Mahakam Ulu

Merasakan Getaran Bumi Tepat di Pusat Gempa di Mahakam Ulu

person access_time 1 year ago
Merasakan Getaran Bumi Tepat di Pusat Gempa di Mahakam Ulu

Pasien di Puskesmas Long Hubung, Mahulu, dirawat di luar ruangan setelah gempa bumi. FOTO: ISTIMEWA

Lantai rumah bergetar, jendela dan pintu bergoyang-goyang. Untuk pertama kalinya di Mahakam Ulu, warga merasakan gempa bumi. 

Ditulis Oleh: Nalendro Priambodo
Rabu, 21 Juni 2023

kaltimkece.id “Puskesmas mau roboh! Puskesmas mau roboh!” 

Jeritan itu diteriakkan beberapa pasien dari ruang pelayanan di lantai satu. Kristianus Yulianto Madang, kepala Puskesmas Long Hubung di Kabupaten Mahakam Ulu, segera menghentikan pekerjaannya di lantai dua. Ia tinggalkan laporan yang sedang disusun di dalam komputer jinjing. Lantai masih bergetar, desis suara seperti atap seng yang bergesekan terdengar.

Selasa, 20 Juni 2023, pukul 12.43 Wita, Madang berdiri dari kursi kerja dan memerintahkan semua orang menuju halaman terbuka. Sebanyak 30 orang yang terdiri dari staf medis termasuk pasien yang masih memakai selang infus berlari ke luar ruangan. Seorang staf sempat pingsan di depan pintu puskesmas.

“Saya sempat berpikir, mungkin ada kendaraan besar yang melintas. Ternyata bukan. Bangunan serasa mau runtuh. Semua bergoyang,” tutur Madang kepada kaltimkece.id, Selasa, 20 Juni 2023. 

Setelah guncangan reda, para petugas medis dengan sigap memeriksa pasien. Pemeriksaan itu terpaksa diadakan di halaman ruko yang tak jauh dari Puskesmas. Sementara itu, keluarga pasien yang bermukim tak jauh dari puskesmas mulai berdatangan. Semua selamat. Tak ada yang menderita cedera karena gempa bumi tersebut. Pelayanan gawat darurat 24 jam di fasilitas kesehatan itu kembali berjalan normal. 

“Hanya beberapa sambungan plafon yang terbuka. Tapi tidak terlepas,” tutur Madang. 

Getaran juga terasa hingga ibu kota kabupaten di Ujoh Bilang. Kristina, seorang warga Ujoh Bilang, menuturkan bahwa getaran terasa selama lima detik. Pintu dan jendela rumahnya yang terbuat kayu bergetar. Ia baru tahu getaran itu gempa setelah mendapat telepon dari suaminya. 

“Saya kira ada alat berat atau anak lari-lari di halaman rumah saya,” ujar Kristina yang saat gempa sedang menidurkan anaknya di ayunan. 

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengatakan, hasil analisis menunjukkan gempa terasa di Mahakam Ulu dan Samarinda. Gempa bumi ini terjadi di kerak dangkal. Pusat gempa terletak di koordinat 1.117 LU dan 114.99 BT, atau tepatnya 47 kilometer tenggara Mahakam Ulu di kedalaman 10 kilometer.

“Gempa dengan skala 4,6 ini dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser (strike-slip),” ujar Daryono dalam keterangan pers. Berdasarkan laporan masyarakat, getaran dirasakan nyata dalam rumah seakan-akan ada truk yang berlalu. Hingga Selasa, 20 Juni 2023, pemantauan BMKG belum menunjukkan aktivitas gempa bumi susulan. 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mahulu, Agus Darmawan, juga mengatakan bahwa belum ada laporan kerusakan material dan korban luka. 

Jenis Gempa di Kalimantan

Gempa bumi sebenarnya dibagi menjadi tiga jenis menurut penyebabnya. Gempa bumi vulkanik, sesuai namanya, disebabkan aktivitas vulkanis seperti erupsi gunung berapi. Gempa bumi tektonik disebabkan pergeseran kulit bumi. Sementara gempa runtuhan disebabkan runtuhan bebatuan (Meteorologi Indonesia Volume II, 2006, hlm 12).

Di Indonesia, gempa paling banyak disebabkan pergeseran kulit bumi atau aktivitas tektonik. Kulit bumi atau litosfer terbentuk dari lapisan batuan yang relatif sangat tipis. Lapisan itu mudah pecah menjadi potongan kulit bumi yang tidak beraturan dan disebut lempeng tektonik. Lempengan ini akan bergerak karena pengaruh arus konveksi dari lapisan di bawahnya (Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta, 2007, hlm 60)

Ketika lempeng-lempeng tektonik itu bertemu, bertabrakan, atau berpisah, yang selanjutnya hadir adalah patahan dan gempa. Wilayah Indonesia yang menjadi pertemuan tiga lempeng akhirnya rawan terhadap bencana alam ini. Ketiga jalur lempeng tersebut adalah Lempeng Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia. Perjumpaan lempeng Eurasia dan Pasifik membujur di utara Papua hingga Maluku Utara. Lempeng Eurasia dan Indo-Australia membentang dari sebelah barat Sumatra, selatan Pulau Jawa, nusa tenggara, hingga Laut Banda (Penentuan Seismisitas dan Tingkat Risiko Gempa Bumi, 2013, hlm 2). 

Seorang pasien di Puskesmas Long Hubung, Mahulu, dirawat di luar ruangan setelah gempa bumi. FOTO: ISTIMEWA
 

Sebenarnya, ketiga jalur lempeng itu tidak melintasi Kalimantan. Pulau ini cenderung aman dari gempa. Kalimantan juga tidak dilewati sabuk vulkanik aktif, dan karenanya, tidak ada gunung berapi aktif sebagai penyebab gempa vulkanik. Namun demikian, bukan berarti pulau terbesar ketiga di dunia ini aman dari guncangan. Sejumlah gempa di Kalimantan telah dicatat BMKG dalam beberapa tahun terakhir. Uniknya, seluruh gempa yang melanda Kalimantan justru berjenis tektonik, yang ditimbulkan dari pergerakan lempengan bumi.

Pada 2019, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, pernah menjelaskan, Pulau Kalimantan adalah satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah. Dwikorita memaparkan, kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta. Di antaranya pertama, wilayah Pulau Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.

Kedua, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.

“Dan ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa,” jelasnya. 

Dalam wawancara terdahulu pada 9 Agustus 2018, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Samarinda, Sutrisno, pernah memberikan penjelasan. Seluruh gempa bumi di Kalimantandisebabkan kondisi tektonik di sebelah timur pulau yang cukup kompleks. Gempa di Kaltara, kawasan yang paling rawan gempa se-Kalimantan, disebabkan sesar atau patahan yang mengalami penurunan. Struktur patahan bergerak mendatar atau strike-slip fault. 

Jenis patahan mendatar ini berbeda dengan tumbukan atau merengkahnya lempengan antarbenua. Di pertemuan tiga jalur lempeng di Indonesia, struktur patahan berbentuk reserve atau sesar naik. Patahan jenis ini pula yang menyebabkan gempa berskala 7 Skala Richter di Nusa Tenggara Barat, Minggu, 5 Agustus 2018. 

Patahan Kalimantan berbeda. Ia cenderung mendatar sehingga kekuatan gempa relatif kecil dan tanpa risiko tsunami. Kerawanan gempa di Kalimantan pun berkurang. Menurut BMKG, dari tahun 1980 hingga 2013, Pulau Kalimantan hanya 42 kali diguncang gempa. Bandingkan dengan Sumatra, sebanyak 8.550 kali gempa pada periode yang sama. (*)

Senarai Kepustakaan

  • Tjasyono H.K, Bayong. 2006. Meteorologi Indonesia Volume II. Jakarta: Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta 
  • Hartono, 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: Citra Praya.
  • Sili, Petrus Demon, 2013. Penentuan Seismisitas dan Tingkat Risiko Gempa Bumi. Malang: Universitas Brawijaya Press.
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar