Kutai Kartanegara

Mengenal Petani Milenial di Anggana, Kukar, Masih Mahasiswa Sudah Berpenghasilan Rp 4,5 Juta Sebulan

person access_time 3 years ago
Mengenal Petani Milenial di Anggana, Kukar, Masih Mahasiswa Sudah Berpenghasilan Rp 4,5 Juta Sebulan

Kelompok Petani Pemuda Anggana (foto: istimewa)

Para pemuda di Anggana menerapkan sistem pertanian terpadu. Padi sawah, ternak unggas, dan tambak di lahan 20 hektare.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Jum'at, 10 September 2021

kaltimkece.id Namanya Ahmad Rais. Walaupun usianya 25 tahun, pemuda dari Desa Kutai Lama, Anggana, Kutai Kartanegara, ini masih mahasiswa tingkat akhir. Sudah lima tahun belakangan ini, mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, tersebut menjadi petani. Rais berhasil mengumpulkan 50 teman sebaya untuk mengelola sawah, ladang, hingga peternakan ayam dengan peralatan modern.

Sebermula pada 2017, Rais sudah setahun menekuni dunia pertanian. Selain sesuai dengan jurusan kuliah, ayah Rais juga seorang petani. Rais pun berpikir, mengapa tidak mengajak teman-temannya bertani juga dengan membentuk kelompok tani?  

"Dari pertemuan, kami akhirnya membentuk Kelompok Tani Pemuda Anggana pada 2017," jelas Rais kepada kaltimkece.id, Kamis, 9 September 2021. Rupanya teman-teman sebaya Rais setuju. Pemuda desa di Desa Kutai Lama banyak yang tak punya kegiatan produktif dan positif. Mereka pun berikrar, kelompok tani berisi anak-anak milenial ini bisa menjadi panutan bagi pemuda yang lain.

Dari 50 anggota kelompok tani, terkumpul lahan 20 hektare. Rais dan kolega lantas membaginya menjadi beberapa peruntukan. Yang paling luas adalah sawah dan ladang untuk menanam padi. Sisanya adalah peternakan dan tambak.

Ekosistem pertanian di Anggana yang masih kental, ditambah pengetahuan Rais sebagai mahasiswa pertanian, membawa hasil yang menggembirakan. Mengembangkan sistem pertanian terpadu, lahan 20 hektare tersebut memiliki produktivitas 3 ton sampai 4 ton padi per hektare. Di dekat ladang padi, mereka membangun peternakan ayam kalkun, ayam kampung, bebek, mentok, dan angsa. Sudah ada 200 ekor unggas dan empat ekor kambing yang mereka pelihara.

Ada pula tambak di dekat sawah. Para pemuda ini membangun kolam berukuran 25 meter x 25 meter yang diisi ikan air tawar. Total ada 13 kolam di lokasi pertanian terpadu ini.

Hampir seluruh lahan pertanian tersebut dikelola secara mekanisasi. Menurut Rais, berkat kemajuan teknologi, bertani  kini lebih mudah. Contohnya, mereka membajak sawah dengan hand traktor kemudian menggunakan power thresher untuk merontokkan padi.

“Tentu tetap pakai cangkul untuk pengerjaan lahan di kondisi tertentu,” imbuh Rais.

Pendapatan yang Lumayan

Pendapatan kelompok tani dari sistem pertanian terpadu ini tidak bisa dipandang kecil. Dari 13 kolam ikan air tawar, para anggota bisa mendapatkan Rp 500 ribu per bulan. Dari peternakan unggas dan ayam buras, kurang lebih Rp 1 juta per bulan. Pendapatan dari panen padi, hitung Rais, sekitar Rp 15 juta per hektare. Bila dikurangi biaya produksi Rp 12 juta per panen per hektare, kurang lebih penghasilan bersihnya Rp 3 juta sekali panen per hektare.

“Dari seluruh perhitungan itu, pertanian terpadu dari sawah, ternak, dan perikanan air tawar, setiap anggota bisa mendapatkan Rp 4,5 juta per bulan. Jumlahnya bisa berubah bergantung cuaca dan hama," jabar Rais.

Keberhasilan Rais dan kawan-kawan telah diakui. Bupati Kukar, Edi Damansyah, bahkan memberi penghargaan kepada Kelompok Tani Pemuda Anggana sebagai contoh petani milenial di Kukar.

Kendati demikian, Rais mengakui, masih banyak kendala yang dihadapi para petani. Pemkab Kukar disarankan lebih peduli dan memerhatikan keberadaan mereka. Contohnya, peralatan pertanian masih minim, jalan usaha tani yang belum bagus, pupuk yang langka dan mahal, serta harga jual yang rendah.

Tepis Keraguan untuk Bertani

Ketua Kelompok Tani Andalan (KTNA) Anggana, Rahmad Amin, mengakui bahwa saat ini masih banyak pemuda yang ragu menjalani profesi petani. Akan tetapi, ketika para pemuda memahami secara terperinci, pertanian adalah sektor yang menjanjikan.

"Jika mereka tahu hasilnya besar, pasti mendalami," ungkap lelaki berusia 60 tahun ini.

Rahmad yang juga ayah dari Ahmad Rais menilai, kelompok tani muda di Anggana sangat visioner. Kelompok muda ini menjadi wadah berkumpul dan membahas penerapan metode pertanian dalam arti luas. Perkembangan kelompok tani ini juga positif dan selaras dengan program Pertanian Milenial dari Pemkab Kukar.

Ahmad Yani, anggota Komisi lll DPRD Kukar, juga setuju bahwa kelompok tani ini dapat memberikan motivasi. Kukar sangat memerlukan regenerasi petani. Sebagaimana catatan Badan Pusat Statistik, kata Yani, dari 67 ribu petani di Kukar, hampir 90 persen yang ada berusia di atas 40 tahun. Kukar pun di ambang krisis petani. Program Pertanian Milenial yang digagas pemkab adalah langkah tepat.

“Pemkab mesti memberikan pelatihan dan pendampingan seterusnya kepada para petani muda. Program ini jangan sampai berhenti di tengah jalan," saran dia. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar