Kutai Kartanegara

Susah Payah Selesaikan Krisis Air di Desa Batuah

person access_time 1 year ago
Susah Payah Selesaikan Krisis Air di Desa Batuah

Abdul Rasyid (kanan), kades Batuah, bersama Bupati Kukar Edi Damansyah. Dinobatkan sebagai pemenang Pekan Inovasi Desa. FOTO: ISTIMEWA

Krisis air bersih di Desa Batuah sudah terjadi bertahun-tahun. Bagaimana kiat-kiat sang kades mencari solusi?

Ditulis Oleh: Robithoh Johan Palupi
Kamis, 02 Februari 2023

kaltimkece.id Abdul Rasyid belum juga bisa menutup mata. Penatnya belum hilang dan hanya tidur yang bisa jadi obat. Tapi malam itu, kesibukannya bertambah. Hujan memaksanya terlebih dulu memastikan bak penampungan telah penuh terisi. Selepas tengah malam di pertengahan bulan jelang akhir 2019, ia baru bisa terlelap.

Abdul Rasyid merasakan beban berlipat karena persoalan pasokan air bukan hanya menghantui rumah tangganya. Juga terjadi di ribuan rumah di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara. Sebagai kepala desa yang baru menjabat saat itu, krisis air bersih adalah target yang harus segera dirampungkan.

Aktivitas lama sebagai jurnalis membuat pria yang pernah mengabdi di surat kabar harian Kaltim Post itu, terbiasa membedah masalah. Jalan keluar dari krisis menahun air bersih di kampung kelahirannya, membawanya pada pada satu kesimpulan. Mencari ahli yang bisa diajak kolaborasi. 

Pada awal 2020, Kades peraih suara terbanyak pada pemilihan kepala desa se-Kukar saat pemilihan serentak 2019 lalu, kemudian bersilaturahmi dengan para peneliti dari Politeknik Samarinda (Polnes). Ikatan itu bisa terjalin, lantaran Polnes beberapa waktu sebelumnya pernah membantu filter air yang dipasang di masjid di desa yang jadi poros jalan Samarinda-Balikpapan itu. Polnes, melalui program pengabdian masyarakat, membagikan filter air untuk meningkatkan kualitas air di Batuah yang belum layak konsumsi.

“Saya memohon agar Polnes membantu desa dalam menciptakan teknologi yang bisa mengolah air bersih yang layak konsumsi. Karena air dari sumur di Batuah cenderung asam, sehingga belum layak untuk konsumsi. Kami hanya mengandalkan air hujan untuk bisa dimasak. Atau beli air tandon,” bebernya. 

Setelah bertemu dengan Polnes, kemudian Rasyid bersama BPD dan Lembaga desa lainnya berkoordinasi dengan PT Baramulti Sukses Sarana (BSSR) untuk membantu skema pembiayaan. Terutama untuk menciptakan teknologi yang bisa membantu mengatasi krisis air. “Saya sampaikan ke Polnes, urusan biaya jangan dipikirkan. Tugasnya kepala desa yang cari uang, berapa pun kebutuhannya, kita akan berusaha mencari,” tandasnya. 

Singkat cerita, dibuatlah skema pembangunan Instalasi Pengelolaan Air (IPA). Program yang juga melibatkan masyarakat Batuah, juga lebih karib disebut Pamsimas. Itu adalah singkatan dari Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Program ini dimulakan di Dusun Karya Makmur. 

Awalnya, kolam penampungan air menggunakan bahan terpal. Upaya peningkatan dilakukan, hingga akhirnya 2022 dibangun IPA permanen dengan biaya bersumber dana desa (DD), CSR perusahaan dan program pengabdian masyarakat yang disepakati untuk dibangun di Dusun Karya Makmur. Pamsimas ini pun masuk dalam pembahasan di Musrenbang Desa Batuah. Tujuannya agar bisa dituangkan dalam perencanaan program kerja pada 2021.

“Berjalan enam bulan, kemudian kami tingkatkan dari satu RT ke RT lainnya, dan kemudian berkembang ke beberapa dusun di Desa Batuah,” kata Abdul Rasyid. 

Upaya Abdul Rasyid mengatasi krisis air bersih di Batuah diganjar penghargaan. Ia memenangkan Pekan Inovasi Tahun 2022 se-Kukar. FOTO: ISTIMEWA
 

Batuah dan Krisis Air

Krisis Air di Batuah memang sudah jadi perkara yang seakan mustahil diselesaikan. Ketiadaan air baku permukaan adalah faktor pertama. Topografi Desa Batuah yang berbukit, membuat aliran sungai atau danau sulit ditemui. Sumber mata air pun tidak banyak dijumpai. 

Perkara yang tidak kalah pelik adalah unsur kimia pada air tanah di Batuah. Pengamatan tim Polnes menunjukkan jika pH air tanah hanya pada poin 5. Sementara idealnya air layak konsumsi ber-pH 7. Tantangan lain adalah kadar besi (Fe) yang terlalu tinggi. Menurut Sirajuddin, salah seorang peneliti dari Polnes yang ikut terlibat dalam Pamsimas, kandungan zat besi pada air tanah Desa Batuah terlalu tinggi.

“Harus ada treatment yang cukup untuk menurunkan kadar zat besi. Juga sekaligus menaikkan pH air,” ungkap Sirajuddin.

Perlakuan yang kemudian dibuat oleh Pamsimas pun mengharuskan renovasi pada bak tampung. Jika awalnya air tanah yang disedot dan ditampung hanya dalam satu bak, kemudian direkayasa menjadi 5 bak. Pada bak pengendap pertama, dilakukan injeksi bahan kimia sodium karbonat (Na2CO3), Poly Alumunium Chloride (PAC), dan Tawas. Pada bak penampungan pertama ini, kadar Fe berada pada poin 18,2 ppm, dan pH 5.

Bak penampungan kedua difungsikan sebagai bak pengendapan bebas (free settling). Hasilnya, nilai Fe menurun menjadi 14,8 ppm dan pH naik menjadi 5,5. Kolam ketiga adalah zone settling. Dimaksudkan untuk kolam pengendapan. Hasilnya, kadar Fe turun menjadi 3,4 ppm dan pH mencapai poin 6. Pada bak keempat, difungsikan sebagai bak kompresi (compression settling). Pada kolam ini, Fe turun menjadi 1,1 ppm, dan pH pada poin 6. Sebelum masuk pada bak kelima, filter dipasang. Sehingga Fe hanya pada angka 0,3 ppm, dan pH tetap. Bak terakhir ini pun difungsikan sebagai bak distribusi.

Keberhasilan mendapatkan air dengan baku mutu yang memadai ini, tidak hanya melegakan Abdul Rasyid. Pola kemitraan yang terjalin dengan akademisi dan dunia usaha, ternyata mengundang beragam kekaguman dan apresiasi. Bupati Kukar, Edi Damansyah, saat meresmikan Pamsimas pada 9 November 2021, kagum dengan terobosan yang dilakukan Abdul Rasyid dan tim. Persoalan air bersih masih menghantui banyak desa di Kukar, khususnya wilayah yang minim sumber air permukaan.

Hasil karya Pamsimas Desa Batuah ini pun diajukan Abdul Rasyid sebagai tulang punggung saat mengikuti Pekan Inovasi Desa yang diselenggarakan Pemkab Kukar pada 2022. Mengusung judul GEMERLAP, kependekan dari Gerakan Merdeka Air Lewat Pamsimas, Desa Batuah pun dinobatkan sebagai pemenang. Upacara pengumuman dan penobatan pemenang dilakukan pada Selasa 31 Januari 2023 di Halaman Kantor Pemkab Kukar, Tenggarong. Batuah mampu mengungguli dua kandidat juara lainnya, Desa Sumber Sari, Kecamtan Loa Kulu, dan Desa Kota Bangun, Kecamatan Kota Bangun.

Abdul Rasyid didampingi istri setelah menerima penghargaan dari Bupati Edi Damansyah di Tenggarong. FOTO: ISTIMEWA
 

Pencapaian Desa Batuah diakui Abdul Rasyid berkat kemampuan kerja sama semua pihak “Semua ikut terlibat, sehingga inovasi yang dilaksanakan bisa berjalan maksimal. Andai kata tidak bergerak bersama, sulit mewujudkan inovasi,” kata ditemui usai menerima penghargaan. “Bagi saya, bisa mengatasi krisis air di Batuah sebenarnya anugerah, itu sebenarnya sudah cukup. Tidak ada target bahwa kami harus juara. Tapi, Alhamdulillah bisa sampai di sini, dan kami syukuri,” lanjutnya.

Kepada kaltimkece.id, Toni Kumayza, salah seorang dewan juri Lomba Inovasi Desa menyebut, terobosan yang dilakukan Desa Batuah sangat layak jadi pemenang. Poin tertinggi pada kemampuan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dasar di masyarakat. 

“Desa Batuah mampu menunjukkan inovasi dapat memberikan solusi pemecahan masalah, juga adanya aktor yang terlibat (kolaborasi), adanya keberlanjutan inovasi, dan dampak inovasi,” ungkap akademikus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Kutai Kartanegara itu.

“Kriteria dan penilaian berbasis web, juga kami uji dengan cek ke lapangan. Peserta lomba juga kami minta untuk pemaparan di depan juri,” lanjut pria yang saat ini sedang menempuh studi doktoral itu.

Abdul Rasyid ketika menerima penghargaan di Tenggarong. FOTO: ISTIMEWA
 

Pekan Inovasi Desa ini sendiri sudah digelar sejak 2021 lalu. Pengembangan kriteria dan aspek penilaian juga terus dilakukan. Menurut Murdianto SSTP, Kepala Bidang Inovasi Daerah, Badan Riset dan Inovasi Daerah Kutai Kartanegara, pada 2022, ada kriteria kolaborasi yang juga jadi penilaian. Murdianto juga bagian dari 16 juri yang dihimpun dari lintas OPD dan profesi pendukung, seperti akademisi.

“Tahun ini ada peningkatan dari sisi inovasi. Harapannya, pemerintah desa semakin kreatif dalam mencari solusi atas persoalan yang ada pada masyarakat,” tutur Murdianto.

Pencapaian Batuah ini ternyata tidak hanya sebatas mencari juara. Aplikasi dan penguatan kebijakan bakal dilakukan untuk mendorong terciptanya kemandirian air bersih. Badan Riset dan Inovasi Daerah Kukar saat ini sedang mengkaji kemungkinan mengembangkan Pamsimas di desa lain di Kukar. “Kami kaji, untuk bisa jadi solusi pada desa yang mempunyai persoalan yang sama,” tutup Murdianto. (*)

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar