Kutai Kartanegara

Derita SD Berusia 83 Tahun di Tenggarong, Bangunannya Rapuh, Tak Mampu Lagi Menampung Siswa

person access_time 1 year ago
Derita SD Berusia 83 Tahun di Tenggarong, Bangunannya Rapuh, Tak Mampu Lagi Menampung Siswa

Suasana pebelajaran di SD 004 Tenggarong. (foto: aldi/kaltimkece.id)

Bangunan sekolah di ibu kota kabupaten ini masih menggunakan kayu. Perbaikan sangat diharapkan agar para siswa dapat belajar dengan aman dan nyaman.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Sabtu, 23 Juli 2022

kaltimkece.id Gedung sekolah berkelir kuning-hijau di Kelurahan Mangkurawang, Tenggarong, Kutai Kartanegara, itu selalu ramai hampir setiap hari. Sekitar 471 siswa SD 004 Tenggarong memanfaatkan bangunan berdinding kayu tersebut untuk menimba ilmu. Belajar berbagai mata pelajaran demi masa depan yang cerah.

Jumat, 22 Juli 2022, reporter kaltimkece.id mengunjungi sekolahan itu. Suasana di sekitarnya tampak asri karena pepohonan bukan buah tumbuh subur di depan kelas. Akan tetapi, pemandangan berbanding terbalik dengan salah satu ruang kelasnya. Kayu-kayu yang menjadi dinding ruangan tersebut tampak rapuh.

Kepada media ini, Kepala SD 004 Tenggarong, Mardiana, mengatakan, ada empat kelas yang kondisinya memprihatinkan seperti itu. Bahkan, ia menyebut, delapan kelas yang ada tak cukup menampung seluruh siswa. Sekolah menyiasatinya dengan membagi waktu pemanfaatan ruangan. Sebagian siswa belajar dari pagi-siang, sebagiannya lagi dari siang-sore. Kondisi ini mulai berlangsung sejak enam tahun lalu.

“Idealnya, sekolah ini seharusnya punya 19 ruang belajar,” kata perempuan berusia 52 tahun itu.

_____________________________________________________PARIWARA

Sebetulnya, Mardiana melanjutkan, kepala sekolah yang dulu sudah mengusulkan penambahan ruangan baru kepada pemerintah pada 2016. Waktu itu, jumlah siswa SD 004 Tenggarong mencapai 500 orang. Namun, entah apa sebabnya, usulan tersebut tak pernah terealisasi.

Lalu pada 2019, sekolah mengajukan proposal rehabilitasi bangunan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kukar. Setahun kemudian sekolah mendapat kabar, Dinas Pendidikan tak bisa mengabulkan proposal tersebut karena tak memiliki banyak uang. 

“Alasan pemerintah saat itu, anggaran digunakan untuk penanganan Covid-19 sehingga perbaikan sekolah ditunda,” beber Mardiana.

Dia menjelaskan, gedung SD 004 Tenggarong dibangun pada 1939. Terakhir kali direnovasi pada 2013, sebagian ruang diubah material dindingnya, dari kayu menjadi beton. Saat ini, ruangan berdinding beton itu digunakan untuk perpustakaan, unit kesehatan sekolah, kantin, dan dua ruang kelas. “Masih ada satu bangunan kayu tua yang digunakan sebagai tiga ruang kelas dan satu ruang guru,” sebut Mardiana.

Upaya sekolah memperbaiki sekolahan berumur 83 tahun itu belum berhenti. Pada awal Juli 2022, sekolah kembali mengajukan permohonan perbaikan bangunan kepada Pemkab Kukar. Sekolah berharap betul usulan tersebut dapat dikabulkan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan nyaman dan aman.

“Agar juga tidak ada lagi kelas siang sehingga anak-anak punyak waktu istirahat, bermain, dan berkumpul dengan keluarga,” ucap Mardiana.

Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Dasar, Disdikbud Kukar, Ahmad Nurkhalis, mengatakan, perbaikan sekolah tak bisa direalisasikan dalam waktu cepat. Pasalnya, anggaran yang dimiliki pemerintah kabupaten masih terbatas. Ia menyebutkan, terdapat 436 unit bangunan SD di Kukar yang butuh perbaikan. Meski demikian, Pemkab dipastikan tidak berhenti mengupayakan perbaikan sekolah.

“Kami sudah mengupayakan anggaran daerah dan dana alokasi khusus dari pemerintah pusat untuk menangani fasilitas sekolah dasar,” kata Ahmad.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Dia menjelaskan, sulitnya menangani masalah fasilitas sekolah ini karena jumlah penduduk tak pernah sebanding dengan anggaran. Hampir setiap tahun, jumlah penduduk dilaporkan selalu meningkat sementara anggaran yang dimiliki Pemkab tak cukup banyak.

Ahmad menyebutkan pembangunan ruang belajar sebagai contohnya. Untuk membangun satu ruang kelas, sebutnya, diperlukan paling sedikit Rp 300 juta. Bila SDN 004 Tenggarong memerlukan delapan kelas tambahan, maka diestimasikan perlu Rp 2,4 miliar. “Oleh karena itu, pembangunan tidak bisa dilakukan setiap tahun karena anggaran terbatas,” jelasnya.

Dia lantas meminta penyelenggara sekolah di Kukar untuk rutin memperbarui informasi di Data Pokok Pendidikan atau Dapodik. Informasi dari Dapodik akan digunakan pemerintah untuk memprioritaskan penyaluran bantuan, termasuk membenahi kekurangan fasilitas.

“Kami usahakan juga untuk mengombinasikan seluruh sumber anggaran untuk memperbaiki sekolah di Kukar,” tutup Ahmad. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar