Lingkungan

Jelajah Berau Pesisir bersama Bankaltimtara-2: Jalan Berat ke Surga Kepingan Karst

person access_time 5 years ago
Jelajah Berau Pesisir bersama Bankaltimtara-2: Jalan Berat ke Surga Kepingan Karst

Foto: Rifky Setya (https://www.wego.co.id/berita/mimpi-anak-teluk-sumbang)

Pegunungan karst di Semenanjung Mangkalihat membawa pesona bagi pesisir pantai. Namun, untuk menikmati anugerah tak terkira itu, perlu usaha dan biaya. 

Ditulis Oleh: Fel GM
Jum'at, 04 Januari 2019

kaltimkece.id Tangan Marsuni sibuk menerima lembaran uang. Lelaki 43 tahun itu kemudian menyiapkan perahu kecil yang dilengkapi dayung. Dari tepi danau yang teramat jernih, Marsuni mempersilakan orang yang telah membayar untuk naik. Hanya dengan Rp 20 ribu, pengunjung boleh berperahu. Mendayung ke sana ke mari sampai puas hatinya. 

Marsuni sudah dua tahun bekerja sebagai penjaga objek wisata Telaga Biru atau Tulung Ni Lenggo. Danau seluas kira-kira selapangan sepak bola ini di Kampung Tembudan, Kecamatan Batu Putih, Berau. Seperti sebagian besar objek wisata di kawasan Berau Pesisir, dasar Telaga Biru berupa susunan batu karang. Bebatuan itu merupakan formasi karst Tinggian Mangkalihat. 

Air telaga ini berasal dari hujan yang jatuh ke pegunungan karst. Dari kejauhan, danau ini hijau --warna yang didapat dari pantulan pepohonan yang mengelilinginya. Kedalaman telaga bervariasi. Yang dangkal hanya sedengkul orang dewasa, sedangkan terdalam mencapai 10 meter lebih.  

Baru dua tahun lalu, Telaga Biru resmi dibuka untuk umum. Pengurus Kampung Tembudan, melalui Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) Rindang Jaya, adalah pengelolanya. Menurut Marsuni, orang yang juga bekerja untuk BUMK, akses cor beton dibangun dari jalan raya ke tepi danau. Beberapa gazebo didirikan sehingga mempercantik panorama telaga. 

Ada sebuah menara kecil di sudut danau yang menjadi fasilitas flying fox. Dengan Rp 30 ribu, pengunjung boleh meluncur dalam kecepatan sedang untuk menyeberangi danau. Setelah tiba di seberang, enam sepeda air aneka warna berbentuk angsa akan menyambut. Sayang, hampir semuanya hanya teronggok di tepi danau. Sudah rusak. 

“Kalau ramai, sehari bisa dua ribu pengunjung,” tutur Marsuni kepada kaltimkece.id, akhir Desember 2018. Dari karcis masuk Rp 5 ribu per orang, Marsuni mengatakan, pendapatan terbesar mencapai Rp 12 juta sehari. Setiap magrib menjelang, uang tersebut dilaporkan kepada pengurus kampung. “Setelah itu disimpan di BPD (Bankaltimtara) yang berkantor tak jauh dari sini,” lanjut Marsuni. 

Objek Wisata di Sekitar Karst

Telaga Biru adalah satu dari banyak objek wisata di tepi pantai Berau. Seluruhnya berdekatan dengan pegunungan karst di Tanjung Mangkalihat --jika dilihat di peta, lokasinya tepat di moncong Kalimantan. Dari ujung hidung Kalimantan, adalah Kampung Teluk Sumbang di Kecamatan Biduk-Biduk. Ada beberapa objek wisata, yang pertama, Air Terjun Tujuh Bidadari. Dinamakan demikian karena terdiri dari tujuh tingkat. 

Sekitar tiga jam dari air terjun, terdapat Lamin Guntur Eco Lodge. Sebuah tempat peristirahatan di tepi pantai dengan pasir putih sehalus tepung terigu. Cottage-cottage serupa rumah adat suku Dayak berdiri di bawah naungan pohon nyiur. Pengunjung akan mendapatkan pengalaman menginap di rumah loteng yang menghadap ke timur. Sebangunnya dari tidur, mata disambut matahari merah yang merangkak lembut di ujung Selat Makassar. 

Di seberang Lamin Guntur, Pulau Kaniungan dicapai beberapa menit dengan perahu. Jika beruntung, bisa bertemu penyu dan lumba-lumba yang sedang mencari makan. Kejernihan laut di Pulau Kaniungan adalah surga bagi penggemar snorkeling. Para penyelam permukaan disuguhkan terumbu karang dengan aneka satwa laut yang eksotis.

Beranjak ke barat, dekat ibu kota Kecamatan Biduk-Biduk, tentu saja danau Labuan Cermin yang terkenal. Danau dua rasa itu dikelilingi karang-karang dari formasi batuan karst. Di bagian atas danau, rasanya tawar. Air ini berasal dari air hujan dan hanya sementara sebelum mengalir ke laut. Sedangkan di dasar danau, rasanya asin. Pemisah kedua air berlainan alam itu terlihat dalam sebuah garis. Obek wisata ini juga dikelola BUMK setempat. 

Sementara di sepanjang pantai Biduk-Biduk, ada ribuan pohon kelapa beralaskan rumput gajah yang lembut. Aroma pariwisata sangat terasa di sini. Penginapan menjamur, sama hal dengan rumah makan, dan titik-titik kumpul di tepi pantai. Di Teluk Sulaiman, sebuah dermaga yang dikelilingi bukit karst, menjadi pusat kuliner. Menu paling terkenal adalah masakan ikan laut yang segar. 

Beranjak ke Kecamatan Batu Putih. Selain Telaga Biru tadi, kecamatan ini merupakan tempat makam Raja Alam, gelar Sultan Alimuddin. Ia adalah Sultan Sambaliung pertama (1810-1834) yang gigih melawan penjajahan Belanda. Namanya sedang diajukan sebagai pahlawan nasional. Selanjutnya adalah perkampungan nelayan di Kecamatan Talisayan. Tepi pantainya merupakan habitat hiu paus (whale shark). Pada bulan-bulan tertentu, kawanan hiu paus menampakkan diri di pantai Talisayan. 

Kecamatan terakhir adalah Biatan. Objek wisata paling terkenal adalah pemandian air panas Bapilang. Suhu di kolam 50 meter persegi itu kira-kira 60 derajat Celcius. Kolam berdiri di hutan bakau. Dasarnya berupa batu karang. Sumber panas ini berasal dari aktivitas tektonik di dalam tanah (panas dari inti bumi yang keluar melalui celah batuan). Fenomena tektonik ini juga ditemukan di goa karst Sangkulirang, Kutai Timur (Negeri Seribu Menara Karst, Sangkulirang-Mangkalihat, 2012).

Surga Kepingan Karst

Karst adalah induk dari seluruh objek wisata di Berau Pesisir. Kejernihan air laut bermula dari ekosistem terumbu karang di sekeliling pantai. Kelak, terumbu karang ini akan menjadi daratan karst atau gunung batu gamping, sebagaimana pegunungan karst Sangkulirang-Mangkalihat dulunya adalah makhluk karang. 

Kehadiran karst yang berdiri sejajar dengan garis pantai makin menambah kejernihan air. Sejak lama, para ahli menyimpulkan bahwa pegunungan karst adalah sumber mata air alami. Air hujan yang jatuh di pegunungan karst akan disaring secara alami melalui celah bebatuan. Air itu akan keluar di anak-anak sungai, sungai bawah tanah, atau terperangkap di telaga karst. 

Air hujan yang sudah disaring sama sekali tidak bersedimen. Proses penyaringan biasanya dua sampai tiga bulan setelah musim hujan dengan debit relatif stabil (Kawasan Karst dan Prospek Pengembangannya di Indonesia, 1999, hlm 4). Itu sebabnya, hampir tidak ada delta di muara sungai di sekitar karst. Aliran tanpa sedimentasi itulah yang menjaga air laut tetap jernih.  

Keindahan hutan dan pantai yang masih alami tak hanya menarik hati manusia. Pesisir Semenanjung Mangkalihat sejatinya adalah surga bagi flora dan fauna. Di hutan Biduk-Biduk saja, hidup enam jenis primata seperti owa-owa Kalimantan dan bekantan. Ada pula beruang madu hingga burung enggang yang teramat langka itu. Sementara di lautnya, bermukim kawanan penyu, lumba-lumba, dan ikan duyung. 

Di sekujur kawasan ini ditemukan 22 mamalia, 10 di antaranya dilindungi. Ditambah 104 jenis burung, enam merupakan endemik atau hanya ditemukan di Kalimantan. Ada pula 164 jenis tumbuhan, lima merupakan endemik Kalimantan (Identifikasi CAP Biduk-Biduk, 2013, hlm 9).

Jalan Berat Nan Mahal

Meskipun begitu indah, mencapai Berau Pesisir tidaklah mudah. Ada dua jalur ke sana. Pertama, melalui Bandara Kalimarau di ibu kota Berau, Tanjung Redeb. Untuk mencapai Biduk-Biduk sejauh 223 kilometer, memangsa waktu 8 jam perjalanan darat. Meskipun seluruhnya telah beraspal, jalan provinsi itu banyak berlubang. Perjalanan pun membengkak dari waktu normal menurut Google yaitu 5 jam 24 menit. 

Jalur kedua adalah jalan darat dari Samarinda via Bontang-Sangatta-Sangkulirang-Batu Putih-Biduk-Biduk. Jika dihitung dari Sangatta, Kutai Timur, memerlukan 9 sampai 11 jam. Perjalanan harus melewati perkebunan kelapa sawit. Total dari Samarinda ke Biduk-Biduk adalah 471 kilometer dengan waktu tempuh 16 jam. Bandingkan dengan jalur Purwokerto-Surabaya dengan jarak yang sama. Untuk dua kota di Pulau Jawa itu, menurut standar waktu tempuh Google, hanya 8 jam. 

Masih sulitnya akses membuat biaya paket wisata ke Berau Pesisir terbilang besar. Untuk jalur pertama, jasa travel dari Tanjung Redeb ke Biduk-Biduk mencapai Rp 2 juta per orang. Sudah termasuk penginapan dan transportasi tetapi di luar tiket pesawat. Sementara rute kedua yaitu jalan darat dari Samarinda, satu orang bisa dikenai Rp 3 juta. Itu pun, ada syarat lagi: harus dalam rombongan besar. Tentu saja, biaya melancong ke Bali atau Jogja, masih lebih murah dan mudah dari itu. 

Baca juga: 

Jelajah Berau Pesisir bersama Bankaltimtara-1: Habis Hutan, Terbitlah Wisatawan

Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Kaltimtara (Bankaltimtara), Zainuddin Fanani, baru saja mendatangi seluruh tempat wisata di Berau Pesisir. Dia menyimpulkan, geliat wisata di kawasan ini sudah sangat baik. Bankaltimtara bahkan tidak ragu membuka kantor kas di lima kecamatan. Tujuannya mendukung industri pariwisata. Tak terhitung pula, dana tanggungjawab sosial perusahaan Bankaltimtara yang dikucurkan untuk berbagai fasilitas publik di sana. 

“Masalahnya, membangun sektor pariwisata perlu sokongan semua pihak,” terang Zainuddin, menyimpulkan hasil perjalanannya. Paling terasa adalah infrastruktur yaitu jalan. Yang kedua adalah listrik. Di Biduk-Biduk, setrum hanya menyala kurang dari 12 jam sehari, dari petang hingga hari mulai terang. Sedangkan yang terakhir, banyak lokasi wisata yang “gelap informasi.” Tidak ada sinyal telepon, apalagi internet. 

Selain jalan, listrik dan sambungan internet tentu sangat penting. Keduanya mutlak diperlukan bagi pelancong zaman sekarang. Memangnya, ada yang tak mau berpamer ria ketika sudah menginjak surga di moncong Kalimantan yang jauh dan mahal itu? (*) 

Senarai Kepustakaan
  • Setiawan, Pindi, 2012. Negeri Seribu Menara Karst, Sangkulirang-Mangkalihat, Artikel, Majalah Geomagz.
  • Adji, Tjahyo Nugroho; Haryono, Eko, dan Woro, Suratman, 1999. Kawasan Karst dan Prospek Pengembangannya di Indonesia, Jurnal, disajikan di Seminar PIT IGI di Universitas Indonesia.
  • Budiayu, Annisa, 2013. Identifikasi CAP Biduk-Biduk, Jurnal, TNC-IMP Berau. 
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar