Kutai Kartanegara

Kisah Sukses Joko Santoso, Usai Di-PHK, Bikin Mesin Tusuk Sate, Omzetnya Rp 20 Juta Per Bulan

person access_time 2 years ago
Kisah Sukses Joko Santoso, Usai Di-PHK, Bikin Mesin Tusuk Sate, Omzetnya Rp 20 Juta Per Bulan

Joko Santoso, pembuat mesin tusuk sate dari Kukar. (foto: aldi budiaris/kaltimkece.id)

Mesin buatan pemuda dari Kutai Kartanegara ini dipasarkan hingga luar negeri. Rencana yang lebih besar tengah disusunnya.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Sabtu, 04 Juni 2022

kaltimkece.id Lima tahun silam menjadi tahun yang berat bagi Joko Santoso. Waktu itu, pemuda yang tinggal di Jalan Mulawarman, Kelurahan Loa Duri Ilir, Loa Janan, Kutai Kartanegara, ini diputus hubungan kerja dari perusahaan tambang. Tak ada yang bisa diperbuat Joko selain menerima kenyataan pahit tersebut dengan ikhlas.

“Saya hanya dapat pesangon Rp 8 juta,” kata pria berusia 27 tahun itu kepada kaltimkece.id, Jumat, 4 Juni 2022.

Suatu hari pada 2017, Joko yang telah menjadi pengangguran dihampiri ayahnya, Sumadi, 64 tahun. Kepada Joko, sang ayah mengutarakan keinginannya memiliki sebuah mesin pembuat tusuk sate seperti yang dimiliki rekannya. Joko hanya menggeleng kecil mendegarnya. Keadaan ekonominya yang sedang terpuruk tak memungkinkan membeli alat tersebut.

Walau demikian, keinginan Sumadi itu disimpan lekat-lekat di benak Joko. Diam-diam, lulusan SMK jurusan otomotif itu mempelajari cara membuat tusuk sate melalui berbagai referensi. Berbekal pengalamannya menjadi mekanik perusahaan tambang, ia pun memberanikan diri membuat mesin tusuk sate. Modalnya Rp 5 juta, yang berasal dari sisa pesangon. Usahanya pun membuahkan hasil.

“Pada 2017 itu juga, saya memberikan mesin pembuat tusuk sate kepada ayah saya,” sebutnya sambil tersenyum.

_____________________________________________________PARIWARA

Saat dioperasikan sang ayah, mesin buatan Joko itu rupanya dilirik banyak orang. Tak sedikit warga disebut tertarik dengan mesin tersebut. Pasalnya, mesin tusuk sate buatan Joko memiliki beberapa keunggulan dalam mengolah batang bambu hingga menjadi sebuah tusuk sate yang apik. Beberapa orang pun akhirnya memesan mesin tersebut.

Antusias tersebut disambut Joko dengan baik. Ia segera menginovasi produknya. Dua model mesin pembuat tusuk sate, yakni 3 in 1 mini berdaya listrik 650 watt dan 3 in 1 besar 1.300 watt, dipasarkannya di Facebook pada November 2017. Tak dinyana, hasilnya sungguh luar biasa. Dalam waktu singkat, Joko mendapat banyak pesanan membuat mesin tusuk sate. Sejak saat itu, ia mulai dilanda kesibukan menghadapi pesanan.

“Pemesan itu juga datang dari luar negeri. Ada satu orang dari India pesan dua unit mesin saya ini,” bebernya. Ia melanjutkan, hampir 90 persen pelanggannya berasal dari luar Kukar. Beberapa di antaranya berasal dari Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Nusa Tenggara Timur.

Joko menjelaskan, mesin buatannya unggul karena memiliki tiga fungsi. Pertama, membelah bambu menjadi ukuran sedang. Kedua, mengikis kulit bambu. Dan yang terakhir, membelah bambu menjadi ukuran tusuk sate.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Dari usaha ini, Joko mendapat keuntungan yang cukup menggiurkan. Modal membuat satu unit mesin pembuat mesin sate mini Rp 3 juta, lalu dijualnya seharga Rp 4 juta. Sedangkan mesin berukuran besar yang modalnya Rp 6 juta, dijual Rp 10 juta. Dalam sebulan, dibantu karyawannya, Joko bisa membuat 12 unit mesin dengan penggerak utama dinamo listrik tersebut.  

“Per bulan, keuntungan bersihnya Rp 15 sampai 20 juta,” sebut lelaki kelahiran Loa Duri, 27 Juli 1994, ini.

Mesin pembuat tusuk sate telah merubah kehidupan Joko. Bayangkan, dari yang awalnya hanya angan-angan sang ayah, ia kini punya sebuah work shop membuat mesin tusuk sate. Ia juga tengah menyusun rencana besar yakni membeli tusuk sate dari pembeli mesinnya. “Jadi, beli alat di saya, hasil produksinya jual lagi ke saya,” kuncinya. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar