Kutai Kartanegara

Mata Air Bukit Rantau Hempang Itu Bagai Harta Karunnya Penduduk Desa di Kukar

person access_time 2 years ago
Mata Air Bukit Rantau Hempang Itu Bagai Harta Karunnya Penduduk Desa di Kukar

Mata air dari Bukit Rantau Hempang, Kutai Kartanegara, mengalir ke permukiman warga. (foto: aldi budiaris/kaltimkece.id)

Warga Desa Rantau Hempang pernah dilanda krisis air bersih. Mereka sakit-sakitan minum air sungai.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Minggu, 22 Mei 2022

kaltimkece.id Warga Desa Rantau Hempang, Kecamatan Muara Kaman, Kutai Kartanegara, punya pengalaman pahit soal air. Sejak desa tersebut didirikan pada 1956, mereka memanfaatkan air Sungai Mahakam untuk minum, mandi, cuci hingga keperluan kakus. Masalah kemudian mendera mereka.

“Kalau menggunakan air sungai untuk minum, warga sering terkena penyakit seperti muntaber,” cerita Haidir, Kepala Seksi Kesejahteraan dan Pelayanan Desa Rantau Hempang kepada kaltimkece.id, Sabtu, 21 Mei 2022.

Masalah mulai teruraikan ketika warga menemukan mata air di kaki Bukit Rantau Hempang, sekitar 400 meter dari permukiman, pada 2007. Seluruh penduduk Desa Rantau Hempang bersuka cita menyambut penemuan tersebut. Mereka segera meninggalkan air Sungai Mahakam dan beralih ke mata air itu untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Agar airnya lebih jernih, kata Haidir, setiap malam warga mencampurkan tawas ke air tersebut.

“Kami juga merebus dulu airnya sebelum diminum,” beber pria kelahiran Desa Rantau Hempang, 1980, tersebut.

_____________________________________________________PARIWARA

Penduduk desa menjaga serta merawat kelestarian mata air tersebut dengan sungguh-sungguh. Sepuluh tahun setelah ditemukan, warga bergotong royong membangun sumur di mata air Bukit Rantau Hempang. Sejumlah paralon disambung-sambungkan dari sumur tersebut ke pompa air manual di permukiman warga.

Saat ini, ada dua mata air ditemukan di bukit tersebut. Tiga pompa air pun telah dipasang di tiga RT di Desa Rantau Hempang. Dari pompa tersebut, warga mengambil air menggunakan ember dan jeriken sesuai kebutuhan. Air tersebut, Haidir menyebutkan, dimanfaatkan warga dari 10 RT. Total, 1.526 orang mengandalkan air tersebut. “Saya sendiri biasanya mengambil 40 liter air untuk minum dan memasak,” sebutnya.

Mata air di Bukit Rantau Hempang bak harta karun yang tak ternilai bagi warga desa. Mereka pun enggan menggunakan air dari PDAM. Membeli air dari perusahaan, kata Haidir, hanya akan menambah penderitaan warga. Pasalanya, tak sedikit warga Desa Rantau Hempang berpenghasilan kecil. Rata-rata, warga desa disebut berprofesi sebagai buruh sawit.

“Toh, mata air ini sudah pernah diuji kelayakan oleh PDAM, hasilnya bagus semua,” urainya.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Sementara itu, Camat Muara Kaman, Barliang, menyebutkan, saat ini ada lima desa di kecamatannya yang belum mendapatkan air bersih dari PDAM. Desa-desa tersebut saling berjauhan. Sebagai solusinya, pemerintah menggulirkan program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

“Pamsimas sudah berjalan di Desa Rantau Hempang, Benamang Kiri, Benamang Kanan, Tunjungan, dan Nangka Bona. Sisanya, menggunakan air bersih PDAM,” tutup Camat Barliang. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar