dan Longsor, Wali Kota Sedang di Jakarta

person access_time 4 years ago
Sudah 7.213 Jiwa Terdampak Banjir dan Longsor, Wali Kota Sedang di Jakarta

Pemandangan banjir di Samarinda (foto: wahyu musyifa/kaltimkece.id)

Wali Kota Syaharie Jaang tengah di Jakarta ketika banjir melanda. Sementara ketinggian air di Waduk Benanga masih saja mengkhawatirkan.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Selasa, 14 Januari 2020

kaltimkece.id Orang nomor satu di Samarinda, Syaharie Jaang, sedang di luar kota ketika banjir besar melanda. Wali Kota disebut tengah di Jakarta karena sebuah urusan. Kabar tersebut disampaikan Wakil Wali Kota Samarinda, M Barkati, di sela-sela meninjau sejumlah kawasan banjir pada Selasa, 14 Januari 2020. Meskipun tengah di luar kota, Barkati mengatakan, Wali Kota telah mengetahui kondisi kota yang sedang kebanjiran.

"Dan sekarang (Selasa siang), Pak Jaang dalam perjalanan kembali ke Samarinda," jelas Barkati kepada kaltimkece.id.

Mengenai penanganan bencana, Wawali menjelaskan, telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak. Dari tinjauannya, Barkati menemui sejumlah titik yang tak pernah banjir justru terendam parah saat ini. 

"Seperti beberapa titik di Samarinda Seberang yang biasanya tidak banjir, hari ini banjir," imbuh Barkati.

Wawali menambahkan, banjir Januari ini lebih disebabkan intensitas dan curah hujan yang tinggi. Makanya, ia memperkirakan genangan hanya sementara dan segera surut.

"Mudah-mudahan, seperti di Perumahan Bengkuring, bisa cepat surut. Kalau di daerah itu, memang rawan banjir," jelasnya.

Jumlah Korban Terdampak

Hujan selama lima jam pada Selasa, 14 Januari 2020, membuat tinggi muka air di Waduk Benanga yang sempat turun kembali naik. Hendra AH, sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda, mengatakan bahwa tinggi muka air bendungan pada Selasa pagi di angka 72 sentimeter. Selepas hujan pada Selasa siang, tinggi muka air merangkak di angka 76 sentimeter dan terus bertambah. BPBD pun menaikkan status waspada menjadi siaga banjir. 

"Sementara menurut pantauan, banjir di Perumahan Bengkuring dan Perumahan Griya Mukti kemungkinan disebabkan aliran Sungai Karang Mumus yang stagnan di Jalan Dr Soetomo," tambahnya.

Menurut data resmi yang diterima kaltimkece.id, korban terdampak banjir telah mencapai 7.213 jiwa. Tiga kecamatan yakni Sungai Pinang, Samarinda Utara, dan Samarinda Ulu, adalah wilayah terparah. BPBD belum menetapkan status darurat banjir karena bencana kali ini belum separah Juni 2019 silam.

Curah hujan tinggi selama beberapa hari juga menimbulkan bencana tanah longsor. Menurut catatan BPBD Samarinda, tujuh titik mengalami longsor. BPBD masih mendata jumlah rumah yang terdampak. Sementara untuk korban jiwa, tidak ada. 

Ganggu Penerbangan

Kawasan langganan banjir yang juga akses ke Bandara APT Pranoto, Jalan DI Pandjaitan, kembali tergenang. Para penumpang pun menderita keterlambatan penerbangan. Ketinggian air di jalur ini sekitar 50 sentimeter.

Selasa siang, tak sedikit kendaraan roda empat dan roda dua yang mogok karena menerobos banjir. Hanya truk yang bisa melintas. Tim gabungan BPBD, Basarnas, dan Polresta Samarinda, menurunkan truk untuk mengantarkan penumpang ke bandara di Sungai Siring.

Cuaca buruk turut mengganggu aktivitas penerbangan. Maskapai Batik Air dengan nomor penerbangan ID 728 harus berputar-putar di langit selama dua jam. Pesawat tipe Airbus A320-214 ini berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, tujuan Samarinda sekitar pukul 08.21 WIB. Pesawat dijadwalkan tiba pukul 11.00 WIB.

Cuaca buruk mengakibatkan jarak pandang di landasan pacu Bandara APT Pranoto tinggal 1.000 meter. Padahal, jarak pandang ideal untuk pendaratan harus di atas 5.000 meter. Pesawat pun sempat berputar beberapa kali di atas langit Samarinda dan Tenggarong. Perlu kurang lebih dua jam sebelum pesawat berhasil mendarat.

"Keterlambatan disebabkan jarak pandang yang minim," sebut Dody Dharma Chayadi, kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) APT Pranoto.

Baca juga:
 

Kepala Seksi Pelayanan dan Operasi Bandar Udara, UPBU APT Pranoto, Rora Ardian, menambahkan bahwa maskapai penerbangan sudah memiliki standar operasional prosedur saat mengalami situasi seperti ini. SOP sudah termasuk penyiapan bahan bakar saat mengalami cuaca buruk.

Hal serupa juga terjadi pada pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 580. Pesawat tipe Boeing 737-8U3 ini dialihkan ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan. Pada pukul 13.59 Wita, pesawat melanjutkan penerbangan ke Samarinda. Namun, jarak pandang belum begitu baik. Pesawat masih berputar tiga kali sebelum mendarat pukul 14.35 Wita di Bandara APT Pranoto. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar