Lingkungan

Lele Jenis Baru di Pedalaman Sungai Mahakam, Berpotensi Jadi Spesies Endemik

person access_time 5 years ago
Lele Jenis Baru di Pedalaman Sungai Mahakam, Berpotensi Jadi Spesies Endemik

Leiocassis rudicula yang ditemukan di pedalaman Sungai Mahakam. (istimewa)

Spesies baru ikan lele ditemukan di Sungai Mahakam. Gerbang cakrawala baru dalam ilmu pengetahuan.

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Senin, 02 September 2019

kaltimkece.id Perairan tawar Kaltim menyimpan kekayaan tersembunyi. Baru-baru ini, mengemuka temuan dari peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan Museum Sejarah Nasional Singapura. Didapati spesies ikan lele baru di pedalaman Sungai Mahakam. Dinamai Leiocassis rudicula.

Secara ilmiah, lele-lelean masuk spesies Ordo Siluriformes. Salah satu ciri ikan ini adalah memiliki sungut. Ordo terbagi dalam 39 famili. Publikasi LIPI menyebutkan, Leiocassis rudicula merupakan jenis ikan lele-lelean anggota ketujuh genus Leiocassis dari family Bagridae.

Dalam bahasa latin rudicula berarti sendok kayu. Penyebutan ini berasal dari kepala ikan yang berbentuk cekungan seperti sendok. Masing-masing terdapat dua sungut di bagian atas dan bawah. Mulut kecil terdapat di bagian bawah kepala.

Sekujur bagian tubuh berwarna kuning berbaur corak cokelat kehitaman. Masing-masing terdapat dua sirip di bagian atas, bawah, dan pinggir insang ikan. Tubuh ikan berbentuk besar di bagian muka. Makin kurus di bagian belakang dengan cekungan di atas mata. Rata-rata ikan berukuran 43.8—118 milimeter. Atau rentang 4,3—11,8 sentimeter.

Habitatnya hidup di sungai arus deras dan jernih dengan substrat pasir atau kerikil. Untuk saat ini, distribusinya hanya di Sungai Mahakam. Persisnya di Sungai Petung Kanan, Kecamatan Tabang, Kutai Kartanegara. Jika tak ditemukan di perairan lain, ikan ini berpotensi jadi spesies endemik yang butuh perhatian dalam konservasi.

Awalnya, butuh waktu lama menemukan spesies lele-lelean baru tersebut. Sang peneliti adalah Renny K Hadiyanti dari Pusat Penelitian Biologi LIPI. Turut terlibat Ng Heok Hee dari Lee Kong Chian, Museum Sejarah Alam, Singapura. Eksplorasi anak Sungai Mahakam dilakukan sejak 2008.

Belum ada penjelasan terperinci kapan dan bagaimana ikan tersebut ditangkap. Namun, segera setelah spesies baru itu ditemukan, langsung diteliti dan disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Jawa Barat. Identifikasi dengan melihat karakteristik ikan dibandingkan dengan penelitian jurnal terpercaya.

"Yang pasti sudah dibandingkan dengan spesies sama dan hasilnya beda. Ini spesies baru," ujar staf peneliti Laboratorium Ikan MZB, LIPI, Ilham Vemandra Utama, ketika dihubungi kaltimkece.id, Senin 2 September 2019.

Hasil penelitian tersebut dipublikasikan ke jurnal internasional Vol. 4641 pada 2 Agustus 2019. Sang peneliti, Renny K Hadiyanti, meninggal dunia beberapa saat sebelumnya. Dalam jurnal tersebut, tidak diperinci bagaimana pola makan, memijah, sampai nama lokal ikan. Sebab, ini merupakan penelitian awal.

Dosen Fakultas Perikan dan Kelautan (FPIK) Universitas Mulawarman, Iwan Suyatna menduga ikan tersebut memiliki kemiripan dengan ikan baung. Baung masuk famili sama dengan ikan spesies baru itu. Ikan family Bagridae ditemukan secara spesifik hulu Sungai Mahakam, Danau Semayang dan Danau Jempang Kutai Kartanegara. "Tapi ada nama buat ikan itu di masyarakat lokal. Namanya Kalibere," ucap peneliti perikanan tersebut.

Ditambahkan Muchlis Effendi, dosen FPIK Unmul, potensi ditemukannya spesies baru, apalagi endemik Kaltim, memiliki peluang besar. Sayangnya, masih jarang dilakukan eksplorasi dan studi skala besar mengindentifikasi sampai menemukan spesies baru di Bumi Etam.

Dalam dunia penelitian, penemuan spesies baru merupakan pintu awal riset lanjutan. Baik itu pemijahan, populasi, nilai manfaat, dan lainnya. Pria yang sering meneliti terumbu karang dan spesies air tawar tersebut, berharap penemuan ini menggenjot penelitian lain dan lanjutan.

"Penelitian lanjutan membuka cakrawala pengetahuan, khasanah, dan peluang baru penelitian. Baik dari sisi lingkungan, sampai bisnis," imbuh Muchlis. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar