Lingkungan

Anomali Penyu di Anak Sungai Mahakam

person access_time 5 years ago
Anomali Penyu di Anak Sungai Mahakam

Foto: Facebook

Seekor penyu keluar dari habitatnya di lautan ke anak Sungai Mahakam. Sebuah fenomena alam atau perbuatan jahat manusia?

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Sabtu, 05 Januari 2019

kaltimkece.id Warga Sangasanga, Kutai Kartanegara, dikejutkan fenomena aneh. Seekor penyu ditemukan berenang di anak Sungai Mahakam. Menurut BKSDA, ini kejadian pertama. Menurut pemerhati penyu, ini ulah jahat manusia.

Penyu sejatinya hidup berkelana di lautan, menyusuri samudera berbagai belahan bumi. Anak Sungai Mahakam jauh dari laut. Orang terheran-heran.

Foto penemuan penyu pertama muncul di media sosial pada 1 Januari 2019. Muncul di anak Sungai Mahakam yang melintasi Gang Nelayan, Kelurahan Sangasanga Dalam, Sangasanga, Kutai Kartanegara. kaltimkece.id menelusuri keberadaan penyu dimaksud. Namun, menurut penduduk setempat, satwa dilindungi tersebut telah dilepas kembali ke sungai hari itu juga.

Hingga Jumat 4 Januari 2019, Balai Konservasi Sumberdaya Alam atau BKSDA Kaltim belum mengetahui kabar temuan penyu. Jika benar, fenomena itu menjadi yang pertama di Sungai Mahakam. "Belum ada laporan. Kami belum tahu seberapa jauh radiusnya dari pantai kami. Apakah penyu berenang cukup jauh, atau hanya beberapa kilometer dari laut," ucap Kepala BKSDA Kaltim, Sunandar.

Menurutnya, ada beberapa faktor alam memicu penyu tersesat ke sungai. Salah satunya ombak laut yang tinggi. "Yang kami ketahui, penyu hanya naik ke pantai," kata Sunandar.

Selain itu, hasil penelitian merekam kebiasaan penyu mencari tempat bertelur dengan mengikuti arah angin. Dalam hal ini, air pasang dan arah angin berperan mendorong penyu memasuki muara dan sungai. "Bila angin kencang dari arah barat, banyak penyu bertelur di pulau bagian timur. Ketika angin dari timur, penyu bertelur di bagian barat,” ungkapnya.

“Tapi ada kemungkinan pengaruh angin dan pasangnya air menjadi penghantar penyu ke muara hingga sungai. Masih dugaan, karena ini baru terjadi."

Sunandar meredakan spekulasi penyu di Sungai Mahakam karena aktivitas pemburuan. Menurutnya, pemburu tak akan berani membawa penyu sebagai hewan dilindungi sampai ke darat. "Kalau hasil buruan yang lepas, nanti kami buktikan dulu. Bisa jadi juga tersangkut jaring nelayan. Karena enggak berani, dilepaskan begitu saja. Soalnya dalam kondisi hidup, biasanya kalau diburu kan langsung dibunuh," ungkapnya.

Petugas BKSDA Kaltim telah dikerahkan menelusuri penyu. Akan dilacak pula penyebab penyu sampai ke Sungai Mahakam. Namun hingga Jumat, BKSDA Kaltim belum menerima laporan warga.

Bayu Sandi, direktur Yayasan Penyu Indonesia terkejut dengan temuan itu. Seekor penyu di Sungai Mahakam merupakan fenomena unik. "Belum pernah terjadi di dunia. Air tawar bukan habibat penyu," kata Bayu saat dihubungi kaltimkece.id, Jumat 4 Januari 2019.

Bayu menduga penyu di Sangasanga berjenis tempayan. Penyu tempayan di laut Indonesia, hanya terdapat di perairan Sulawesi dan Sumatera. Mengherankan bila ditemukan di Kaltim. "Menjadi fenomena bisa ditemukan di Kaltim, apalagi di sungai," tuturnya.

Dari tujuh jenis penyu, hanya dua terdapat di perairan Kaltim. Yakni penyu sisik dan penyu hijau. Habitatnya ditemui di pulau-pulau kecil utara Kaltim seperti Kutai Timur dan Berau.

Penyu hanya naik ke darat ketika bertelur. Membuat sarang dari pasir berkontur lembut dan putih. Kura-kura laut itu juga memiliki sifat seperti ikan salmon. Yakni kembali ke tempat kelahirannya untuk bertelur.

Dari Samarinda, laut terdekat ada di selatan Kaltim. Yakni kawasan Bontang, Kukar, dan Balikpapan. Dan, ketiga daerah itu bukan habitat kelompok vertebrata tersebut.

Faktor alam juga dinilai tidak memungkinkan penyu sampai sungai. Apalagi di anak Sungai Mahakam yang jaraknya dengan laut lepas sangat jauh. Dugaan penyu lolos dari tangkapan pemburu pun mengemuka.

"Seperti sudah terjadi sebelumnya, pemburu biasanya membawa penyu dengan diikat di belakang perahu agar tak ketahuan. Kalau ditaruh dalam box sangat mudah ketahuan,” terangnya.

Dari beberapa kasus penangkapan, pemburu kerap menaruh penyu di dalam box berisi air tawar. Pol tersebut dilakukan untuk menjaga kesegaran daging. Sehingga, penyu tetap dibawa dalam keadaan hidup-hidup. “Dugaan saya, kemungkinan penyu ini lepas dari ikatan. Kita lihat saja apa ada bekas ikatan tali," tambah Bayu.

Penyu sejatinya hidup dan berkembang di laut. Meskipun, untuk jangka waktu tertentu dimungkinkan bertahan dalam air tawar. Setelah lewat sepekan, penyu tersebut terancam mati.

Air asin dari laut berguna bagi pencernaan penyu. Terlalu lama di air tawar berpengaruh terhadap tubuh. Pencernaannya rusak, penyu di ambang sekarat dan kematian.

Faktor itu yang membuat Bayu yakin penyu temuan warga di anak Sungai Mahakam merupakan hasil buruan yang lepas. "Saya akan berkoordinasi dengan BKSDA Kaltim serta Dinas Perikanan dan Kelautan. Semoga pihak terkait juga dapat menyelidiki," terang Bayu.

Penyu yang dilindungi dewasa ini masih dalam buruan manusia. Selain daging, telurnya kerap diperjualbelikan. Perairan Kaltim termasuk favorit bagi pemburu hewan yang eksis sejak zaman purba itu.

Delapan pulau diketahui sebagai habitat penyu di Benua Etam. Empat yang terbanyak adalah Sangalaki (32,9 persen), Bilangbilangan (25,6 persen), Mataha (17 persen), dan Blambangan (13,7 persen). Empat lainnya adalah Derawan, Semama, Sambit, dan Balikukup. Secara kumulatif menyumbang 10,8 persen.

Dari data tersebut, populasi penyu hijau bertelur di Kepulauan Derawan diperkirakan terbanyak di Indonesia, bahkan Asia. Pendataan sarang penyu pun menempatkan Berau sebagai terbanyak di seantero Nusantara.

Kabupaten di utara Kaltim itu juga wilayah terbesar kedelapan di dunia sebagai tempat bersarang penyu hijau. Data terbaru, Pulau Mataha, Bilangbilangan, dan Sangalaki, dalam setahun menghasilkan satu juta telur.  Belum termasuk telur di Blambangan dan Sambit. “Ini sudah mengalahkan jumlah di Serawak, Malaysia. Kami sangat bangga dengan hal itu,” ucapnya.

Baca juga:
 

Di pulau-pulau ini, setiap hari ditemukan penyu bertelur. Puncaknya terjadi setiap Juli. Dalam semalam bisa ada 40 sarang baru. Sekitar 80 penyu bisa berada di satu pulau pada periode tersebut. “Berdasarkan penelitian, dari penyu yang mendarat di pulau, 50 persen biasanya bertelur.”

Di sisi lain, statistik masif ini juga menjadi kekhawatiran. Perairan Berau malah daerah paling rawan perburuan penyu hijau. Biasanya diperdagangkan sampai ke Pulau Dewata, Bali.

Kewenangan pengawasan laut saat ini beralih ke Pemprov Kaltim sesuai UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah. Bagi pemerhati penyu, ketentuan itu malah bikin pengawasan longgar. Pelaku perburuan bisa bergerak lebih leluasa. (*)

  

Editor: Bobby Lolowang

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar