Lingkungan

Jangan Salahkan Alam dan Warga di Longsor Sangasanga

person access_time 5 years ago
Jangan Salahkan Alam dan Warga di Longsor Sangasanga

Foto: Ika Prida Rahmi

Pemprov Kaltim masih tanpa kesimpulan atas apa yang terjadi di Sangasanga. Dugaan praktik buruk perusahaan tambang belum sepenuhnya diterima.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Sabtu, 01 Desember 2018

kaltimkece.id Tanah longsor Sangasanga, Kutai Kartanegara, tak berhenti hingga Jumat, 30 November 2018. Pergerakan terus terjadi meski dengan intensitas kecil. Disebabkan kontur tanah yang masih labil.

Semula insiden di Jalan Kawasan, RT 09 Kelurahan Jawa tersebut merobohkan lima rumah warga. Kamis tengah malam, 29 November 2018, satu rumah lagi terbenam. Total enam tempat tinggal ditelan pergerakan tanah.

Longsor memutus jalan poros penghubung Sangasanga dan Muara Jawa. Listrik ikut padam. Suplai air PDAM terputus.

Lokasi kejadian diketahui masih konsesi PT Adimitra Baratama Nusantara atau ABN. Atas dasar itu perusahaan tambang tersebut membantu suplai air dan kebutuhan pokok lainnya, terutama kepada para korban.

"Sudah enam rumah longsor, ini data terakhir per Kamis malam. Tapi, masih sekitar 11 rumah rawan," kata Camat Sangasanga, Gunawan.

Warga masih harus diungsikan. Beberapa disewakan rumah. Sebagian tinggal di penginapan. Kebutuhan biaya ditanggung PT ABN. Tak sedikit memilih tinggal di tempat keluarga.

Hingga Jumat siang, terpantau tanah tidak lagi bergerak. Namun, dua rumah sudah tampak tergantung. Ada kekhawatiran ikut roboh. Fondasi terlihat mulai rapuh. "Total 41 jiwa mengungsi. Tanah sudah tidak mengalami pergerakan sejak Jumat siang," tambah Camat.

Gubernur Kaltim Isran Noor belum ambil sikap atas bencana itu. Pemprov Kaltim masih tanpa kesimpulan. Dugaan bencana disebabkan tambang belum sepenuhnya diterima.

"Jauh dari tambang kalau dari informasi yang saya dapat. Kita tunggu detailnya. Kalau memang terbukti karena aktivitas tambang, ya, perusahaan harus bertanggung jawab,” sebut Gubernur, ditemui di Kegubernuran Kaltim, Jalan Gajah Mada Samarinda, Jumat siang.

“Dan kalau karena bencana alam, ya, untuk bantuan akan diberikan. Jika diperlukan,” tambahnya.

Isran tak buru-buru memandang persoalan. Bisa saja penyebab longsor murni karena kontur tanah yang labil. "Makanya harus dilihat dulu," ungkapnya singkat.

Kepala Dinas ESDM Kaltim Wahyu Widhi Heranata bersama rombongan mendatangi tempat kejadian Jumat pagi. Dalam kesempatan itu, tampak Manager External PT ABN, Bambang Takariyanto.

Ada juga Camat Sangasanga, Kapolsek Sangasanga HM Afnan, dan Danramil Sangasanga S Winarto. Warga korban bencana diwakili Sukardiono, Kisworo, dan Norsaad.

Dinas ESDM Kaltim membawa lima Inspektur Tambang. Investigasi sebab-sebab longsor mendapat durasi dua hari. “Secara teknis, akan saya bawa rapat pada 3 Desember 2018 di Dinas ESDM," sebut Wahyu.

Selain tambahan tenaga teknik tambang PT ABN serta staf Bidang Minerba, investigasi melibatkan tenaga sipil jalan dari Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, dan Perumahan Rakyat (DPUPRPR) Kaltim.

Menurut Wahyu, kawasan longsor memiliki jenis tanah yang didominasi kandungan pasir. Letaknya di lembah antara dua perbukitan. Jarak dari aktivitas pertambangan batu bara PT ABN sekitar 200 meter.

Dari pantauan awal, longsor memutus 50 meter badan jalan. Tampak 50 sisi lain mengalami keretakan. Risiko longsor belum berhenti. Lokasi berisiko telah dipasang garis polisi dan ditutupi seng.

"Yang saya banggakan TNI dan Kepolisian Sangasanga cepat tanggap. Penanganan darurat telah dilakukan. Demikian juga dengan pihak PT ABN. Yang penting penanganan darurat dulu," tambah Wahyu.

Perda Kaltim 1/2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kaltim salah satu acuan penyelidikan. Pasal 51 Ayat 8 menyebut zonasi kawasan pertambangan minimal satu kilometer dari permukiman terdekat. "Tertulis jelas, jarak harus satu kilometer untuk permukiman."

Selain satu kilometer dari permukiman, jarak dengan fasilitas umum seperti jalan raya, minimal 500 meter. Kasat mata, yang terjadi di Sangasanga bertentangan dengan ketentuan. Tapi, Wahyu tak begitu saja memvonis. Sikap diambil begitu investigasi selesai.

"Kenapa saya katakan tidak, karena tim investigasi saya belum selesai. Setelah ada laporan baru bisa kita analisa bersama,” jelasnya.

“Saya minta kalau PT ABN memang salah, ya, akan kami kasih sanksi dengan aturan berlaku."

PT ABN melalui Manager External Bambang memastikan komitmen awal perusahaan menanggung biaya hidup warga terdampak. Langsung maupun tak langsung. Saat ini, 17 KK terdampak longsor sudah ditangani.

Warga dimungkinkan mencari rumah sewaan. Bisa juga tinggal di rumah kerabat untuk sementara. Sudah ada perjanjian kompensasi sewa dan biaya hidup sehari-hari dari perusahaan. “Apabila ada korban belum dapat rumah sewaan atau tidak nyaman menumpang di rumah keluarga, akan kami tempatkan di mess ABN,” ungkap Bambang.

Usik Akal Sehat

Sikap Pemprov Kaltim yang belum tegas mengusik Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam Kaltim. Ide menyalahkan alam atas longsor Sangasanga bukan hal yang bijak. Klaim Kepala ESDM Kaltim bahwa lokasi longsor berada di lembah antara dua perbukitan tak sepenuhnya benar. “Lho, itu bukan lembah yang terbentuk secara alami . Perubahan bentang wilayah itu terjadi karena aktivitas tambang PT ABN,” ungkap Dinamisator Jatam Kaltim Pradarma Rupang.

Dari pantauan video drone, erosi dan luapan lumpur sekitar lokasi kejadian tampak mengalir ke arah tambang. Yang berarti, struktur tanah rentan semakin diperparah aktivitas tambang. Penggalian batu bara dekat jalan raya dan permukiman memiliki risiko besar. “Puluhan tahun wilayah itu baik-baik saja sebelum datang tambang.”

Baca juga:

 

Rupang terusik dengan sikap Dinas ESDM. Pengawasan terhadap PT ABN sejak beroperasi pada 2009 menjadi pertanyaan besar. Mana lebih dulu antara permukiman dengan eksplorasi di kawasan setempat? “Pelajari sejarah Sangasanga dan Muara Jawa dengan baik. Jangan asal main salahkan warga yang berdomisili di sana,” pungkasnya.

Tambang dan longsor di Sangasanga memang terlihat begitu jelas. Sementara Pemprov masih samar-samar, mereka yang jauh di seberang pulau bisa menilai dari kasat mata. Salah satu yang menyorot insiden ini adalah Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.

Lewat akun Twitter-nya, @Sutopo_PN, penggemar penyanyi pop Raisa itu mengemukakan pandangan. Menurutnya, longsor di Sangasanga menjadi wajar karena galian batu bara begitu dekat permukiman dan jalan raya. "Ngeruk batu bara itu ada aturan dan caranya. Jarak aman dengan permukiman diperhitungkan. Ingat, safety first," cuitnya.

Dalam kesempatan sama, penyintas kanker paru-paru stadium 4B tersebut mengingatkan publik untuk waspada. Ancaman longsor semakin rawan. Desember memiliki intensitas hujan yang tinggi. Hindari kawasan lereng, terlebih saat hujan. (*)

Editor: Bobby Lolowang

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar