Kutai Kartanegara

Gurihnya Panen Bawang Tiwai dan Bawang Rambut di Desa Jembayan Tengah, Kutai Kartanegara

person access_time 3 years ago
Gurihnya Panen Bawang Tiwai dan Bawang Rambut di Desa Jembayan Tengah, Kutai Kartanegara

Petani bawang tiwai dan bawang rambut di Desa Jembayan Tengah, Loa Kulu, Kutai Kartanegara

Sejumlah petani di Kukar merasakan gurihnya hasil dari menanam bawang tiwai dan bawang rambut.

Ditulis Oleh: Fel GM
Kamis, 26 November 2020

kaltimkece.id Marsuto sudah siap dengan “seragam” kebanggaannya ketika menuju kebun. Kepalanya telah ditutupi topi caping khas petani yang terbuat dari anyaman bambu. Tubunya dibalut kemeja krem lengan panjang yang agak lusuh. Sementara itu, bawahan adalah celana kain yang sedikit sobek di bagian lutut. Setelah memakai sandal jepit, petani berusia 60 tahun bergegas ke ladang bawang.

Marsuto adalah ketua Kelompok Tani Harapan Utama di Desa Jembayan Tengah, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara. Ia menanam dua jenis bawang yaitu bawang tiwai dan bawang rambut. Selain mudah ditanam, kedua jenis tanaman hortikultura itu juga cepat dipanen. Masruto mengatakan, masa tanam hanya dua bulan.

Kebun bawang milik Masruto terdiri dari sebuah bedengan berukuran 15 meter x 1 meter. Di bedengan tersebut, dedaunan bawang berbentuk ramping, sedikit tebal, dan lancip, telah menghijau. Masruto mencabut tanaman itu kemudian mengambil bawang yang sebelumnya tersembunyi di dalam tanah. Dari bedengan tersebut, ia memanen 30 kilogram bawang.

“Tanaman ini tumbuh secara organik tanpa bahan kimia. Pupuknya adalah kotoran kambing dan disiram dengan air leri atau air beras,” tutur Masruto kepada kaltimkece.id, awal November 2020.

Hasil panen tersebut akan dijual ke pasar atau kepada tengkulak. Masruto menerima Rp 20 ribu setiap kilogramnya. Itu berarti, dari kebun 15 meter persegi miliknya, ia bisa meraup Rp 600 ribu sekali panen. “Alhamdulillah, kami setiap hari bisa menjual,” jelasnya.

Bawang tiwai dan bawang rambut memang tengah dikembangkan di Desa Jembayan Tengah. Kelompok tani yang Masruto ketuai punya 24 anggota. Sudah dua tahun ini, mereka mengembangkan kedua komoditas tersebut. Lahan yang dipakai untuk menanam bawang adalah lahan tidur. Total luas kebun bawang di desa tersebut 1 hektare. Para petani mengaku, menanam bawang telah menjadi sumber penghasilan tambahan.

Berdasarkan permintaan pasar, Marsuto mengatakan, bawang rambut lebih banyak diminati. Batang bawang jenis ini lebih kecil dibandingkan bawang tiwai. Cita rasanya juga lebih sedap. Adapun kedua jenis bawang ini, biasa diolah menjadi sambal khas Kutai dan isian bakwan sebagai pelengkap makanan.

Dukungan Pemkab

Kepala Seksi Produksi Hortikultura, Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar, Suhardi, menjelaskan perkembangan tanaman bawang di kabupaten tersebut. Komoditas tersebut pada dasarnya telah dikembangkan para petani di pedalaman. Teknik budi daya yang dipakai untuk menanam bawang memang sederhana. Itulah alasan banyak petani memilih menanam bawang.

Namun demikian, sayangnya, produksi bawang tiwai dan bawang rambut di Kukar belum terlalu besar. Suhardi mengatakan, rata-rata di setiap kecamatan, luasan lahan untuk komoditas tersebut hanya 0,5 sampai 0,7 hektare.

“Disebabkan para petani masih menanam tumpang sari dengan tanaman lain. Dari Tenggarong, Loa Kulu, dan Sebulu, total ada 5 hektare kebun bawang yang bisa menghasilkan panen rata-rata 2 ton,” sambungnya.

Satu dari antara penghasil bawang tiwai terbesar di Kukar adalah Kelurahan Jahab, Kecamatan Tenggarong. Menurut Suhardi, di kelurahan tersebut telah berdiri industri skala usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Industri tersebut mengolah bawang tiwai menjadi teh. Penjualan teh sudah mencapai Pulau Jawa sejak 2005. Satu kemasan kotak teh tiwai tersebut dijual Rp 15 ribu.

Baca juga:

 

Dinas Pertanian dan Peternakan Kukar terus mendukung petani bawang untuk menjual hasil panen kepada UMKM. Menurut Suhardi, pemasaran seperti itu memudahkan petani. Di samping itu, Pemkab Kukar terus memberikan pelatihan kompetensi dalam mengembangkan budi daya bawang tiwai dan rambut.

“Bimbingan budi daya dari cara tradisional dengan metode tanam modern. Sebagai contoh, cara penanaman, pengolahan tanah, memilih benih yang bagus, dan pengendalian hama, disampaikan penyuluh dari dinas,” terangnya.

Suhardi yakin, potensi bawang tiwai dan bawang rambut semakin besar dengan dua langkah. Pertama, bimbingan terus-menerus kepada kelompok tani. Kedua, UMKM semakin aktif mengolah hasil panen komoditas tersebut. (*)

Dilengkapi oleh: kontributor kaltimkece.id di Tenggarong

Temui kami di Instagram!

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar