Lingkungan

ISPA di Sekitar Orangutan, Kabut Asap Mengancam Satwa Liar

person access_time 4 years ago
ISPA di Sekitar Orangutan, Kabut Asap Mengancam Satwa Liar

Kondisi salah satu orangutan di pusat rehabilitasi. (Dokumentasi BOSF)

Bukan hanya manusia yang menanggung dampak buruk kabut asap. Bencana ini teror bagi setiap makhluk hidup.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Kamis, 19 September 2019

kaltimkece.id Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih melanda sejumlah wilayah di Kalimantan. Dampak yang ditimbulkan tak hanya dirasakan manusia. Para habitat satwa dan flora khas pulau ini ikut menderita.

Seperti beredar di media sosial beberapa hari belakangan. Warganet dihebohkan foto kondisi orangutan akibat karhutla dan kabut asap di Kalimantan. Foto tersebar di sejumlah grup publik media sosial. Menunjukkan kondisi tragis satwa yang nyaris punah tersebut.

Adegan evakuasi tergambar dari visual tersebut. Ada yang tampak sekarat dan mengalami luka bakar. Bahkan ada yang mati akibat dehidrasi. Tapi tak ada penjelasan rinci tentang foto tersebut. Mulai lokasi hingga waktu kejadian.

Setelah ditelusuri, gambar viral itu adalah dokumentasi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF). Diambil pada beberapa tahun silam. Ada tujuh foto beredar kembali. Menurut BOSF, tiga di antaranya diambil di lokasi kerja BOSF.

CEO BOSF, Jamartin Sihite, saat dihubungi kaltimkece.id mengungkapkan bahwa foto adalah kejadian pada 2012 dan 2015. Seperti salah satu foto perempuan dengan seragam BOSF yang memangku orangutan di hutan bekas terbakar. Ia meyakinkan dokumentasi tersebut peristiwa karhutla pada 2015.

"Saat itu, Hutan Samboja Lestari dibakar dan enggak ditangani. Tak tahu siapa pelakunya. Sementara foto orangutan mengalami luka bakar, saya tidak tahu punya siapa. Cuma telah beredar sejak 2012," terang Jamartin saat dikonfirmasi Kamis, 19 September 2019.

"Pada saat itu kami tidak melakukan evakuasi. Memang terlihat asap. Namun karena jumlah orangutan banyak, tidak mungkin kami BOSF evakuasi orangutan dari pusat rehab. Jadi saat itu kami saja yang memadamkan api," tambahnya.

Foto-foto yang beredar adalah tangkapan peristiwa di lokasi kerja BOSF di Nyarumenteng, Kalteng, dan Samboja Lestari, Kutai Kartanegara, Kaltim. Sedangkan foto orangutan yang tengah digendong, merupakan dokumentasi Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (YIAR). Bukan diambil pada 2019.

Pada kesempatan sama, Jamartin mengungkapkan kondisi orangutan Kalimantan saat ini. Karhutla dan kabut asap masih melanda di sejumlah habitat dan area konservasi rehabilitasi orangutan. Di Palangkaraya, Kalteng, 37 orangutan terkena infeksi saluran napas atas (ISPA). “Enam sudah dewasa dan 31 yang kecil-kecil. Banyak yang kecil karena masih lemah," ungkapnya.

Baca juga:
 

Kondisi udara Kalteng memang sudah sangat tercemar. Pengukuran indeks kualitas udara Kalteng tercatat di angka 300. Yang berarti sangat berbahaya bagi manusia, flora maupun fauna.

"Untuk di Kaltim tidak separah Kalteng. Di Palangkaraya, (indeks kualitas udara) sempat di angka 1.600. Bayangkan saja, di angka 300 sudah bahaya apa lagi di atas itu. Kalau manusia bisa pakai masker, satwa liar enggak bisa begitu. Jadi mengancam hewan kita seperti beruang madu, rangkong, dan orangutan. Wajar mereka kena ISPA," urainya.

Meski baru menyerang rehabilitasi di Kalteng, Jamartin tetap waspada. Seluruh wilayah Kaltim juga telah terserang kabut asap. "Mudah-mudahan di Kaltim (orangutan) jangan terjangkit ISPA. Kalau asapnya begitu tebal, ya, pasti bisa terserang juga. Harapan kami jangan, lah," ucapnya.

Tempat pelepasliaran orangutan di Kaltim berada di Hutan Kehje Sewen, Kecamatan Muara Wahau, Kutim. Sedangkan di Kalteng berada di Taman Nasional Bukit Baka Raya dan Hutan Lindung Bukit Batikap. Dari pantauan BOSF, di kawasan habitat orangutan tersebut belum terjadi kebakaran hutan. “Harapannya angin jangan sampai mengarah ke habitat orangutan," ucapnya.

BOSF belum memastikan kondisi orangutan yang telah dilepas ke alam liar. Beberapa titik panas terdeteksi dekat habitat orangutan. Di Kaltim, sebarannya berada di Berau, Kutim, Kukar, Kubar, dan Mahulu. Meski demikian, belum ada temuan orangutan tewas akibat karhutla tahun ini.

Upaya penanganan tengah dikemukakan. Dilakukan dengan memperkuat kesehatan orangutan. Mulai pemberian multivitamin hingga susu. Mengatasi berbagai macam penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis. Kendati demikian, pencegahan ini belum jadi jaminan orangutan terhindar dari ISPA.

Di Samboja Lestari, petugas konservasi setidaknya tiga kali sehari menyirami kandang-kandang dengan menyemprotkan air ke udara. Hal ini dilakukan untuk membersihkan udara dan menjaga suhu tetap sejuk.

"Orangutan di Samboja Lestari belum ada yang terserang ISPA. Karena kami setiap hari mengecek kondisi mereka. Asapnya pun masih tipis saja untuk di Samboja Lestari," kata Isna, staff komunikasi BOSF di Samboja Lestari, saat dihubungi media ini.

Ketika kabut asap menyerang, kegiatan di luar ruang untuk para orangutan muda, siswa Sekolah Hutan, dibatasi. Sekolah Hutan adalah program BOSF untuk mengajari anak-anak orangutan ataupun orangutan dewasa untuk bertahan hidup di hutan. Diajari mulai memilih makanan hingga membuat sarang. Sebab, orangutan yang dulunya dipelihara manusia, kehilangan insting bertahan hidup di alam.

Setelah beberapa pelepasliaran orangutan selama delapan tahun terakhir, masih 128 orangutan tinggal di Samboja Lestari. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar