Lingkungan

Pelepasliaran di Hutan Kehje Sewen, Tampung 118 Orangutan, Nyaris Kehabisan Ruang

person access_time 4 years ago
Pelepasliaran di Hutan Kehje Sewen, Tampung 118 Orangutan, Nyaris Kehabisan Ruang

Orangutan pasangan ibu dan anak dilepasliarkan pada 12 November 2019. (dokumentasi BOSF)

Kaltim hanya memiliki satu situs pelepasliaran orangutan. Hanya tersisa 30 individu tambahan yang masih bisa ditampung.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Selasa, 12 November 2019

kaltimkece.id Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Kaltim, kembali bekerja sama dengan Yayasan BOS Foundation dan PT Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI). Melepasliarkan tiga orangutan hasil rehabilitasi yang telah siap hidup liar di habitat alami. Pelepasliaran tersebut sekaligus memeringati Hari Pahlawan yang dirayakan setiap 10 November.

Pada Selasa, 12 November 2019, ketiga orangutan tersebut diberangkatkan dari Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari, Kutai Kartanegara. Menuju Hutan Kehje Sewen, hutan konsesi Restorasi Ekosistem seluas 86.450 hektare. Berlokasi di Kutai Timur.

Sisi selatan Hutan Kehje Sewen dimanfaatkan untuk pelepasliaran orangutan. Telah berlangsung sejak 2015. Perjalanan mencapai lokasi mengandalkan kendaraan darat berpenggerak 4 roda. Demikian juga perahu serta tenaga pengangkut untuk membawa kandang berisi orangutan ke titik-titik pelepasliaran. Waktu total perjalanan sekitar 20 jam.

Orangutan yang dilepasliarkan adalah pasangan ibu-anak. Yaitu Jubaedah (20 tahun) dan Jubaedi (2). Ada juga jantan dewasa bernama Titon (19).

Jubaedah dan Jubaedi diselamatkan BOSF pada awal 2019. Kedua mamalia Pongo pygmaeus tersebut menderita luka-luka dan malnutrisi parah. Setelah perawatan beberapa bulan, keduanya telah pulih dan siap dilepasliarkan.

Sementara Titon lahir di Samboja Lestari. Seiring waktu, ia mengasah keterampilan alami dan bertambah mandiri.  Titon telah siap hidup liar di habitatnya.

Pelepasliaran tersebut membuat populasi orangutan hasil rehabilitasi yang dilepasliarkan ke Hutan Kehje Sewen menjadi 118 individu. 

Sunandar Trigunajasa, kepala BKSDA Kaltim, mengatakan pelepasliaran tersebut yang terakhir tahun ini di Kaltim. “Sepanjang 2019, kerja sama kami bersama Yayasan BOS dan PT RHOI telah menghasilkan enam pelepasliaran. Memulangkan 21 individu orangutan ke habitat alami mereka,” sebutnya.

“Masih banyak pekerjaan harus kami lakukan. Masih banyak orangutan menanti kebebasan di Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari,” lanjut Sunandar.

Dalam rangka Hari Pahlawan, lanjut Sunandar semua bisa berperan. Bertindak sebagai pahlawan melindungi orangutan dari kepunahan. Mulai tidak lagi menangkap, membunuh, atau memelihara.

"Karena hal ini berpotensi mengganggu keseimbangan proses ekologi di ekosistem hutan kita. Jika melihat ada orang memelihara orangutan, laporkan kepada kami atau Yayasan BOS. Mari jaga hutan kita dan seisinya,” tutupnya.

Jamartin Sihite, CEO Yayasan BOSF, menyebut masih banyak orangutan menanti dilepasliarkan. Tapi di sisi lain, diperlukan hutan baru untuk tempat pelepasliaran. Hutan Kehje Sewen mendekati kapasitas maksimal. Paling banyak 150 orangutan.

Menurut perhitungan BOSF, ruang tersisa hanya cukup untuk 30 individu lagi. BOSF sangat membutuhkan hutan baru yang dikelola dalam skema IUPHHK-RE. Sebagai situs pelepasliaran orangutan.

“Hari Pahlawan memperingati perjuangan para pendahulu kita. Yang rela mati demi kebebasan yang saat ini kita nikmati. Kita juga bisa menjadi pahlawan dengan membantu orangutan mendapatkan kebebasan di hutan. Ini tentu tindakan yang sangat sesuai dengan Hari Pahlawan," ucapnya.

"Dukungan terhadap rehabilitasi orangutan di Samboja Lestari, berarti juga mendukung keberadaan ibu kota baru yang berkonsep hutan kota.”

Sejak 2012, BOSF telah melepasliarkan 436 orangutan. Dilakukan di tiga situs pelepasliaran Kalimantan. Di Kalimantan Tengah ada Hutan Lindung Bukit Batikap dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Sementara di Kaltim Hutan Kehje Sewen.

Sepanjang 2019 saja, orangutan yang dilepasliarkan BOS mencapai 50 individu. Khusus di Kaltim sudah 23 kali. "Kami berterima kasih kepada para pendukung konservasi di seluruh dunia atas upaya penyelamatan dan rehabilitasi orangutan dan konservasi orangutan yang lebih luas di Kalimantan," tutupnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar