Lingkungan

Sampel Sungai Perak yang Tercemar Diuji di Samarinda, Desa Bermai Krisis Air Bersih

person access_time 4 years ago
Sampel Sungai Perak yang Tercemar Diuji di Samarinda, Desa Bermai Krisis Air Bersih

IlustrasI: M Nauval/kaltimkece.id

Pemkab Kubar memilih bersabar menunggu hasil uji laboratorium atas sungai yang tercemar di Desa Bermai. Meredakan sorotan yang saat mengarah ke tiga perusahaan sekitar.

Ditulis Oleh: Arditya Abdul Azis
Rabu, 27 November 2019

kaltimkece.id Sudah sepekan Sungai Perak di Desa Bermai, Kecamatan Damai, Kutai Barat, tercemar. Wakil bupati Kubar meredakan dugaan pencemaran akibat buangan limbah aktivitas pertambangan dan pabrik pengelolaan kelapa sawit yang beroperasi di sekitar sungai.

Pencemaran limbah terjadi sejak 21 November 2019. Mengakibatkan ribuan hewan air mati mendadak. Mengambang di sepanjang anak Sungai Kedang Pahu tersebut. Berdampak langsung terhadap sekitar 3 ribu Warga yang sebagian besar nelayan. Selain kehilangan sumber air bersih, nelayan kehilangan sumber penghasilan.

Wakil Bupati Kutai Barat (Kubar) Edyanto Arkan telah memerintahkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kubar melakukan uji laboratorium penyebab tercemarnya sungai. Sampel air dan ikan mati tercemar limbah sudah diambil dan dibawa ke laboratorium di Samarinda, Senin, 25 November 2019.

"Jadi diduga ada polutan masuk ke badan sungai. Bahan-bahan yang bukan dari sumber air," kata Edy saat dihubungi kaltimkece.id, Rabu, 27 November 2019.

 Edy meredakan dugaan pencemaran sungai disebabkan aktivitas perusahaan tambang dan sawit yang beroperasi di sekitar kawasan Kampung Bermai. Sebab, kata dia, polutan harus diketahui parameternya terlebih dahulu. Setelah itu baru bisa ditelusuri sumbernya.

Sebagai informasi, polutan merupakan bahan atau benda yang menyebabkan pencemaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Polutan terbagi menjadi empat bagian. Yakni polutan fisik, kimiawi, biologis, dan sosial budaya.

"Kami belum bisa pastikan. Tidak bisa kita menyebut perusahaan mana selama masih menunggu data laboratorium."

Apabila hasilnya sudah keluar dari laboratorium dan sahih ada pihak terlibat dalam pencemaran tersebut, Edy memastikan pemerintah menyiapkan sanksi bagi oknum-oknum yang bandel.

 “Ya, ada ketentuan hukum. Pertama, memberi peringatan dan mendorong mereka melakukan pemulihan. Kalau dianggap merugikan, ya, akan diminta (ganti rugi) sebagai bentuk kompensasi,” tegasnya.

Edy juga membantah bila tercemarnya Sungai Perak itu sudah berlangsung menahun. Selama ini, pihaknya belum pernah mendengar laporan warga soal itu. Termasuk laporan warga yang sakit akibat sungai tercemar. Untuk saat ini, telah diperintahkan pihak kecamatan berkoordinasi dengan Pemkab apabila ada keluhan warga terserang penyakit.

Pemkab Kubar masih menunggu proses uji laboratorium. Diperkirakan memakan waktu hingga dua pekan.

Waswas Turun Hujan

Selama ini, Sungai Perak di Kampung Bermai menanggung keperluan sehari-hari penduduk sekitar. Kampung tersebut belum mendapat distribusi air bersih PDAM. Sementara di sekitarnya, terdapat tiga perusahaan. Yakni dua perusahaan batu bara, sisanya perusahaan sawit.

Ketua Badan Permusyawatan Kampung (BPK) Bermai, Dones Husein , mengungkapkan bahwa sejak ribuan ikan mati mendadak di sungai tersebut, kondisinya makin tak bersahabat dengan warga. Airnya keruh dan tak bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Agak berbusa. Kini tak satupun yang berani menggunakan air. Warga pun kesusahan air bersih.

Pihak BPK Bermai mengingatkan warga agar tak menggunakan air di sungai. Dikhawatirkan bangkai ribuan biota menimbulkan penyakit.

Menurut Husein, limbah selalu turun ke sungai ketika hujan turun. Ia bersyukur beberapa terakhir di Kubar sedang cerah. Jika tidak, hujan bisa membuat sungai semakin buruk.

Husein mengeluhkan pemerintah dan perusahaan yang belum ada tindakan. Terutama soal pasokan air bersih. Aduan tak juga mendapat respons. Sedangkan untuk membeli air minum, satu jerigen bisa mencapai Rp 7.500.

"Syukur kalau yang punya uang. Kalau yang enggak punya uang, bagaimana caranya mau dapatkan air bersih?”

Hingga saat ini, warga juga belum mendapat penjelasan otoritas terkait perihal tercemarnya sungai tersebut. Ketika ribuan ikan ditemukan mati mendadak pada Kamis pagi, 21 November 2019, petugas DLH tampak turut mengambil sampel siang harinya.

Husein sangat berharap bantuan pemerintah untuk persoalan tersebut. Warga tak bisa berbuat banyak.  Sebagian besar menggantungkan harapan di Sungai Perak lewat tangkapan ikan, terutama untuk air bersih. Adapun jarak kampung tersebut dari Barong Tongkok, salah satu kecamatan terpadat di Kubar, membentang sekitar 60 kilometer. Umumnya ditempuh dalam dua jam perjalanan.

"Saya sangat memohon bantuan. Karena kalau tidak ada bantuan, kami tidak tahu akan jadi apa kami di sini," tutupnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar