Balikpapan

Gempita Catur di Tepi Jalan

person access_time 1 year ago
Gempita Catur di Tepi Jalan

Sejumlah orang bermain catur di Jalan Gajah Mada, Kelurahan Klandasan Ilir, Balikpapan Kota, Jumat malam, 16 Juni 2023. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

Hampir setiap malam, jalan di Balikpapan ini selalu menjadi arena bermain catur. Aktivitas ini disebut turut melahirkan atlet-atlet catur.

Ditulis Oleh: Septianus Hendra
Senin, 19 Juni 2023

kaltimkece.id Duduk di tepi Jalan Gajah Mada, Kelurahan Klandasan Ilir, Balikpapan Kota, Zainal Abidin nyaris tak beringsut. Kedua mata pria berusia 55 tahun itu menatap lekat peranti-peranti catur di hadapannya walau bising kendaraan di belakangnya tak pernah berhenti. Malam itu, Jumat, 16 Juni 2023, Zainal tengah bermain catur melawan rekannya.

Bukan hanya kedua orang itu yang bermain catur. Di samping mereka, sejumlah orang juga asyik bermain gajah-gajahan. Media yang mereka gunakan adalah meja yang dilapisi karpet bercorak kotak-kotak hitam-putih. Entah sejak kapan, yang jelas, hampir saban malam lokasi tersebut selalu menjadi arena bermain catur.

Kembali ke Zainal, ia berhasil menumbangkan lawannya dalam waktu kurang dari 30 menit. Permainan tersebut ditutup dengan kedua pemain saling menyeruput kopi yang dipesan di warung dekat situ. Selepas bermain catur, Zainal berbagi cerita mengenai pengalamannya bermain catur kepada kaltimkece.id.

Lelaki yang tinggal di Kelurahan Margo Mulyo, Balikpapan Barat, itu menyebut tidak terlalu sering bermain catur di Jalan Gajah Mada. Dalam sebulan, paling banyak lima kali ia berkunjung ke situ. Biasanya, ia datang dari pukul 8 sampai 12 malam. Selain menyalurkan hobi, maksud kedatangannya juga untuk berkumpul dan berbagi pengalaman kepada sejawatnya yang memilki hobi catur.

“Saya suka dengan suasananya yang berada di tengah kota,” tutur Zainal.

Lebih lanjut, ia mengaku suka bermain catur sejak kecil atau saat tinggal di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ia pun pernah mengikuti berbagai turnamen catur, dari tingkat kelurahan, daerah, hingga nasional. Pada 2003, dalam sebuah turnamen catur tingkat nasional, Zainal dianugerahi gelar master nasional. “Sejak kecil, saya sudah sering dapat juara,” bebernya.

Kini, ia menjadi atlet catur dan anggota Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Balikpapan. Ia kerap menjadi andalan Balikpapan di berbagai kompetisi catur. Salah satunya dalam perlombaan catur tingkat provinsi yang dihelat di Balikpapan, pekan kemarin. Dalam kejuaraan tersebut, Zainal menghadapi lawan yang juga memiliki gelar master.

“Dari ratusan pesertanya, Alhamdulillah, saya berhasil masuk urutan ke-13,” ucapnya.

Zainal Abidin, atlet catur Balikpapan. Ia kerap bermain catur di Jalan Gajah Mada, Klandasan Ilir. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

Catur Hilangkan Stres

Tak lama setelah Zainal Abidin bermain catur, Ama Mansyur tiba di Jalan Gajah Mada, Klandasan Ilir. Keinginan pria tersebut bermain catur mesti ditangguhkan karena delapan meja catur yang tersedia sudah bertuan. Sembari menunggu gilirian, ia melayani wawancara kaltimkece.id.

Mansyur, 55 tahun, mengaku sering berkunjung ke Jalan Gajah Mada. Dalam semalam, ia bermain catur sebanyak tiga hingga empat pertandingan. Hal ini ia lakukan untuk mengasah kemampuannya bermain catur. Ia pun menekuni olahraga berpikir itu sejak kecil.

“Dulu, saya belajar bermain catur secara autodidak. Tapi sekarang, saya pakai teori buku,” kata Mansyur yang tinggal di Kelurahan Gunung Sari Ulu, Balikpapan Tengah.

Akan tetapi, Mansyur bukan seorang atlet catur. Ia hanya menjadikan catur sebagai hiburan untuk melepaskan penat. Walau demikian, kemampuannya bermain catur tak boleh dianggap enteng. Ia pernah menjuarai perlombaan catur tingkat kelurahan. “Catur itu menghibur dan bisa menghilangkan stres,” ucapnya.

Suasana Jalan Gajah Mada, Klandasan Ilir, Jumat malam, 16 Juni 2023. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

Memberikan Asa dan Rezeki

Kehadiran para pecatur di Jalan Gajah Mada disebut memberikan asa bagi dunia pecaturan Balikpapan yang lebih baik. Pada 2008, aktivitas ini melahirkan sebuah komunitas catur bernama Balikpapan Chess Club (BCC). Wawan Sagita adalah pelatih catur di komunitas tersebut. Sejak BCC didirkan, ia rutin memantau kegiatan catur di lokasi tersebut.

“Di sini, saya kerap mendapatkan anak muda yang memilki potensi menjadi atlet catur,” ucapnya kepada kaltimkece.id. Bibit-bibit tersebut kemudian dilatihnya untuk mengikuti perlombaan catur. Wawan berharap, upayanya ini dapat didukung pemerintah.

“Semoga, pemerintah bisa memberikan perhatian dengan memberikan fasilitas hingga mengadakan agenda bulanan,” ujarnya.

Wawan Sagita, pelatih catur dari Balikpapan Chess Club. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

Bukan hanya memberikan asa untuk dunia pecaturan, para pecatur di Jalan Gajah Mada juga mendatangkan rezeki. Yuliati Brigitta merupakan pedagang yang berjualan di sebuah gerobak di area tersebut. Ia membeli gerobak tersebut dari pedagang sebelumnya enam bulan lalu.

Buka dari pukul 6 sore sampai pukul 3 subuh, Yuliati menjual berbagai kuliner ringan seperti kopi hingga mi instan. Sejak berjualan, ia mengaku, dagangannya selalu laris. Dalam sehari, ia bisa mengantongi Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu. “Ini adalah tempat saya mencari nafkah untuk terus melangsungkan hidup,” ucap perempuan paruh baya itu.

Pada malam itu, Yuliati menyeduh kopi hitam di sebuah cangkir kecil dan merebus sebungkus mi instan. Setelah jadi, ia mengantarkan kedua olahan tersebut kepada seseorang yang sedang bermain catur. Orang tersebut semakin bersemangat setelah menyeruput kopi buatan Yuliati. (*)

shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar