Ekonomi

Meraba Tumpuan Ekonomi Berau pada Masa Depan, Majukan Pariwisata Lupakan Batu Bara

person access_time 3 years ago
Meraba Tumpuan Ekonomi Berau pada Masa Depan, Majukan Pariwisata Lupakan Batu Bara

Resort di Pulau Maratua, Kepulauan Derawan, Berau (foto: maratua.co.id)

Sektor batu bara yang menjadi tumpuan utama ekonomi Berau terbukti rentan sakit. Masa depan kabupaten ini sesungguhnya adalah pariwisata.

Ditulis Oleh: Dedi Warseto
Sabtu, 19 September 2020

kaltimkece.id Lima penyu merangkak naik di pantai Pulau Derawan, Kabupaten Berau, ketika hari merambat gelap. Wakil Bupati Berau, Agus Tamtomo, bersama beberapa orang, menahan suara agar tidak menimbulkan keributan. Di atas pasir putih, penyu-penyu itu lantas mengeluarkan telur.

Kamis, 17 September 2020, Wabup barulah mendekati satwa yang dilindungi itu selepas mereka melewati proses berkembang biak. Agus Tamtomo menyempatkan berfoto sejenak. Hanya sebentar ia memegang telur penyu, itu pun sangat hati-hati. Telur-telur itu kemudian dipindahkan ke tempat penangkaran dan didata oleh petugas. Biasanya, selepas 50 hari, baru menetas.

“Melihat penyu bertelur akan menarik wisatawan untuk menginap di Pulau Derawan dan pulau sekitarnya. Pengalaman seperti ini, jika digarap dengan baik, bisa mendatangkan pendapatan daerah,” ungkapnya. Menyaksikan penyu bertelur bisa menambah daya tarik Pulau Derawan  yang dikenal memiliki pantai dan titik menyelam yang indah.

Untuk mendorong agar semakin banyak penyu bertelur, Wabup mengakui, pemerintah daerah memiliki hambatan. Masalahnya tidak ada kewenangan Pemkab Berau untuk konservasi di bidang kelautan. Tanpa kewenangan, tidak mungkin bisa menganggarkan. Pemkab masih berupaya mencari jalan agar terlibat dalam pengembangbiakan penyu.

Sektor pariwisata pesisir di Berau memang amat menjanjikan. Menurut catatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau, dari 172 obyek wisata di Berau, sebelas di antaranya adalah unggulan. Adapun jumlah wisatawan yang datang ke kabupaten ini terus meningkat dalam satu dasawarsa terakhir. Jika pada 2010 hanya 18.135 wisatawan, pada 2018 sudah mencapai 288.038 wisatawan lokal dan mancanegara.

Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo, sepakat bahwa pariwisata adalah sektor unggulan yang bisa menggantikan peran batu bara. Selama ini, ekonomi Berau sangat bergantung dari sektor pertambangan. Ketika bisnis ini terdampak dan sakit, seluruh sendi ekonomi Berau ikut merasakan akibatnya. Agus Tamtomo yakin jika Berau menggenjot potensi di sektor lain seperti perikanan, pertanian, dan pariwisata, kabupaten ini tidak lagi bergantung batu bara.

“Untuk jangka panjang, saya optimistis bidang pariwisata bisa dikembangkan. Potensi sektor ini sangat besar,” kata Wabup.

Di samping sektor pariwisata, sektor perkebunan, perikanan, dan pertanian di Berau juga menjanjikan. Komoditas seperti lada, jagung, dan kedelai yang dihasilkan Berau sangat besar dan berkualitas baik. Potensi ini bisa dimanfaatkan warga yang jauh dari objek wisata.

Bahwa masa depan sektor batu bara sedang suram dibenarkan Arif Hadianto, corporate communication manager PT Berau Coal. Arif menjelaskan, sudah sepatutnya sektor pertambangan yang saat ini menjadi fondasi perekonomian adalah modal pembangunan bagi Berau untuk beralih ke sektor ekonomi berkelanjutan. Sebagai contoh, industri perkebunan, pangan, atau pariwisata.

“Perkembangan bisnis batu bara hari ini yang sangat lesu menjadi pengingat kita semua untuk mempersiapkan masa depan, termasuk ekonomi Berau. Kabupaten ini perlu beralih kepada sektor usaha yang lebih sustainable atau berkelanjutan sehingga dapat menjadi penggerak ekonomi ke depan,” katanya.

Kondisi yang dihadapi Berau tidak main-main. Lebih 10 tahun terakhir, menurut data Badan Pusat Statistik Berau, sektor galian dan pertambangan berkontribusi 60,93 persen (menurut harga berlaku) kepada total produk domestik regional bruto (PDRB) Berau. Pada 2018, kontribusinya menjadi 61,56 persen, lalu 62,42 persen pada 2017, dan 60,13 persen pada 2016.

Tantangan Majukan Pariwisata

Kepala Disbudpar Berau, Masrani, membenarkan bahwa kunci meningkatkan kunjungan di sektor pariwisata adalah membenahi sarana dan prasarana. Berau saat ini berjuang keras agar sejumlah objek wisata masuk Kawasan Strategis Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN). Objek wisata yang diusulkan tersebut terdiri dari Kepulauan Derawan (Derawan, Maratua, Kakaban, Sangalaki), Pulau Manimbora, Pulau Spongebob, Pulau Kaniungan, dan Labuan Cermin.

“Pemkab berusaha memenuhi infrastruktur seperti jalan dan bandara agar sektor ini semakin maju. Namun demikian, kami berharap bantuan provinsi dan pusat karena tidak mungkin pemkab sendiri yang membangunnya,” terangnya.

Masrani menambahkan, sektor pariwisata yang maju bisa menjadi alternatif bagi karyawan sektor pertambangan yang di-PHK. Jasa kuliner, jasa transportasi, biro perjalanan, hingga jasa pemandu wisata terbuka lebar. Menurut Disbudpar, guide yang tersedia saat ini masih orang-orang tertentu yang belum menyentuh langsung ke masyarakat.

Di tempat terpisah, Ketua DPRD Berau, Madri Pani, mengatakan bahwa pembangunan ekowisata di Berau mesti berkesinambungan dalam jangka panjang. Dari sekarang, katanya, Berau perlu melengkapi sarana dan prasarana serta transportasi sehingga wisatawan yang berkunjung merasa nyaman dan betah. DPRD dipastikan mendukung termasuk penganggaran sektor pariwisata.

“Selama baik bagi Berau, apalagi bisa menopang perekonomian, tentu kami (DPRD) tidak menolak. Saya berharap, sektor pariwisata berkembang dan unggul sehingga masyarakat tak terlalu bergantung di satu sektor seperti batu bara,” harapnya.

Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Berau, Fitrial Noor juga setuju menjadikan sektor pariwisata sebagai unggulan. Berau memiliki anugerah yang besar. Yang terpenting saat ini, katanya, Berau harus memiliki desain potensi wisata wilayah hulu dan pesisir. Potensi ini diharapkan memudahkan investor yang ingin menanamkan modal di Berau.

Kabupaten ini juga dinilai memerlukan tagline sebagai daya tarik pariwisata. Meskipun hal sepele, tagline dinilai penting untuk memudahkan pemasaran pariwisata. Pemkab juga disarankan memberi keringanan retribusi bagi pengusaha pariwisata.

“Belajar dari daerah lain, dana bagi hasil dari pariwisata tidak kalah dari sektor batu bara,” sebutnya.

Pariwisata yang diharapkan menggantikan peran batu bara juga diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Berau, Zulkarnain Tanjung. Menurutnya, bisnis perhotelan dan restoran saat ini mengalami penurunan drastis karena kelesuan pertambangan ditambah pandemi.

Menurut PHRI, Berau memiliki 88 hotel dengan 2.640 karyawan. Sementara itu, restoran dan katering mempekerjakan sebanyak 2.379 karyawan. Hampir seluruhnya merasakan dampak kelesuan ekonomi sekarang. PHRI berharap semua sektor bisa membaik. Pariwisata pun dapat menjadi sektor yang diunggulkan karena memiliki potensi jangka panjang. Berkembangnya wisata di Berau sangat berdampak kepada usaha hotel, restoran, dan resort. (*)

Editor: Fel GM

Temui kami di Instagram!

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar