Terkini

Teka-Teki Kematian Bayi di RSUD AWS, Kasus yang Jarang Terjadi

person access_time 5 years ago
Teka-Teki Kematian Bayi di RSUD AWS, Kasus yang Jarang Terjadi

Foto: Ika Prida Rahmi (kaltimkece.id)

Bayi meninggal karena pendarahan di tali pusar jarang terjadi. RSUD AWS belum menemukan penyebab yang menimpa salah satu pasiennya.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Sabtu, 27 April 2019

kaltimkece.id Kematian tak wajar bayi laki-laki bernama Otniel Junior Kewo, buah hati pasangan Rizki Kewo dan Trivena Sengkey, dilaporkan ke Polresta Samarinda, Jumat siang, 26 April 2019. Orangtua didampingi kuasa hukum Yohanes Traksin dan Komisioner KPAID Samarinda, Aji Suwignyo.

Laporan resmi ke kepolisian dilakukan lantaran Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS) tempat bayi dirawat, tak menjelaskan konkret penyebab kematian Otniel. Bayi tak berdosa itu mengembuskan napas terakhir dalam perawatan di ruang Lily Gedung Mawar, RSUD AWS, Senin, 22 April 2019.

Bayi laki-laki yang hanya berumur 10 jam itu ditemukan tewas bersimbah darah. Dugaan sementara adalah pendarahan di tali pusar. Belum diketahui penyebab pendarahan tersebut. Jenazah Otniel dimakamkan pada hari yang sama di pemakaman Kristen Sungai Siring, Samarinda.

Baca juga:
 

Proses membuat Laporan Polisi (LP) di SPKT Polresta Samarinda dilakukan kuasa hukum Yohanes Traksin bersama KPAID Samarinda sekitar pukul 13.00 wita. Dalam laporan awal, pihaknya turut membawa barang bukti berupa form pendaftaran rumah sakit, baju, dan selimut bayi dengan noda darah. Selain Kasus tersebut juga diteruskan ke Polda Kaltim dan Mabes Polri.

Hal ini dilakukan agar kasus tertangani hingga tuntas. Pelapor menganggap ada kelalaian RSUD AWS yang telah menghilangkan hak hidup anak. Laporan telah masuk Berita Acara Polisi (BAP) dan ditangani Unit PPA Satreskrim Polresta Samarinda.

“Saya ditunjuk membuat laporan sebagai kuasa hukum. Ibu bayi masih sakit setelah operasi. Laporan ke kepolisian kami lakukan karena pihak rumah sakit belum memberikan jawaban hingga saat ini,” sebut Yohanes.

Pihak keluarga menyatakan kesediaan jika kemudian diperlukan autopsi dan pembongkaran makam bayi. Ia berharap kepolisian dapat memroses pengaduan dan ditangani maksimal. "KPAI akan terus mendampingi kami. Bahkan tim forensik KPAI bersedia bila diperlukan tim penyidik."

Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Sudarsono memastikan segera menindaklanjuti kasus tersebut. Penyelidikan setelah masuknya laporan diagendakan. "Ketika hasil penyelidikan diperlukan pembongkaran kuburan mayat bayi, maka kami laksanakan," sebut Sudarsono.

Belum Terjawab

Ditemui terpisah, Humas RSUD AWS, dr Arysia Andhina, menjelaskan bahwa anak ketiga pasangan Rizki dan Trivena itu lahir dengan tindakan operasi caesar. Otniel lahir pukul 21.28 wita. Kemudian dirawat terpisah dari ibunya.

Bayi dirawat di ruang Lily sedangkan sang ibu di ruang 1A di Gedung Mawar. Dalam perawatan, bayi Otniel meninggal pukul 06.15 wita.

Perempuan yang akrab disapa Sisi itu memastikan keluhan orangtua bayi telah diterima RSUD AWS. Kini tengah dilakukan verifikasi penyebab meninggalnya Otniel.

Meski demikian, pihak rumah sakit belum memaparkan rinci penyebab kematian tersebut. Manajemen masih meminta satu per satu keterangan. Mengumpulkan fakta dari proses persalinan, pasca kelahiran, dan perawatan.

"Belum bisa disampaikan karena masih memeriksa dan meminta keterangan beberapa dokter serta perawat. Masih mencocokkan jadi belum bisa memberikan statement. Harus satu suara berdasarkan fakta. Penyebabnya masih kami cari," urai Sisi.

Saat proses perawatan, Otniel dijaga satu dokter dan tiga perawat. Seluruhnya telah dimintai keterangan. "Hasilnya belum. Kami harus mencocokkan lagi dengan dokter yang lain."

Pihak keluarga sempat meminta rekaman CCTV untuk melihat detik-detik meninggalnya Otniel. Sisi menegaskan telah memenuhi permintaan itu. Saat ini juga digunakan untuk menyesuaikan kronologis yang disampaikan petugas medis terkait.

Otniel belum sempat mendapatkan ASI. Berat yang hanya 2,4 kilogram, mengharuskannya ditangani khusus. Seperti dijelaskan Sisi, bayi dengan berat di bawah 2,5 kilogram, harus dihangatkan di inkubator. Juga dirawat lebih intensif. Karena sang ibu menjalani operasi caesar, maka tak diperkenankan merawat.

"Bayi normal di atas 2,5 kilogram. Mestinya bayi sehat bisa dirawat bersama ibunya. Karena berat bayi kurang, maka ditaruh di inkubator penghangat," jelasnya.

Trivena merupakan pasien rujukan dari rumah bersalin di Kecamatan Tabang, Kukar. Ia dirujuk lantaran mengalami hipertensi atau darah tinggi jelang persalinan. "Proses melahirkan dirujuk ke RSUD AWS karena ada masalah. Sang ibu mengalami hipertensi. Kalau tidak masalah mungkin melahirkan di sana (rumah bersalin di Desa Tabang) saja."

Bayi Otniel meninggal tanpa ditemukan lebam. Dipastikan darah di sekujur tubuh bukan dari proses melahirkan. Dugaan sementara berasal dari tali pusar. "Kasus seperti ini jarang. Ada beberapa faktor bisa menyebabkannya," sebutnya.

Di sisi lain, Sisi membantah keluarga baru dikabarkan setelah bayi meninggal. Dari hasil pemeriksaan keterangan pihak perawat dan dokter, ayah sang sudah dihubungi perawat ketika bayi dalam keadaan kritis. Namun, panggilan baru terhubung ketika bayi sudah meninggal dunia.

"Ada buktinya riwayat panggilan. Bapaknya ditelepon tapi enggak diangkat. Ada tiga kali ditelepon. Ibunya juga sudah dikabarin. Baru terhubungnya saat sudah meninggal."

RSUD AWS tengah mengungkap penyebab pendarahan hingga mengakibatkan meninggalnya bayi Otniel. Sisi meminta keluarga bersabar selama proses pemeriksaan berlangsung.

"Tindakan tegas kami akan mengaudit pihak terkait. Dengan mengumpulkan data dan fakta. Dan ini butuh waktu karena enggak satu orang saja yang dimintai keterangan dan disesuaikan. Sejauh ini belum ada tindakan untuk autopsi. Tapi kami akan melihat hasil investigasi," pungkasnya. (*)

 

 Editor: Bobby Lolowang

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar