Terkini

Yang Terjadi di Tiga Detik Mematikan saat Atraksi Maut

person access_time 6 years ago
Yang Terjadi di Tiga Detik Mematikan saat Atraksi Maut

Tragis. Satu orang meninggal dalam atraksi maut di Berau. (Ilustrasi: Danoo)

Atraksi bertaruh nyawa
Tubuh tergilas roda

Ditulis Oleh: Fel GM
Sabtu, 19 Mei 2018

kaltimkece.id Pertunjukan dalam perpisahan kelas IX Madrasah Tsanawiyah Al-Kholil Berau berakhir dengan maut pada Kamis, 3 Mei 2018. Dari enam santri yang dilindas mobil, satu di antaranya meninggal dunia.

Adalah RAP, 16 tahun, santri dari perguruan Pagar Nusa yang meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Abdul Rivai. RAP berada di sebelah kanan barisan ketika mobil mulai melindas. Posisinya menjadikan RAP sebagai orang pertama yang terinjak roda. Selama 3 detik, punggung remaja itu menahan beban kendaraan.

kaltimkece.id menganalisis 3 detik yang menentukan hidup dan mati RAP. Sejumlah peranti lunak dipakai untuk pengamatan terperinci. Untuk mengukur jarak, digunakan AutoCAD. Sementara CorelDraw dan Adobe Photoshop sebagai peranti analisis citra. Ukuran waktu diperoleh dari Adobe Premiere yang mampu membaca bingkai video hingga sepertigapuluh detik. 

Ukuran-Ukuran

Dalam rekaman video amatir yang beredar luas, enam santri dilindas oleh pikap Mitsubishi L300. Roda kiri mobil menaiki sebuah “jembatan” kecil sebelum menginjak tubuh para peserta atraksi. Jembatan kecil itu memiliki tinggi 12,7 sentimeter. Ia terdiri dari dua batu bata merah yang disusun sejajar dengan ketebalan 10,2 sentimeter serta papan kayu setebal 2,5 sentimeter. 

Setelah melewati jembatan kecil, Mitsubishi L300 mulai berjalan di atas tubuh santri yang menelungkup. Berat kendaraan itu, sebagaimana dilansir laman Mitsubishi, adalah 1.090 kilogram. Bobotnya bertambah karena tiga orang berada di atasnya. Dua orang di kabin, seorang lagi berdiri di bak terbuka. Jika bobot rata-rata satu penumpang adalah 60 kilogram, berat mobil keseluruhan adalah 1.270 kilogram. 

Seluruh beban tersebut terbagi di empat roda. Namun, distribusi bobot di keempat roda tidaklah selalu merata karena pusat beban tidak benar-benar di tengah badan kendaraan. Dalam keadaan kosong, beban terbesar Mitsubishi L300 disumbangkan oleh sasis dan mesin. Adapun posisi mesin L300, sangat dekat dengan roda depan. Begitu pula tiga orang di dalam mobil, posisi mereka di atas sumbu roda muka. 

Distribusi beban di keempat roda dapat dihitung lewat formula yang dimuat pada Fisika 1, 2, 3 (2012). Hasil perhitungan menyajikan bahwa beban sumbu roda depan mobil sebesar 952 kilogram. Itu berarti, 75 persen bobot kendaraan bertumpu di depan. Dengan demikian, lindasan roda depan tiga kali lebih berat dibanding roda belakang. Efek terlindas roda depan jauh lebih besar dari roda belakang.

Untuk menghitung beban roda kiri depan yang melindas para santri, beban sumbu roda muka dibagi dua. Diperoleh berat 476 kilogram yang dipikul roda kiri. Beban sebesar itulah, setara lima sepeda motor matic, yang melindas RAP dan kolega.

Namun demikian, meskipun seluruh santri dilindas dengan beban yang sama, RAP adalah yang paling menderita. Posisinya di paling kanan barisan-lah yang menjadi penyebabnya. Setidaknya, ada dua hal yang membuat RAP harus menerima beban jauh lebih besar. Keduanya berlangsung hanya dalam 3 detik. 

Satu detik pertama, RAP harus menerima momentum yang sangat besar setelah mobil melewati jembatan kecil tadi. Dua detik berikutnya, roda mobil sempat terhenti sesaat di atas tubuh RAP sehingga menyalurkan tekanan sangat besar. Dua peristiwa yang dapat diukur melalui hukum-hukum fisika tersebut dijelaskan satu per satu berikut ini.

Momentum

Dari analisis citra, ditemukan ruang kosong antara jembatan papan dengan tubuh RAP. Celah kecil itu menyebabkan roda kiri depan mobil seperti “terjatuh” ketika lepas dari jembatan. Setelah itu, roda menghantam punggung RAP.  

Dari pengamatan bingkai per bingkai video, roda jatuh sangat cepat yaitu setengah detik. Secara seksama, dapat dilihat pada detik 52,50 hingga 53,00 di dalam video. Ketinggian celah yang membuat roda jatuh adalah 3,6 sentimeter. Meskipun celah tersebut sangat kecil, dampak yang ditimbulkan oleh sebuah mobil berpenumpang tiga orang sangatlah besar.

Baca juga: Debat Kandidat di Masa Lalu, Bawa Foto SD Rusak hingga Jurus Diam

Persamaan momentum, konsep yang ditemukan Isaac Newton, dapat menggambarkannya. Momentum adalah besar kecilnya gaya dari sebuah benda yang bergerak. Momentum sangat ditentukan oleh massa benda dan kecepatannya. 

Sebagai gambaran sederhana, momentum atau daya hancur kereta api ketika menabrak tembok jauh lebih besar dari mobil. Meskipun, kedua benda itu melaju dalam kecepatan yang sama. Dalam kasus ini, momentum ditentukan massa kereta api yang jauh lebih besar dari mobil (Fisika, 2006). 

Perbandingan berikutnya adalah daya hancur sepeda motor bisa lebih besar dari mobil ketika menabrak sesuatu. Syaratnya, kecepatan sepeda motor harus jauh lebih tinggi dari lajunya mobil. Pada kasus ini, momentum ditentukan kecepatan sepeda motor. Dari konsep seperti itulah, Newton memformulasikan bahwa momentum adalah hasil perkalian massa dengan kecepatan. 

Dalam peristiwa di Berau, besar momentum roda kiri depan yang jatuh menimpa tubuh RAP dapat diketahui. Dimulai dari menghitung kecepatan mobil saat terjatuh yang ditentukan dari ketinggiannya. Sebelum menimpa RAP, terdapat celah 3,6 sentimeter. Kecepatan jatuh kendaraan, sesuai konsep gerak jatuh bebas dengan percepatan gravitasi 9,8 meter per detik kuadrat, adalah 0,78 meter per detik. 

Sementara itu, massa yang dipikul roda kiri adalah 476 kilogram. Jika momentum adalah hasil perkalian massa dengan kecepatan, momentum Mitsubishi L300 ketika menghantam tubuh RAP adalah 333 kilogram meter per detik. Momentum sedemikian setara dengan tertimpa kulkas dua pintu seberat 50 kilogram dari lantai tiga. Seperti penjelasan terdahulu, meskipun kecepatan jatuh L300 sangat kecil, massa kendaraan yang besar menghasilkan nilai momentum yang besar pula. Tambahan momentum ini yang tidak diterima lima rekan RAP yang lain. 

Mengapa tambahan momentum, yang ketika menumbuk disebut impuls, jauh lebih besar dari sekadar dilindas? Terdapat perbedaan besar di antara keduanya. 

Sebagai gambaran, sebuah bola golf atau bola bekel yang digelindingkan belum tentu membunuh seekor semut. Namun, ketika bola yang sama dijatuhkan di atas semut, bahkan dari ketinggian yang kecil, kemungkinan semut untuk mati menjadi lebih besar. Padahal, kedua bola itu memiliki bobot yang sama. 

Keadaan itulah yang dilalui RAP pada detik pertama dari tiga detik yang mematikan. Dia tidak hanya digilas “bola golf”, RAP kejatuhan bola itu. 

Tekanan 

Selain momentum, mobil yang melindas para santri juga membawa tekanan. Mata ajar fisika mengenai tekanan diberikan di kurikulum SMP. Menurut teori, tekanan benda padat adalah besar gaya yang bekerja tegak lurus untuk setiap satuan luas bidang benda tersebut. Persamaan tekanan adalah gaya dibagi luas permukaan (Fisika SMP, 2010)

Ketika mobil melindas para siswa, luas permukaan roda kiri depan dapat dihitung. Ukuran standar ban Mitsubishi L300 adalah 180 milimeter lebarnya, atau 0,18 meter. Sementara panjang permukaan ban yang menginjak tanah adalah 10 sentimeter atau 0,1 meter. Dengan demikian, luas permukaan ban sebesar 0,018 meter persegi.

Baca juga: Sejarah yang Tergusur Taman Samarendah: Lenyapnya Lokasi Pidato Soekarno dan Soeharto

Di sinilah celakanya. Tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan. Semakin sempit permukaan, tekanan semakin tinggi. Jarum dengan permukaan sangat kecil lebih mudah menembus kulit ketimbang ujung sendok meskipun ditekan dengan kekuatan yang sama. 

Pada kejadian di Berau, luas permukaan ban yang kecil ketika menginjak santri menghasilkan tekanan yang besar. Total tekanan yang diterima para santri adalah 259 ribu pascal. 

Lagi-lagi, RAP menerima tekanan paling besar. Ia dilindas mobil yang sempat terhenti di atas tubuhnya. Dalam kalimat lain, RAP menerima tekanan 259 ribu pascal selama dua detik.

Kekuatan sebesar itu sudah cukup meremukkan batako campuran yang memiliki kuat tekan 260 ribu pascal, seperti ditulis Wahyu Anggoro dalam skripsinya di Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (2014). Punggung RAP, tentu saja, tak sekuat batako itu. (*)

Senarai Kepustakaan
  • Anggoro, Wahyu, 2014. Karakteristik Batako Ringan dengan Campuran Limbah Styrofoam Ditinjau dari Densitas, Kuat Tekan, dan Daya Serap Air, Skripsi, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
  • Dwi, Djuanaidi, 2012. Trik Soal Fisika 1, 2, 3, Jakarta: Genta Group Production.
  • Saripudin, Ahmad, 2006. Fisika, Buku Pelajaran Kelas XI Semester I, Bandung: PT Grafindo Media Pratama.
  • Suartini, Kinkin, 2010. Fisika SMP, Jakarta: Gagas Media.
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar