Politik

Maju di Pilbup Kukar, Perhitungan Novita Ikasari Perlu Rp 100 Miliar

person access_time 4 years ago
Maju di Pilbup Kukar, Perhitungan Novita Ikasari Perlu Rp 100 Miliar

Novita Ikasari saat mengembalikan formulir pendaftaran ke DPD PAN Kukar. (fachrizal muliawan/kaltimkece.id)

Novita Ikasari menyeriusi langkahnya bertarung di Pilbup Kukar 2020. Dimulai dengan mengembalikan formulir pendaftaran bakal calon bupati ke DPD PAN Kukar.

Ditulis Oleh: Fachrizal Muliawan
Rabu, 23 Oktober 2019

kaltimkece.id Namanya santer sebagai wajah baru dalam kontestasi Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kukar 2020. Novita Ikasari pun mulai unjuk gigi. Politikus perempuan yang pernah jadi calon legislatif (caleg) dari Partai Demokrat itu datang ke DPD PAN Kutai Kartanegara (Kukar) pada Rabu, 23 Oktober 2019.

Bunda Vita, biasa dia disapa, mengembalikan formulir pendaftaran sebagai bakal calon bupati. Disambut Ketua DPD PAN Kukar Supriyadi. Segudang persiapan telah dilaksanakan. Termasuk kemungkinan maju di jalur independen. Telah dikumpulkan 45 ribu KTP.

"Karena sudah diverifikasi, 45 ribu orang tadi rencananya saya tempatkan sebagai relawan," ujar Bunda Vita.

Perempuan berjilbab itu semula bertarung di pileg 2019. Memperebutkan kursi DPR RI daerah pemilihan Kaltim dari Partai Demokrat. Mengantongi 7 ribuan suara. Terbanyak berada di pesisir Kukar. Di antaranya Kecamatan Samboja, Muara Jawa, Sangasanga, Anggana, Muara Badak, dan Marangkayu.

Untuk bertarung di Pilkada Kukar, Vita sudah berhitung kebutuhan finansial. Hitung-hitungannya memunculkan angka Rp 100 miliar. Kondisi geografis Kukar jadi alasan. Ada 18 kecamatan mesti terjamah. "Jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan di Kukar cukup jauh," ujarnya.

Sebagai gambaran, dari pusat pemerintahan di Tenggarong menuju Kecamatan Tabang, memakan waktu 10 jam perjalanan darat. Praktis, Rp 100 miliar yang diperlukan bukan untuk membangun politik transaksional. "Itu setelah berhitung dengan luas wilayah Kukar," ujarnya.

Ditambahkan M Izul Mutho, juru bicara Bunda Vita, sebagai pendatang baru di dunia politik, tentu perlu dana yang besar untuk mencapai tingkat popularitas dan elektabilitas ideal. Berdasar survei Eskom Kreatif, popularitas Bunda Vita berada di angka 20,6 persen. Masih diperlukan berbagai kegiatan kampanye dan komunikasi untuk mendongkrak namanya. Maka, diperlukan dana yang tak sedikit. “Kemudian dimunculkan angka ideal Rp 100 miliar. Itu bukan berarti uang sedemikian besarnya harus disiapkan. Sekali lagi, itu hitung-hitungan angka ideal. Untuk memproduksi alat kampanye guna menjangkau pemilih di Kukar. Bukan dana yang telah disiapkan Bunda Vita untuk memenangkan Pilkada Kukar,” urainya.

Bunda Vita sendiri menyadari maju sebagai calon kepala daerah mesti maksimal. Meski demikian, politikus yang juga akademikus serta pengusaha itu tak memasang posisi bupati sebagai harga mati. Apabila survei menempatkan tempat idealnya sebagai orang nomor dua, ia juga menerima.

Saat ini PAN adalah partai pertama yang dilamar. Partai lain turut dipertimbangkan. "Tentu setiap hari saya berkoordinasi dengan tim. Dan menimbang-nimbang kans," terangnya.

Sowan ke Rita

Atas niatnya itu, Vita berencana kembali sowan kepada Rita Widyasari di Lapas Pondok Bambu, Jakarta Timur. Sebagai mantan bupati Kukar, masukan dari Rita untuk maju di Pilbup Kukar begitu diperlukan.  Bunda Vita merasa memiliki semangat untuk melanjutkan pembangunan yang telah dirancang dan dilaksanakan Rita. "Beliau sudah saya temui beberapa waktu lalu," ujarnya.

Vita juga telah berkomunikasi intens dengan keluarga Rita. Ia menganggap Rita sebagai inspirasi. Sosok perempuan yang kuat. Seorang pemimpin mampu yang menakhodai Kukar dalam nyaris dua periode.

AYL Kembalikan Formulir

Bakal calon bupati/wakil bupati Kukar lain turut mengembalikan formulir pada Rabu, 23 Oktober 2019. Adalah Awang Yacoub Luthman alias AYL. Rabu siang, dia mengembalikan formulir ke DPC Gerindra Kukar. Selanjutnya AYL berencana merapat ke NasDem dan PKB.

Santer dikabarkan AYL sudah memiliki pasangan untuk maju di Pilbup Kukar. Dikabarkan ulama dari wilayah pesisir bernama KH Saifudin Marzuki. AYL mengakui komunikasi dengan Kiai tersebut sudah berjalan. Meski begitu, ia menyerahkan kebijakan kepada partai pengusung kelak. "Itu bukan harga mati. Rasanya tak bijak juga bila saya egois menentukan pasangan," ujarnya. (*)

  

Dilengkapi oleh: Fitri Komariah

Editor: Bobby Lolowang

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar