Terkini

Wahai Warga Samarinda, Banjir Belum Berakhir

person access_time 5 years ago
Wahai Warga Samarinda, Banjir Belum Berakhir

Foto: Ika Prida Rahmi (kaltimkece.id)

Curah hujan diprediksi tetap tinggi. Status tanggap darurat ditetapkan sepekan penuh.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Minggu, 09 Juni 2019

kaltimkece.id Diguyur hujan sejak Minggu dini hari, 9 Juni 2019, sebagian besar Samarinda tergenang. Akses utama Kota Tepian lumpuh. Gejolak di mana-mana. Pemkot Samarinda pun menetapkan status tanggap darurat.

Sebelumnya banjir hanya di tiga wilayah Kecamatan Samarinda Utara. Tepatnya Perumahan Bengkuring, Perumahan Griya Mukti, dan Kelurahan Gunung Lingai. Setelah diguyur hujan lima jam, banjir meluas. Bahkan hingga Samarinda Ulu dan Sungai Pinang.

Pada Minggu siang, Pemkot menggelar rapat koordinasi Tanggap Darurat Banjir. Sejumlah instansi dilibatkan. Dipimpin Sekretaris Kota Samarinda Sugeng Chairuddin. Hadir Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Polresta Samarinda. Berlangsung di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Samarinda.

Dari hasil koordinasi dan laporan BPBD Samarinda, banjir sempat melumpuhkan lalu lintas sejumlah ruas jalan. Antaranya Jalan Ir Juanda, Jalan Pangeran Antasari, Jalan Pangeran Suryanata, Jalan dr Soetomo, Jalan KH Wahid Hasyim, dan Jalan KH Wahid Hasyim II. Demikian juga Jalan PM Noor, Jalan AW Syahranie, Jalan Pemuda, Jalan DI Panjaitan serta Simpang Mal Lembuswana.

Banjir ikut menginvasi kawasan permukiman. Ketinggian bervariasi. Dari 25 sentimeter hingga 1 meter lebih. Tak heran genangan ikut memutus akses ke Bandar Udara (Bandara) APT Pranoto. 

BPBD Samarinda mencatat lebih 10.300 jiwa menjadi korban. Pemkot pun fokus menangani banjir terparah di tiga daerah Kecamatan Samarinda Utara.

Empat hari belakangan kawasan tersebut memang direndam banjir. Air sempat meninggi satu meter. Warga terdampak terus bertambah.

Dari data diperoleh, banjir Bengkuring merendam 15 RT. Terdiri dari 700 kepala keluarga (KK) dengan 2300 jiwa. Sedangkan Perumahan Griya Mukti meliputi 12 RT dengan 6 ribu jiwa. Di Kelurahan Gunung Lingai tercatat 2 ribu jiwa.

Banjir di sejumlah ruas jalan dan permukiman Kecamatan Sungai Pinang dan Samarinda Ulu mulai surut Minggu sore. Warga pelan-pelan kembali beraktivitas.

Banjir Terbesar

Sugeng Chairuddin menyebut banjir kali ini yang terbesar sepanjang 2019. Ketinggiannya cukup mengkhawatirkan. Pemkot Samarinda mendapati daerah yang sebelumnya tak terkena banjir, pada Minggu ini ikut terdampak.

Dari hasil koordinasi, Sekkot mengklaim penyebab banjir disebabkan tiga faktor. Level Sungai Mahakam naik karena Hulu Mahakam hujan. Selain itu, pasang air laut dan curah hujan sedang tinggi. Tabrakan ketiga faktor itu dinilai penyebab utamanya. "Bendungan tidak meluap. Hanya saja berada di garis siaga level kuning," sebut Sugeng.

Yang begitu menjadi perhatian adalah penumpang pesawat Bandara APT Pranoto yang terjebak banjir. Tak sedikit calon penumpang diangkut truk elpiji untuk sampai ke bandara. "Personel kepolisian dikerahkan mengevakuasi warga dan penumpang yang ingin berangkat ke bandara," tambahnya.

Dari pemetaan Pemkot, daerah yang diprediksi bakal lama tergenang adalah Gunung Lingai dan Bengkuring. Ketinggian banjir di dua lokasi itu bervariasi. Dari 25 sentimeter hingga 1 meter. Pemkot Samarinda memerintahkan BPBD turun tangan. Sejumlah pasokan makanan, posko pengungsian, dan perlengkapan lainnya dikerahkan. Tanggap darurat diberlakukan selama sepekan sejak 8 Juni 2019.

Sugeng menyadari banjir di Samarinda sangat sulit dituntaskan. Musibah ini disebabkan beragam faktor.  Sungai Karang Mumus mengalami sedimentasi tinggi. Bendungan Benanga tak lagi maksimal menampung air. Dari total luas 130 hektare, hanya bisa menampung 23 hektare. Atau hanya 20 persen tampungan air.

"Banjir seperti ini memang obatnya sangat langka. Sebagian wilayah kita juga di bawah permukaan laut. Drainase diperbaiki tidak menyelesaikan masalah karena ini airnya yang banyak. Jadi harus dipikirkan. Kita harus buat pemikiran membuat kanal air di Kecamatan Samarinda Utara."

Siaga Sepekan

Dijelaskan Sekertaris BPBD Samarinda, Hendra AH, selama seminggu BPBD dibantu organisasi kesukarelawan. Posko tanggap bencana berdiri di sekitar lokasi banjir. Setidaknya 30 personel bergantian membantu warga terdampak selama 24 jam.

Dua perahu karet juga diterjunkan untuk mobilisasi warga. Selama masa tanggap darurat, jajarannya bersiaga memberikan bantuan nasi bungkus. Termasuk obat-obatan ringan dan perlengkapan mandi jika diperlukan.

"Yang dikeluhkan warga meminta medis untuk segera datang. Rata-rata keluhan sakit gatal, hipertensi, dan luka di bagian kaki," sebutnya.

"Yang utama dibutuhkan makanan. Sebagian warga masih menetap di rumah menjaga barang mereka. Kami sudah sediakan posko pengungsian namun tidak ada warga mengisi."

Hendra mengingatkan warga tetap waspada. Hujan susulan berpotensi turun. Perkiraan sementara dari BMKG, curah hujan masih tinggi.

Diwarnai Hoaks

Kapolresta Samarinda Kombespol Vendra Riviyanto memastikan kabar jebolnya Bendungan Benanga adalah hoaks. Ia menghimbau warga tetap tenang. Jangan ikut serta menyebarkan kabar tidak benar. Jebolnya bendungan yang ramai disebarkan, adalah kejadian di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

"Kami ikut menangani bersama dalam tanggap darurat ini. Ada sekitar 400 personel dikerahkan untuk membantu warga kebanjiran. Hal ini juga dalam rangkaian operasi ketupat dan polisi dalam hal ini siaga di setiap insiden," imbuhnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar