Ekonomi

Temuan Gas Hydrocarbon di Laut Lepas Kaltim, Temuan Terbesar PHI selama 2021

person access_time 3 years ago
Temuan Gas Hydrocarbon di Laut Lepas Kaltim, Temuan Terbesar PHI selama 2021

Ilustrasi aktivitas migas di laut lepas. (istimewa)

Gas hydrocarbon tersebut ditemukan di sumur Eksplorasi Maha-2 dalam pengeboran pada 16 April hingga 12 Mei 2021 lalu.

Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Kamis, 10 Juni 2021

kaltimkece.id Perusahaan Eni menemukan 43 meter lapisan pasir bersih gas atau gas hydrocarbon di laut lepas Kaltim. Senyawa kimia tersebut memiliki karakteristik reservoir yang sangat baik dari zaman pliosen, suatu masa yang berlangsung 5,332 hingga 1,806 juta tahun lalu.

Perusahaan asal Italia tersebut merupakan mitra dari Pertamina Hulu West Ganal—anak perusahaan Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Gas tersebut berhasil ditemukan di sumur Eksplorasi Maha-2 dalam pengeboran selama 16 April hingga 12 Mei 2021.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima kaltimkece.id melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Eni adalah operator Blok West Ganal melalui afiliasi, Eni West Ganal Limited, yang memegang 40 persen participating interest (PI). Lainnya adalah Nepture Energy West Ganal BV dan PT Pertamina Hulu West Ganal masing-masing memegang 30 persen.

"Eni beroperasi di Indonesia sejak 2001 dan saat ini memiliki portfolio aset yang besar di tahap eksplorasi pengembangan, dan produksi," tulis Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Susana Kurniasih, melalui siaran pers Rabu, 9 Juni 2021.

Sementara untuk Maha-2--lokasi pengeboran Blok West Ganal—sebagaimana dijelaskan Senior Manager Relation PHI, Farah Dewi, merupakan sumur explorasi-appraisal melanjutkan sumur Maha-1 yang dibor pada 2002 oleh operator sebelumnya. Pada 2021, dilakukan pengeboran sumur Maha-2 untuk pengambilan contoh batuan (coring) dan uji produktivitas (testing). Bertujuan memastikan karakteristik reservoir yang sangat baik untuk diproduksi ke depan.

Kembali ke SKK Migas. Plt Deputi Perencanaan SKK Migas, Julius Wiratno, melalui siaran pers Senin, 7 Juni 2021, turut menjelaskan penemuan tersebut. Ia mengatakan, 43 meter lapisan gas hydrocarbon ditemukan di kedalaman 2.960 meter dengan kedalaman di bawah air 1.115 meter. Melalui uji produksi terbatas, kata Julius, oleh fasilitas permukaan mencatat gas deliverability yang sangat baik dari reservoir yang mengalir pada clean up flow 33.9 MMScfd choke position: 96/64 inchi.

PHI mengklaim hal tersebut merupakan salah satu penemuan besar (big fish) sumber daya gas pertama pihaknya selama 2021. Produksi gas dari lapangan Maha itu direncanakan disambungkan ke fasilitas Jangkrik Floating Production Unit (FPU). Bertujuan memaksimalkan sinergi dan optimalisasi waktu serta biaya pengembangan fasilitas subsea.

Berdasarkan pengujian dan coring reservoir, SKK Migas menghimpun data penting yang dibutuhkan untuk mendukung studi pada persiapan rencana pengembangan Lapangan Maha. Dua sumur appraisal lainnya pun akan dibor.

"Oleh karena itu, kami mendorong Eni segera melakukan langkah lanjutan sampai tahapan plan of development (PoD) agar dapat lapangan itu segera diproduksikan dan menambah neraca gas nasional," tandas Julius.

Mengenal Gas Hydrocarbon

Akademisi Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi Teknik Minyak dan Gas (STT Migas) Balikpapan, Andry Halim, menjelaskan jika gas hydrocarbon merupakan senyawa kimia yang terdiri dari C= carbon dan H=hidrogen yang berbentuk gas. Komponen C dan H bergabung dan menjalani proses alam sehingga menjadi gas.

"Pernah lihat batu di jalan seperti batu karang, batu pasir? Hydrocarbon itu ya disimpan di dalam batu-batu itu. Kalau kita lihat pakai mikroskop ada pori-porinya. Sama dengan kulit kita ada pori- pori. Nah, hydrocarbon itu tersimpan di dalam pori-pori itu," ujar Andry, Rabu.

Gas hydrocarbon pun disebut kaya manfaat. Di antaranya untuk pembangkit listrik yang selama ini dilakukan melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN), penggunaan secara langsung untuk gas kota seperti yang dilakukan Perusahaan Gas Negara (PGN).

"Kalau di Jawa, di Jakarta sudah lama, dari zaman Belanda. Kalau dulu pakai batu bara kalau sekarang pakai gas alam. Jadi, PGN itu adalah konsumen gas nasional juga untuk gas kota," imbuhnya. Gas kota sendiri ialah gas yang dapat digunakan secara langsung melalui saluran pipa-pipa tertentu.

Setelah itu, sambung dia, untuk pendapatan devisa negara, gas hydrocarbon ada yang digunakan secara langsung dan tidak. Sebagian digunakan secara langsung. Akan tetapi, ada yang diolah menjadi produk dan kemudian di-ekspor ke luar negeri.

Ia mencontohkan Bontang yang terdapat kilang minyak, memisahkan komponen dari gas hydrocarbon yang sebagian diolah menjadi pupuk. "Untuk mencairkan itu dibutuhkan tekanan yang sangat tinggi. Sampai dia cair, habis itu masuk ke kapal. Dikirim ke Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan sebagainya," kata dia. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar