Ekonomi

Banjir Investasi Asing di Kaltim

person access_time 11 months ago
Banjir Investasi Asing di Kaltim

Aktivitas pengangkutan hasil penggalian dan pertambangan di Sungai Mahakam, Samarinda. FOTO: ARSIP KALTIMKECE.ID

Penanaman modal asing di Kaltim menembus USD 2,28 miliar atau Rp 34 triliun dalam tiga tahun terakhir. Sektor pertambangan masih menjadi gula investasi yang manis. 

Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Senin, 03 Juli 2023

kaltimkece.id Investasi dari berbagai negara masuk ke Kaltim. Sepanjang 2021 hingga triwulan pertama 2023, realisasi penanaman modal asing (PMA) di Kaltim menembus USD 2,28 miliar atau Rp 34 triliun. Sektor usaha penggalian dan pertambangan masih mendominasi. Nilai investasi asing dari sektor ini USD 825 juta atau Rp 12 triliun sehingga mencapai 35 persen dari total realisasi PMA 2021-2023. 

Perincian realisasi PMA sektor penggalian dan pertambangan di Kaltim yaitu; pada 2021 sebesar USD 252,12 juta dengan 165 paket proyek. Pada 2022, realisasi PMA sebesar USD 515,91 juta dengan 151 paket proyek. Sementara itu, realisasi PMA triwulan pertama 2023 di sektor pertambangan sebesar USD 57,43 juta atau Rp 850,01 miliar. 

Adapun daerah yang menerima investasi asing terbesar sepanjang 2021 hingga triwulan pertama 2023, adalah Kutai Timur. Totalnya sepanjang periode tersebut adalah USD 1,01 miliar atau Rp 15,15 triliun. Diikuti Kutai Kartanegara sebesar USD 394 juta (Rp 5,9 triliun), dan Kutai Barat sebesar USD 243 juta (Rp 3,6 triliun). 

Lantas, negara mana saja yang paling besar berinvestasi di sektor pertambangan di Kaltim? Selama tiga tahun terakhir, Singapura adalah negara asal dengan PMA terbesar di Kaltim. Nilai PMA dari Singapura yaitu USD 182,9 juta. Selanjutnya adalah Korea Selatan dengan USD 157,67 juta; dan Mauritius dengan USD 94,75 juta. 

Untuk triwulan pertama 2023, menurut laporan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim, penanaman modal asing (PMA) tersebut datang dari 26 negara. Tiongkok menjadi pemasok modal PMA tertinggi yang terealisasi di Bumi Etam pada periode ini. 

Negeri Tirai Bambu itu telah merealisasikan 18 proyek senilai USD 97,260 juta atau Rp 1,43 triliun. Penanaman modal dari Tiongkok tersebut menyumbang 35,44 persen dari total investasi di Kaltim. Sebagian besar investasi Tiongkok di sektor nonmigas dan non-batu bara. PMA tertinggi kedua pada triwulan pertama 2023 di Kaltim adalah Malaysia. Berjumlah 75 proyek, Negeri Jiran merealisasikan modal USD 54,16 juta atau Rp 801,60 miliar. Singapura di tempat ketiga dengan 148 proyek senilai USD 46,21 juta atau Rp 683,95 miliar. 

Secara keseluruhan, realisasi PMA di Kaltim pada triwulan pertama 2023 sebesar USD 274,45 juta atau Rp 4,06 triliun. Semuanya terdiri dari 448 paket proyek. Jumlah tersebut menempatkan Kaltim di peringkat sepuluh capaian realisasi PMA terbesar di Indonesia. Tiga provinsi realisasi dengan PMA tertinggi yaitu Sulawesi Tengah (USD 1,94 miliar; 225 proyek), Jawa Barat (USD 1,89 miliar; 5.853 proyek), dan DKI Jakarta (USD 1,19 miliar; 9.004 proyek). 

Kepala DPMPTSP Kaltim, Puguh Harjanto, mengatakan bahwa capaian investasi itu tidak lepas dari kehadiran Ibu Kota Negara Nusantara. Sejak IKN Nusantara ditetapkan pada 2019, Kaltim menjadi tujuan investasi berbagai negara. Situasi ini perlu dimanfaatkan. 

“Jangan sampai momentum itu antiklimaks. Maka dari itu, targetnya harus di-challenge lagi. Harus naik lagi,” ujar Puguh kepada kaltimkece.id belum lama ini. Pemprov Kaltim menargetkan, capaian realisasi investasi tahun ini masuk delapan besar nasional. 

Puguh menjelaskan, terlepas dari nominal dan peringkat capaian investasi nasional, yang terpenting bagi Kaltim adalah memaksimalkan dan mendorong realisasi investasi di sektor strategis. Pemprov Kaltim memaksimalkan sektor unggulan di luar migas, mineral, dan batu bara. Sektor yang digenjot investasinya yaitu pertanian dalam arti luas meliputi tanaman pangan, perkebunan, termasuk sektor perikanan, dan pariwisata. 

“Untuk (hilirisasi) sektor migas dan batu bara, harus ada smelter, gasifikasi, atau produk jadi semen. Dengan demikian, nilai tambahnya menjadi tinggi,” terang dia. 

Capaian investasi saat ini disebut yang tertinggi dalam lima tahun terakhir untuk sektor nonmigas dan non-batu bara. Realisasi investasinya mencapai 100 persen dari target.


Waspadai Perusahaan Cangkang

Akademikus dari Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Hairul Anwar, mengutarakan pandangannya. Menurutnya, investasi suatu negara di negara lain didasarkan kepada keperluan negara tersebut. Tiongkok memerlukan energi massif untuk pengembangan industri.

Singapura lebih kepada bisnis murni sehingga berinvestasi di sektor yang menghasilkan keuntungan cepat. Sektor pertambangan adalah contohnya. Australia, Korea Selatan, dan Thailand juga dinilai sebagai negara yang memiliki pengalaman tradisional di sektor pertambangan.



Yang harus diwaspadai, sambung Hairul, beberapa negara yang tidak terlalu dikenal tapi berinvestasi di Kaltim. Bukan tidak mungkin, investasi itu berasal dari perusahaan cangkang. 

“Perusahaan cangkang itu, misalnya seseorang punya bendera (perusahaan) tapi pakai bendera (perusahaan) negara lain. Begitu ada masalah, susah dikejar,” sebut Codi, sapaan Hairul. 

Perusahaan cangkang didirikan karena hukum yang mengatur investasi berbeda di setiap negara. Ia menyarankan menghindari investor yang reputasinya negatif. Dalam konteks Kaltim, investasinya sebagian besar bersingunggan dengan persoalan lingkungan. Sektor pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit adalah contohnya. Ketika terjadi persoalan lingkungan, perusahaan cangkang sulit dikejar. 

Codi juga memberikan catatan untuk mencari peluang investasi sumber daya alam yang tidak inklusif dan padat modal. Jenis investasi seperti itu kurang banyak bermanfaat bagi masyarakat lokal. 

Puguh dari DPMPTSP Kaltim menyampaikan tanggapan. Menurutnya, perusahaan yang hendak berinvestasi di Kaltim harus diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksaan asal-usul perusahaan yang berinvestasi disebut sudah menjadi tugas pemerintah provinsi. Pemeriksaan meliputi kebenaran perusahaan hingga siapa yang membawa ke Kaltim. 

“Beberapa kasus yang kami tangani, kalau hanya calo dan lain-lain, tidak kami ladeni,” tegas Puguh. “Artinya, kami butuh (investor) yang serius dan punya kompetensi dan profil bagus.”

Selain itu, sesuai arahan Presiden Joko Widodo dalam Group of Twenty atau G-20, komunitas negara anggota harus dimaksimalkan. Investasi dari forum kerja sama multilateral yang melibatkan berbagai negara itu disesuaikan bidang dan kejelasan perusahaan.

“Ini menjadi tantangan dalam melihat perkembangan di Kaltim. PMA dimaksimalkan dari komunitas tersebut. Mulai mapping sampai eksekusi bisa memaksimalkan sektor-sektor di Kaltim. Satu hal lagi, investasi tersebut di luar sektor pertambangan (migas dan batu bara),” tutupnya. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar