Terkini

Tanda Tanya Besar Penyebab Rini Bunuh Diri di Sungai Mahakam

person access_time 5 years ago
Tanda Tanya Besar Penyebab Rini Bunuh Diri di Sungai Mahakam

Foto Rini: Dokumentasi Keluarga

Rini pergi dengan misteri. Tak ada pertanda. Hanya teka-teki yang sulit diketahui jawabnya.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Senin, 01 Juli 2019

kaltimkece.id Mayoritas keluarga kecil Maximus Uwa masih terlelap pada Rabu, 26 Juni 2019, pukul 04.00 Wita. Hanya Elisabeth Rini Narek sudah terbangun pada pagi buta itu. Rini tak lain adalah istri Maximus.

Tak ada yang aneh. Kegiatan pagi begini sudah lumrah untuk Rini. Biasanya ketika mendapat jadwal kerja pagi di pabrik kayu lapis PT Rimba Raya Lestari, di Desa Jembayan, Loa Kulu, Kutai Kartanegara.  Saat matahari belum sempurna menampakkan diri, Rini sudah siap dengan seragam kerjanya. Dibalut cardigan warna biru plus celana bahan berwarna ungu.

Lamat-lamat Rini keluar dari rumahnya di Jalan Perjuangan 1, Desa Loa Duri Ulu, tanpa ingin membangunkan suami dan anak tunggalnya. Tiada seorang pun mengetahui waktu pasti Rini keluar rumah. Baik suami maupun para tetangga.

Dari rumahnya, perempuan berkulit kuning langsat itu berjalan menuju mulut jalan. Sampai depan gerbang jalan, bukan menunggu angkot atau bus jemputan perusahaan, Rini malah berjalan ke arah berlawanan dari Jembatan. Menuju ke Gang Mahakam 17, Loa Duri Uli, sebuah gang di sisi Sungai Mahakam.

Syuruk tinggal beberapa menit lagi. Rini duduk di ujung batang atau dermaga kecil. Beberapa warga Gang Mahakam melihat Rini beberapa kali memegang ponsel miliknya. Budi Ismail awalnya mengira Rini hanya sedang bersantai. Tapi lama-lama gelagatnya aneh. "Kemudian, penjaga keamanan perusahaan penyewaan kapal di dekat situ teriak: Jangan, Bu!" sebut Budi menirukan seruan sang penjaga.

Byurr… terdengar suara orang terjun ke sungai. Saat itu sungai sedang pasang. Arus cukup deras. Rini meninggalkan sandal model wedges dan ponsel Nokia X2 miliknya di pinggir dermaga. Warga yang mendengar teriakan petugas keamanan segera menyambangi ujung dermaga.

Warga berusaha menolong. Tapi arus sedang deras. "Enggak mungkin kalau meyelam. Jadi menunggu yang terjun naik ke permukaan baru kami berani terjun," tuturnya. Setelah 15 menit, tubuh Rini tak kunjung timbul.

***

Jarum panjang jam dinding di ruang tamu rumah bangsalan Maximus menunjuk pukul 06.05 Wita. Pada waktu yang sama, ponsel pintar Max berdering. Layar ponsel berukuran 6,3 inchi menampilkan panggilan dari Rini.

Pria berbadan tegap itu heran. Dari sambungan telepon, sang istri terdengar terisak. "Mama kenapa?" tanya Max. Dan jawaban dari mulut Rini sungguh tak terduga. "Bapak tolong anak baik-baik. Saya mau pergi selama-lamanya. Kalau mau cari, saya ada di sungai," tutur Max mengulang ucapan sang istri.

Bak tersambar geledek di pagi hari, Max segera terbangun menuju luar rumah. "Saya sempat bangun jam setengah enam. Istri saya memang sudah enggak ada. Saya pikir seperti biasa, turun kerja," tutur Max saat ditemui kaltimkece.id, Sabtu, 29 Juni 2019.

Dalam keadaan panik, Max bertanya kepada para tetangga yang masih ada hubungan keluarga dengannya. Semua tak melihat istrinya. Masih dalam panik, Max segera menjemput Elisabeth Meda, adik kandungnya. Ia tinggal tak jauh dari bangsalan yang ditinggali Max sekeluarga.

Keduanya menyambangi keluarga Rini di Gang Manggis, Loa Duri Ilir. Lokasinya kurang lebih satu kilometer dari tempat tinggal mereka. Sesampainya di sana, kerabat Rini langsung bertanya kepada Max. Melalui pesan pendek, Rini menulis pesan terakhir. Sama seperti Max, para kerabat diminta menjaga Claudio, putra semata wayangnya.

Max makin panik. Berkali-kali menelepon istri yang dinikahinya pada 2011. Tapi tak kunjung diangkat. Akhirnya, setelah belasan kali mencoba, telepon diangkat. Namun justru suara asing yang menjawab. Dari sambungan telepon, seorang laki-laki mengaku polisi menyebut telah mengamankan barang milik Rini.

Tidak Ada Gelagat Bunuh Diri

Jasad Rini ditemukan 1,5 kilometer ke arah hulu dari tempatnya bunuh diri pada Jumat, 28 Juni 2019. Mendiang dikembumikan pada hari yang sama. Pukul 15.30 Wita di Pemakaman Kristen Loa Duri.

Raut kepedihan ditinggal orang tercintanya masih tertinggal saat media ini menemui Max. Ia masih tidak percaya istrinya sudah tak berada di sisinya. Pada malam sebelum sang istri berpulang, mereka sempat berbincang soal pekerjaan.

Tak disangka, pertanyaan itu menjadi percakapan terakhir. Tak ada cekcok di rumah tangga mereka. Keuangan pun tak begitu bermasalah. "Dia kerja, sementara saya dua bulan dirumahkan dulu sama perusahaan. Baru 1 Juli turun kerja," tuturnya. Selama dua bulan terakhir, Max menjaga anak dan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Elisabeth Meda yang juga satu tempat kerja dengan Rini, juga masih begitu kaget. Selama ini Rini dikenal ceria. Dengan tetangga pun tak terlihat gelagat masalah. "Makanya kami bingung apa yang menyebabkan dia nekat bunuh diri," tuturnya.

Elisabeth adalah satu dari sekian banyak kerabat yang dikirimi pesan terakhir Rini. Tapi keduanya tak bertemu pada 24 jam terakhir Rini. Keduanya terbagi dalam dua waktu kerja berbeda.

Sempat Menelepon Adik

Setelah ditemukan Jumat pagi, jenazah Rini langsung disemayamkan di rumah milik Maria, kakak sepupunya. Maria yang sehari-hari bekerja sebagai bidan, terakhir bertemu almarhumah pada malam takbiran. "Waktu itu, dia datang ke sini karena libur kerja," ujarnya.

Maria merasa sangat kehilangan. Rini sudah ikut dengannya sejak belum menikah dengan Max. "Setiap ada acara atau pesta keluarga, dia selalu datang membantu," ujarnya. Saban minggu pun dia bertemu dengan Rini di gereja. Di mata Maria, Rini dan keluarga kecilnya adalah jemaat yang taat.

Sementara itu, Rikardus Narek, adik laki-laki Rini, mengatakan sekitar 12 jam sebelum mendengar kabar kakaknya bunuh diri, sang kakak sempat menelepon. "Sekitar pukul 15.00 Wita tapi enggak saya angkat lantaran sibuk," ujarnya.

Usaha menelepon balik pun dilakukan tiga kali. Namun tak kunjung diangkat. "Mungkin ada hal yang mau dia katakana."

Saat ini Claudio, anak semata wayang Max dan Rini, tinggal di rumah Maria. Maria menduga bocah tujuh tahun itu belum tahu sang bunda telah tiada. Ia masih sering menyebut ibunya masih bekerja.

Apapun penyebab Rini bunuh diri, pastilah sangat besar. Apalagi jika ia seorang Kristen yang taat, pasti mengetahui bahwa bunuh diri adalah dosa yang sangat besar dan tak terampunkan. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar