Politik

Meninggalnya Petugas KPPS di Samarinda setelah Bertugas Hampir 24 Jam

person access_time 5 years ago
Meninggalnya Petugas KPPS di Samarinda setelah Bertugas Hampir 24 Jam

Foto: Ika Prida Rahmi (kaltimkece.id)

Pemilu serentak antara pemilihan presiden-wakil presiden dan calon legislatif, memberi beban ekstra untuk petugas penyelenggara.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Kamis, 18 April 2019

kaltimkece.id Pemilu 2019 telah usai. Pesta demokrasi yang berlangsung serentak Rabu, 17 April 2019, membuat seluruh petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) si-Indonesia, bekerja lebih ekstra. Demikian juga dengan Kaltim.

Relawan yang dibentuk Komisi Pemilihan Umum tersebut, melaksanakan tugas mulai persiapan, pelaksanaan, hingga penghitungan surat suara. Dari pantauan kaltimkece.id di sejumlah TPS Samarinda, penghitungan surat suara berlangsung cukup lama. Banyak surat suara dihitung. Mulai pemilihan Presiden-Wakil Presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

Tak sedikit TPS selesai melakukan penghitungan sampai Kamis dini hari, 18 April 2019. Para petugas terpaksa kurang beristirahat. Menanggung lelah demi panggilan negara. Tapi, siapa sangka, tugas mulia tersebut makan korban jiwa. Satu petugas meninggal dunia setelah bertugas.

Kejadian ini menimpa petugas KPPS TPS 03 Jalan Biawan RT 07, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Samarinda Ilir. dinyatakan meninggal dunia begitu menyelesaikan tugasnya. Dany Fatturahman diduga meninggal akibat kelelahan setelah. Ia bertugas hampir 24 jam.

Pria 41 tahun tersebut ditemukan meninggal dunia oleh anaknya. Beberapa saat setelah mengeluh sakit di bagian kepala dan perut. Ia sempat muntah-muntah lalu meminta dipijit.

Disebutkan sang adik, Dedy Wahyudi, 39 tahun, sudah dua hari terakhir Dany begadang menjaga logistik di TPS tempatnya bertugas. Agar tetap terjaga, Dany berbekal minuman kopi. Hingga masuk hari H, sudah semalaman Dany tak tidur. Sejak 07.00 Wita, ia bersiaga melayani pemilih.

Proses pemungutan suara lancar dilanjutkan penghitungan suara pemilihan presiden berjalan lancar. Petugas KPPS sempat memutuskan rehat setelah pemenang pilpres didapatkan dari TPS tersebut. Beberapa kemudian, penghitungan suara dilanjutkan untuk partai dan caleg.

Baca juga:
 

Proses ini berlangsung lama. Mulai Rabu petang hingga Kamis dini hari. Ada 153 surat suara DPT untuk dihitung. Semua tugas penyelenggara pemilu, baru rampung sekitar 05.00 Wita. Tapi Dany tak langsung pulang bersama rekan KPPS lain. Mereka memilih beristirahat di warung dekat rumahnya.

Dany sempat mengeluh sakit di kepala dan perut. Rekanan KPPS sempat menawarkan minum obat masuk angina tapi ditolak. Dany merasa sakit yang dikeluhkan akan hilang seperti biasa. "Sempat ditawari minun obat, dia pikir masuk angin biasa, jadi dia menolak. Trus bilang mau tidur lama hari ini. Ngomongnya begitu sama teman-temannya di warung," terang Dedy.

Tiba di rumah, Dany tak langsung beristirahat. Ia berencana tidur setelah mengantar anaknya berangkat sekolah. Waktu menunjukkan 06.00 Wita. Anak Dany baru bangun dari tidurnya.

Sakit di kepala dan perut membuat Dany muntah. Ia kemudian meminta tolong anak sulungnya untuk memijat. Saat dipijat, Dany tak lama tertidur. Si sulung kemudian pergi mandi dan menyiapkan perlengkapan sekolah.

Saat hendak berangkat sekolah, si sulung coba membangunkan ayah dari tidurnya. Namun, Dany tak juga sadar. Si sulung terus membangukan hingga tak sengaja memegang tangan Dany sudah dalam keadaan dingin. Takut terjadi apa-apa, si sulung memanggil tetangga. Saat diperiksa, Dany tak lagi bernyawa.

Almarhum dikenal baik dan bertanggung jawab kepada keluarga. Ia memiliki riwayat penyakit mag akut dan tekanan darah tinggi. Diduga, korban meninggal karena hipertensi, selain kelelahan setelah bertugas di TPS.

Menurut Dedy, tugas KPPS tahun ini memang ekstra. Bukan hanya satu surat suara untuk satu pemilihan. Tapi ada lima gabungan Pilpres dan Pileg. Tak ada yang menyangka tugas dengan upah Rp 500 ribu sampai bikin orang meninggal.

Dany sehari-hari bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu toko Jalan Lambung Mangkurat. Ia tinggal bersama kedua anaknya di rumah.

Jenazah Dany dimakamkan Kamis siang di pemakaman muslimin di Jalan Sentosa. Banyak pihak menyampaikan duka cita atas meninggalnya Dany. Di antaranya Ketua KPU Kalimantan Timur Rudiansyah, Kapolda Kalimantan Timur Irjen Pol Priyo Widyanto bersama Kapolresta Samarinda Kombes Pol Priyo Widyanto, hadir di rumah duka.

"Mungkin, ini sudah takdir, tapi juga faktor kelelahan. Kita lihat, frekuensi tugas KPPS menyelenggarakan pemungutan suara di TPS, cukup melelahkan. Mulai pukul 7 sampai dini hari bahkan subuh, baru selesai melaksanakan tugasnya," kata Kapolda Kaltim Priyo.

"Beliau, tidak hanya sebagai petugas PPS, tapi juga menjalankan tugas negara untuk mensukseskan Pemilu."

Sementara itu Ketua KPU Kaltim meminta rekan-rekan penyelenggara Pemilu mempersiapkan fisik sebaik mungkin menghadapi rekapitulasi suara. Ke depan, ia akan melakukan galang dana bantuan untuk keluarga yang ditinggalkan. "Kami berharap pihak-pihak peduli terhadap penyelenggara Pemilu ini, sehingga tidak terlalu terforsir," imbuhnya. (*)

  

Editor: Bobby Lolowang

 

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar