Balikpapan

Mengusir Kenangan Buruk di Turunan Maut

person access_time 1 year ago
Mengusir Kenangan Buruk di Turunan Maut

Grafiti di turunan Muara Rapak, Balikpapan. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID

Turunan Muara Rapak meninggalkan kenangan mengerikan tentang kecelakaan. Bagaimana upaya mencegah tragedi terjadi lagi?

Ditulis Oleh: Septianus Hendra
Kamis, 02 Februari 2023

kaltimkece.id Mata Joko terus tertuju pada spion sepeda motornya. Lampu merah memaksanya berhenti di Simpang Muara Rapak. Tiap kali berhenti ujung jalan menurun itu, Joko selalu waswas, terbayang kecelakaan maut yang acap terjadi di lokasi  titik nol kilometer Balikpapan-Samarinda itu.

“Ya, selalu waswas kalau stop di lampu merah,” ungkap Joko saat menunggu lampu hijau menyala dari arah Jalan Soekarno-Hatta dan akan menuju sebuah alamat di Jalan Klamono, Rabu, 1 Februari 2023.

Rasa waswas seperti yang dialami Joko, atau pengendara lain, kini sedikit berkurang. Grafiti bergambar ragam ornamen di sisi kiri turunan itu bisa jadi opsi hiburan mata. Kepada kaltimkece.id, Wahyudi Rizky salah seorang yang terlibat dalam pembuatan grafiti itu menyebut, perlu 14 hari untuk menyelesaikan lukisan. Tim bernama Bahaya Kesandung, beranggotakan para pegiat grafiti di Balikpapan, dipercaya untuk mengeksekusi. 

"Bermula dari salah satu anggota tim yang dihubungi dan ditawari, karena jalannya panjang maka kami kerjakan bareng tim agar lebih cepat dan maksimal," jelas Rizky.

Lukisan di dinding jalan sepanjang lebih kurang 300 meter tersebut dikerjakan minimal 10 hari. Sementara persiapan konsep perlu waktu satu minggu. Wahyudi Rizki merasa bangga karena dipercaya menghias dan memunculkan gambar yang menarik bagi pengendara. Di antaranya menyajikan maskot Balikpapan, Beruang Madu. Juga, berbagai lukisan berornamen khas Dayak.

"Kami senang mendapat kesempatan untuk menuangkan karya kami di tempat ini. Tim kami juga berusaha memberikan gambaran yang terbaik untuk dapat di nikmati oleh warga Balikpapan,” jelasnya.

Tim Bahaya Kesandung menurunkan 11 anggotanya untuk membantu menyelesaikan lukisan. Cuaca menjadi kendala terbesar. Saat hujan, tim grafiti harus menepi dan melindungi karya yang sudah setengah jadi.

“Kendala kami saat ini itu cuaca yang tidak bisa dihindari, apalagi dinding berada di area terbuka” ucap pria berusia 25 tahun itu.

Pengendara melintasi grafiti di turunan Muara Rapak. Sejumlah kecelakaan maut pernah terjadi di situ. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID 
 

Rizki berharap dengan kepercayaan ini, masyarakat tidak lagi melihat grafiti sebagai tindakan negatif. “Semoga kegiatan grafiti dan mural di Kota Balikpapan di dukung dan semoga kegiatan positif grafiti tidak selalu mendapat kesan negatif dari warga” tutup Rizky.

Mengurangi kesan horor di Muara Rapak ini ternyata bukan tanpa alasan. Bahkan, pembiayaannya ditanggung oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kalimantan Timur. 

Catatan setahun terakhir, ada dua kecelakaan di tempat itu yang memakan korban jiwa. Tragedi memilukan yang masih terlintas adalah kecelakaan maut pada Jumat, 21 Januari 2022. Kala itu satu unik truk mengalami rem blong dan menabrak kendaraan secara beruntun. Akibatnya, 36 orang menjadi korban, dan enam di antaranya meninggal dunia. 

Kejadian serupa dialami truk ready mix. Alasan rem blong, membuat kendaraan berat itu tak bisa dikendalikan. Sang sopir pun akhirnya meninggal dunia.

Mural di sebelah kiri turunan Muara Rapak. Bertujuan mengurangi kesan horor di kawasan tersebut. FOTO: SEPTIANUS HENDRA-KALTIMKECE.ID
 

Kepala BBPJN Kaltim melalui Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I, Rahmad Fajar mengakui adanya grafiti untuk menghilangkan kesan menakutkan. Ditemui saat meninjau proses pembuatan mural pada Selasa, 31 Januari 2023, mengatakan bahwa Muara Rapak jadi titik yang paling rawan kecelakaan. 

“Jadi tidak hanya pelebaran saja yang kami lakukan untuk menciptakan jalan yang berkeselamatan. Tapi bagaimana menciptakan kesan indah sekaligus menghapus kesan horor di persimpangan ini,” ucap Rahmad.

Pekerjaan besar memang sedang dilakukan BBPJN Kalimantan Timur. Targetnya, pembangunan underpass yang akan selesai pada 2024. Seiring pengerjaan kegiatan oleh BBPJN, juga dilakukan upaya menghias dinding pembatas dengan grafiti. 

“Mural (grafiti) dikerjakan oleh BBPJN, satu paket dengan penataan,” ujar Kepala Bappeda Balikpapan, Murni. “Targetnya tahun 2024 underpass sudah rampung,” lanjutnya.

Sebelumnya, pada jalan Simpang Muara Rapak direncanakan akan dibangun flyover. Namun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai lembaga teknis tidak merekomendasikan flyover. Selain alasan teknis karena terlalu tinggi, juga alasan estetik hal tersebut kurang menarik untuk keindahan kota.

Murni belum  bisa merinci berapa total anggaran yang dibutuhkan. Biaya yang telah dikeluarkan untuk pembebasan lahan telah mencapai Rp 14 miliar. 

“Jadi diarahkan underpass. Detail Engineering Desain (DED) sekarang masih dalam penyusunan di Balai Besar, pengerjaannya mulai 2023 ini,” papar Kepala Bappeda Balikpapan itu. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar