Lingkungan

Ragam Kelangkaan di Cagar Alam Padang Luway, Surga Tersembunyi yang Dilindungi

person access_time 3 years ago
Ragam Kelangkaan di Cagar Alam Padang Luway, Surga Tersembunyi yang Dilindungi

Cagar Alam Padang Luway berada di Kabupaten Kutai Barat. (giarti ibnu lestari/kaltimkece.id)

Menjadi salah satu habitat anggrek di Kaltim, cagar alam ini memiliki 57 spesies anggrek alam dan jenis anggrek yang dilindungi.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Rabu, 16 Desember 2020

kaltimkece.id Provinsi ini menyimpan banyak keindahan alam yang tetap terjaga. Salah satunya Cagar Alam Padang Luway di Kabupaten Kutai Barat (Kubar). Kawasan yang juga dikenal dengan nama Kersik Luway.

Cagar alam ini dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur. Telah dikukuhkan sebagai kawasan konservasi melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor 1834/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 25 Maret 2014 dengan luas 4.785,23 Hektare (Ha).

Menjadi salah satu habitat anggrek di Kaltim, cagar alam ini memiliki 57 spesies anggrek alam dan jenis anggrek yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999. Di antaranya Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) dan Anggrek Tebu (Grammathopyllum speciosum).

Cagar Alam Padang Luway berada di Kabupaten Kutai Barat. Secara administrasi terletak di tiga kecamatan. Yakni Kecamatan Sekolaq Darat (Desa Sekolaq Darat), Kecamatan Melak (Desa Empas), dan Kecamatan Damai (Desa Keay). Berjarak sekira 350 kilometer dari Ibu Kota Kaltim, Samarinda, dengan waktu tempuh enam sampai delapan jam.

Alternatif lain menuju kawasan ini adalah jalur sungai dengan jarak tempuh sekira 17 jam. Atau melalui jalur udara  dengan waktu tempuh sekira 45 menit dari Bandara Temindung Samarinda. Beberapa waktu lalu, reporter kaltimkece.id termasuk dalam rombongan Biro Humas Setprov Kaltim yang berkesempatan menikmati keindahan Cagar Alam Padang Luway secara langsung.

Sebelum memasuki Cagar Alam Padang Luway, staf BKSDA Kaltim, Didimus, yang memandu rombongan, menjelaskan beberapa hal yang perlu diketahui sebelum masuk ke dala area cagar alam tersebut. Seperti tidak boleh merusak dengan memetik apapun yang tumbuh dalam Cagar Alam Padang Luway, tidak membuang sampah, dan tidak terpencar dari rombongan. Karena area cagar alam tersebut sangat luas. Sehingga rombongan harus benar-benar mengikuti arah pemandu.

Didimus menjelaskan bahwa Cagar Alam Padang Luway memiliki dua habitat alami. Yaitu hutan dataran rendah dan hutan kerangas. Hutan kerangas memiliki ciri khas berupa pasir (Kersik) berwarna putih dan merupakan habitat penting bagi berbagai macam anggrek terutama Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata).

"Kami di sini ada 13 orang. Tugasnya untuk mengamankan kawasan ini. Dilakukan bergantian dengan berkeliling di seluruh area setiap pagi dan sore untuk memastikan tak ada hal-hal yang tak diinginkan. Yakni gangguan tangan manusia atau dari alam, seperti kebakaran," ucap Didimus.

Di Cagar Alam Padang Luway ditemukan beberapa jenis anggrek. Di antaranya  Anggrek Penunjuk Langit (Cleisostoma discolor), Anggrek Anyaman (Dendrobium aloifolium), Anggrek Merpati Daun Berbulu (Dendrobium crumenatum), dan Anggrek Hitam (Coelegnyne pandurata). Selain itu Anggrek Pandorata Bulat (Coelognyne Foerstermanii),  Anggrek Kumis Kucing (Bulbophyllum vaginatum), Angggrek Bambu (Dendrobium acuminatissimum), dan Anggrek Tebu (Grammathopyllum speciosum).

Keberadaan anggrek-anggrek langka tersebut menjadi magnet kawasan konservasi ini. Sekaligus menjadikannya sasaran tangan-tangan jahil yang berusaha mengambil anggrek, terutama anggrek hitam. Hal inilah yang membuat cagar alam tersebut mesti dijaga keberadaannya. "Kami merawat flora dan fauna disini dengan cara menjaga dengan berpatroli tiap hari. Mereka disini tumbuh dan hidup secara alami," lanjutnya.

Selain anggrek terdapat tiga jenis kantong semar yang di lindungi pula di sini. Yaitu Nephentes reindwartiana, Nephentes gracilis, dan Nephentes ampularia. Ketiganya masuk kategori Least Concern (LC) International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). 

Sedangkan fauna di Cagar Alam Padang Luway juga beranekaragam. Terbagi dalam tiga kelas satwa. Yaitu kelas Aves (burung), mamalia, dan herpetofauna. Untuk kelas Aves ditemukan sebanyak 41 spesies dari 19 famili.

Beberapa spesies burung  di antaranya Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), Bubut Alang-alang (Centropus Bengalensis), Punai Gading (Treron vernans), Pentis Kalimantan (Prionochilus xanthopygius), Kucica Kampung (Copsychus saularis), dan Pergam Hijau (Ducula aenae). Selain itu Kirik-kirik Biru (Merops viridis), Merbah Cerucuk (Pycnonotus goiavier), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), dan lain-lain. Juga terdapat Kijang (Muntiacus Muntjak) serta Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).

Sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2011, kawasan cagar alam hanya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan Penelitian dan Pengembangan ilmu pengetahuan; pendidikan dan peningkatan konservasi; penyerapan dan penyimpanan karbon; dan pemanfaatan plasma nutfah untuk menunjang budidaya.

Cagar Alam Padang Luway dibuka untuk umum tanpa dipungut biaya alias gratis. Dibuka setiap hari selama pukul 08.00-16.00 Wita. Selain wisatawan lokal, kerap didatangi wisatawan mancanegara. Bahkan menjadi lokasi favorit pasangan calon pengantin melakukan foto pre-wedding. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar