Terkini

Temui Hotman Paris di Jakarta, Melisari dan Bambang Mencari Kepastian Penyebab Kematian Yusuf

person access_time 4 years ago
Temui Hotman Paris di Jakarta, Melisari dan Bambang Mencari Kepastian Penyebab Kematian Yusuf

Melisari (tengah) menangis tersedu menggegam foto mendiang Yusuf saat menemui Hotman Paris di Jakarta. (istimewa)

Drama kematian Ahmad Yusuf Ghozali terus berlanjut. Bahkan memasuki babak baru. Melibatkan pengacara kenamaan Tanah Air.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Sabtu, 15 Februari 2020

kaltimkece.id Masih segar dalam ingatan hilangnya anak laki-laki bernama Ahmad Yusuf Ghozali, 4 tahun. Kehilangan jejak dari tempat ia dititipkan, di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Jannatul Athfaal, Jalan Abdul Wahab Syahrani No 1 RT 12, Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu.

Setelah 16 hari dari kejadian 22 November 2019 itu, jenazah balita tanpa kepala dan beberapa organ tubuh ditemukan seorang warga. Persisnya pada Minggu pagi, 8 Desember 2019, di Gang 3, RT 30, Jalan Antasari, Kelurahan Teluk Lerong Ilir, Samarinda Ulu.

Pertengahan Januari 2020, hasil tes DNA memastikan jenazah balita tanpa kepala itu Ahmad Yusuf Ghozali. Selasa malam, 21 Januari 2020, kepolisian menetapkan dua tersangka. Yakni pengasuh Yusuf yang saat kejadian sedang piket; ML dan SY.

Kedua pengasuh tersebut dianggap lalai dalam menjalankan tugas. Celakanya, membuat nyawa seseorang jadi korban. Yusuf diduga keluar dari tempat penitipan yang tak terawasi. Berjalan ke luar hingga tercebur ke parit dekat PAUD. Baru ditemukan 16 hari kemudian di jaringan drainase yang terhubung ke parit lokasi kejadian.

Keduanya dianggap melanggar pasal 359 KUHP tentang kealpaan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. ML dan SY pun terancam hukuman maksimal lima tahun penjara. Saat ini keduanya ditahan di Polresta Samarinda.

Masih Belum Puas

Berbeda dengan kepolisian, pihak keluarga tak sejalan dengan kesimpulan itu. Kamis, 13 Februari 2020, orangtua Yusuf, Bambang Sulistyo dan Melisari, bertolak ke Jakarta. Sabtu pagi, 15 Februari 2020, keduanya menemui pengacara kondang negeri ini, Hotman Paris Hutapea.

Dihubungi kaltimkece.id melalui sambungan telepon, Melisari, ibunda Yusuf, menjelaskan awal mula pertemuannya dengan Hotman Paris. Diawali bantuan seorang teman di Facebook. “Saya diberi nomor telepon seorang pengacara bernama Putri Maya Rumanti. Pengacara tersebut dikatakan dekat dengan Hotman Paris Hutapea,” jelas Melisari.

"Sekitar tiga minggu lalu saya telepon Mbak Putri Maya. Saya cerita mengenai kejadian yang menimpa anak saya. Dan Mbak Putri Maya bersedia membantu mempertemukan saya dengan Pak Hotman Paris. Beliau menyuruh kami datang ke Jakarta," jelas ibu tiga anak tersebut.

Melisari dan suami hingga kini terus mencari keadilan untuk sang putra. Menelusuri penyebab kematian Yusuf yang sebenarnya.

"Biar cepat kami mengetahui penyebab kematian Yusuf. Itu tujuan utama kami ke sini. Kami minta dukungan. Saya tidak puas karena hanya ada tersangka kelalaian. Penyebabnya ini yang saya mau tahu. Kalaupun makam anak saya harus dibongkar, kami bersedia. Karena itu sudah suami saya bilang dari awal," jelas Melisari.

Tak lupa, Melisari atas nama keluarga, meminta kaltimkece.id menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh warga Samarinda. Bahkan hingga luar kota yang senantiasa memberi dukungan dan bantuan.

"Saya ke sini berkat mereka. Terima kasih atas semua bantuannya. Baik itu dalam bentuk informasi maupun materi. Kami sampai di sini pun berkat bantuan para donatur, juga dari Koin Keadilan Yusuf. Terima kasih," tutup Melisari.

Selama berada di Jakarta, Melisari dan sang suami juga akan hadir di acara TV Hotman Paris Show, menjelaskan duduk perkara kasus Yusuf.

Kondisi Jenazah

Dalam konferensi pers pada Kamis, 23 Januari 2020, dokter spesialis forensik RSDU Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, Kristina Uli Gultom, mengatakan bahwa hasil pemeriksaan visum tidak ditemukan luka-luka terhadap jenazah Yusuf. Tidak juga ditemukan tanda-tanda kekerasan.

Dari hasil pemeriksaan, mulai tulang leher pertama hingga bagian tulang atas sampai ruas-ruas tulang, tidak terlihat patah tulang ataupun bekas tulang dipatahkan.

Kondisi jenazah ketika ditemukan, sudah tanpa rongga dada, organ jantung, dan paru-paru. Begitu juga limpa dan ginjal. Hanya hati yang tersisa, itupun bungkusnya saja. “Saat saya pegang langsung mencair. Itu terjadi karena proses pembusukan. Begitu juga dengan rongga perut. Usus-usus itu terlihat dan keadaannya sudah lunak,” sebut Kristina Uli Gultom.

Soal kepala yang hilang, pihaknya enggan menduga-duga. Jaringan lunaknya sudah membusuk dan sebagian hancur. Ditemukan kulit reptile berukuran 6x4 sentimeter menempel di jenazah. Tepatnya di paha bagian kanan. “Tapi saya tidak bisa mengatakan organ tubuh yang hilang dimakan hewan atau tidak. Karena memang kita tidak melihat kejadian itu.”

Dalam kesempatan sama, Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Samarinda, Ajun Komisaris Besar Polisi Dedi Agustono, menegaskan prosedur polisi menetapkan tersangka dan kesimpulan kematian, dilakukan berdasar fakta. Lokasi penemuan jenazah, didapati berada dalam jaringan drainase tempat Yusuf diduga terjatuh dekat lokasi PAUD. Oleh Karena itu, kedua pengasuh di lembaga pendidikan yang juga tempat penitipan anak tersebut, ditetapkan sebagai tersangka.

Terus Dalami

Kepala Unit Reserse Kriminal Polsekta Samarinda Ulu, Inspektur Polisi Dua Muhammad Ridwan, mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya masih melakukan penyidikan terkait kasus Yusuf. Dan masih belum ada penambahan tersangka.

"Kami berkoordinasi dengan saksi ahli. Senin nanti (17 Februari 2020), saksi ahli bidang saksi pidana dari Universitas Mulawarman akan kami mintai keterangan," jelas Ipda Muhammad Ridwan. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

 

 

****

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar