WARTA

Pekerjaan Berat Memensiunkan PLTU Batu Bara di Tengah Berlimpahnya Sumber Energi Bersih di Kaltim

person access_time 2 years ago
Pekerjaan Berat Memensiunkan PLTU Batu Bara di Tengah Berlimpahnya Sumber Energi Bersih di Kaltim

Operasi PLTU batu bara akan dihentikan pelan-pelan (foto: arsip kaltimkece.id)

Menghentikan operasi PLTU batu bara adalah upaya mengurangi emisi karbon. Indah terdengar tetapi masih sukar diwujudkan.

Ditulis Oleh: Muhibar Sobary Ardan
Jum'at, 19 November 2021

kaltimkece.id Rintik hujan menemani langkah I Putu Budiana Putra menaiki tangga rumah. Setelah mencapai beranda, lelaki 32 tahun ini membuka pintu dan menyalakan lampu. Pegawai Pemkab Mahakam Ulu ini segera menuju ke belakang dan menyalakan mesin cuci. Sembari menunggu pakaiannya bersih, ia merebahkan badan yang terasa lelah setelah seharian bekerja.

Hari itu sudah mulai gelap ketika rumah Putu di RT 15, Kampung Ujoh Bilang, Kecamatan Long Bagun, Mahakam Ulu, terang benderang. Sumber energi menyalakan lampu dan menggerakkan mesin cuci di rumahnya berasal dari tenaga surya. Ada tiga panel yang menangkap sinar matahari. Setiap panel berdaya 600 watt sehingga totalnya 1.800 watt. Sebelum digunakan, listrik dari panel harus melalui inverter untuk disimpan di baterai berkekuatan 2000 watt.

"Saya beli full paket termasuk panel dan baterai. Harganya Rp 25 juta, saya beli di Samarinda," tutur pria asal Tenggarong, Kutai Kartanegara, tersebut, kepada kaltimkece.id, Selasa, 16 November 2021.

Hampir setahun rumah Putu memakai listrik tenaga matahari. Walaupun harganya mahal dan perawatannya rumit, Putu mengatakan, panel surya justru ramah lingkungan. Irit juga karena ia tidak perlu membayar tagihan listrik bulanan.

"Cukup untuk menyalakan AC dan televisi,” jelas Putu.

_____________________________________________________PARIWARA

Manajer Unit Pelaksana Proyek Ketenagalistrikan (UP2K) PLN Kaltim, Rahmatan, menjelaskan bahwa PLTS yang digunakan Putu berjenis off-grid. Berbeda dengan PLTS on-grid, sumber energi listrik yang Putu pakai berdiri secara mandiri. PLTS off-grid tidak membutuhkan pembangkit yang lain baik dari swasta maupun PLN.

Tenaga surya adalah satu dari antara potensi sumber energi bukan fosil. Isu mengenai penghentian penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara makin ramai pada Conference of Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia. Gubernur Kaltim Isran Noor menjadi satu dari antara narasumbernya. Dalam konferensi perubahan iklim tersebut, Indonesia bersama puluhan negara sepakat menghentikan pemakaian batu bara.

Gubernur Isran Noor, sebagaimana dikutip dari Instagram Pemprov Kaltim, sejalan dengan keputusan tersebut. Pemprov, kata Isran, berkomitmen mewujudkan energi rendah emisi yang berkelanjutan. Termasuk, sambungnya, pemanfaatan energi baru terbarukan biofuel seperti B-30 dan B-100.  

Mewujudkan pembangkit listrik non-fosil di Kaltim adalah pekerjaan yang sangat berat. Duduk perkaranya adalah kebanyakan turbin pembangkit listrik di Kaltim saat ini digerakkan uap yang dipanaskan dari pembakaran batu bara. Berdasarkan catatan PLN Kaltim, struktur listrik di provinsi ini sebagian besar masuk sistem transmisi Mahakam yang terhubung dengan Kalimantan Selatan. Ada berbagai pembangkit di sistem transmisi itu mulai PLTU, PLTD, PLTS, hingga PLTG. Hampir semuanya mengandalkan energi fosil.

“Sebagian besar dari batu bara. Dominasi PLTU batu bara sekitar 70-80 persen dari total daya di Kaltim,” kata Rahmatan dari PLN kepada kaltimkece.id, pekan lalu.

Dari 944,8 megawatt listrik yang dialirkan di Kaltim pada 2018, PLN mencatat sebanyak 339 megawatt di antaranya disumbang empat PLTU batu bara. Dua tahun kemudian, pada 2020, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kaltim mencatat, sudah ada 13 PLTU batu bara di Kaltim. Keseluruhan daya dari PLTU eksisting batu bara sebesar 1.005 megawatt. PLTU tersebut sebagian milik PLN, lainnya punya swasta.

Di sinilah pertanyaan pentingnya. Bisakah Kaltim memensiunkan seluruh PLTU batu bara tanpa harus menghadapi krisis listrik seperti yang pernah terjadi pada 10 sampai 15 tahun lampau? Apa saja sumber energi alternatif di provinsi ini?

Potensi Energi Bersih

Kaltim sebenarnya memiliki potensi sumber energi baru dan terbarukan. Pemerintah menargetkan, kontribusi sumber energi itu sebesar 23 persen pada tahun 2025. Sedangkan pada 2030, kontribusi sumber energi baru dan terbarukan ditarget sebesar 31 persen.

Potensi sumber energi terbarukan yang paling besar di Kaltim adalah PLTA. Sumber energi ini memiliki potensi daya sebesar 1,6 gigawatt. Lokasinya tersebar seluruh Bumi Etam. Kaltim juga memiliki potensi air mini hidro di hulu Mahakam sebesar 200-500 kw (Penyusunan Rencana UMUM Ketenagalistrikan (RUKD) Provinsi Kaltim Tahun 2019-2038, hlm IV-17-18).

Akan tetapi, yang perlu diingat, angka di atas hanyalah potensi. Faktanya, belum ada PLTA yang beroperasi di Kaltim sampai hari ini. PLN menyebutkan, hanya PLTA dari Kalsel yang mengirim listrik ke Kaltim lewat sistem transmisi.

“Memang ada rencana dibangun Penajam (PPU) dan di Tabang (Kukar). Tapi saya kurang tahu. Pemerintah yang paham,” terang Rahmatan.

Potensi kedua adalah tenaga surya. Kepala Bidang Kelistrikan, Dinas ESDM Kaltim, Sony Mashur, menjelaskan bahwa ada enam pembangunan PLTS di Kaltim. Pekerjaan sedang berlangsung dan diperkirakan dapat mengaliri listrik sebanyak 690 rumah. Dinas ESDM Kaltim mencatat, terdapat 52 PLTS terpusat pada 2021 yang sudah beroperasi. Total daya keseluruhan 3.031 kilowatt atau setara untuk 5.979 kepala keluarga.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Pengamat energi dari Sekolah Tinggi Teknik (STT) Migas Balikpapan, Andi Jumardi, menilai bahwa Indonesia termasuk Kaltim masih berat meninggalkan batu bara dalam jangka pendek. Indonesia juga Kaltim merupakan pengekspor batu bara terbesar di dunia. Meninggalkan batu bara secara ekstrem tentu menimbulkan guncangan ekonomi yang besar.

Dosen yang sedang menempuh gelar doktor di Institusi Teknologi Bandung (ITB) ini menjelaskan, harga PLTU batu bara juga terhitung murah. Jika mengacu patokan pada 2015, biaya PLTU batu bara sebesar Rp 600-800 per kwh. Terendah kedua setelah PLTA yang mencapai Rp 400 per kwh.

"Jangankan kita, Tiongkok, Amerika Serikat, dan India pun sama, belum bisa move on dari batu bara," sebut Andi. Padahal, sambung dia, Kaltim memiliki potensi sumber energi terbarukan. Mulai PLTA, nuklir, biomassa, dan PLTS. Akan tetapi, semua itu perlu kajian mendalam yang berarti memerlukan waktu.

"Secara pribadi, saya menilai yang bisa menggantikan batu bara dalam waktu adalah gas bumi. Walaupun sama-sama energi fosil, gas bumi masih lebih bersih," tutupnya. (*)

Editor: Fel GM

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar