Ragam

Berbagi Ala RT 34 Sambutan, Gantung Sembako di Tepi Jalan, Siapapun Boleh Ambil

person access_time 4 years ago
Berbagi Ala RT 34 Sambutan, Gantung Sembako di Tepi Jalan, Siapapun Boleh Ambil

Dari obrolan warung kopi terbesit niatan mulia di RT 34 Kelurahan Sambutan.

Pandemi Covid-19 memberi banyak pelajaran bagi bangsa. Terutama budaya gotong royong yang belakangan memudar.

Ditulis Oleh: Robithoh Johan Palupi
Selasa, 19 Mei 2020

kaltimkece.id Pandemi ternyata memberikan banyak arti. Di saat semua mendapat cobaan, saat itu pula ujian kebersamaan nampak di permukaan. Langkah kecil di RT 34 Kelurahan Sambutan, bisa memberi inspirasi bagaimana bersama-sama menghadapi pandemi.

Minggu, 17 Mei 2020 malam, tangan Sunarto dengan cekatan memasukkan beberapa bahan makanan. Beras setengah kilogram, telur dua butir, dua bungkus mie instan, setengah liter minyak goreng yang sudah dikemas dalam plastik kecil, ia masukkan dalam wadah yang lebih besar. Berpuluh kantong plastik berwarna cerah itu telah disiapkan. Itu adalah paket yang keesokan harinya akan digantung di kerangka besi papan reklame di pojok lapangan kompleks Perum Sambutan Asri, Pelita 4.

Sunarto, pria 55 tahun yang baru mendapat amanah sebagai ketua RT sejak dua bulan silam, tidak sendirian. Untuk urusan pengemasan paket, ia dibantu puluhan relawan, dari beragam umur dan pekerjaan.

Satu warung kopi di seberang lapangan komplek perumahan tersebut, jadi markas bersama gerakan yang dinamai RT 34 Peduli, Berbagi dari Warga untuk Warga.

Kegiatan itu baru berlangsung tiga hari. Dimulai Minggu, 17 Mei 2020 pagi.

Diakui Sunarto, kegiatan itu hasil diskusi dirinya dan beberapa kolega di lingkungan tersebut. Di antaranya adalah Pak Budi.

“Ya di sini (warung kopi seberang lapangan) kami diskusi. Spontan, muncul ide dan terus kami eksekusi,” ujar Sunarto.

Awal dari aksi itu semua adalah faktor keprihatinan. Pemerintah pusat, dan turunannya hingga ke Pemkot Samarinda, memang telah menyiapkan skenario stimulus bagi warga terdampak pademi korona. Hanya saja, jumlahnya dianggap Cak Narto, sapaan karibnya, tidak masuk akal.

Di lingkungannya saja, ada 258 kepala keluarga (KK), dan dari pengamatannya, sekitar 70 KK layak mendapat bantuan. Tapi, yang tersedia dari pemerintah kota hanya 5 paket per RT. Di Kelurahan Sambutan, terdapat 40 RT, dan hanya tersedia 200 paket. Akhirnya untuk memudahkan pembagian, disepakati oleh para ketua RT, masing-masing mendapat jatah 5 paket.

Perkara tidak berakhir di situ. Karena Cak Narto juga masih harus berpikir siapa orang di dalam lingkungannya yang paling layak mendapatkan paket tersebut.

“Daripada menjadi fitnah, dan juga polemik, kami akhirnya coba membuat terobosan. Paket yang ada, kita pecah lagi biar yang menerima manfaat lebih banyak,” ungkapnya.

Memang, dari paket yang tersedia, setelah dibagi, nilainya lebih kecil. Jika dinilai dalam rupiah, satu paket setara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu.

Nah, karena jumlah paket hanya sedikit, muncullah ide untuk membuka donasi. Dari warga untuk warga. Akhirnya, donatur pun bermunculan. Beberapa memberikan bahan makanan, beberapa lainnya menyumbang dalam bentuk uang. “Uang tetap kita belanjakan bahan makanan,” tutur Cak Narto.

Lantas, kenapa bahan makanan? Pak Budi, kolega Cak Narto menyebut jika bahan makanan bisa membantu minimal untuk sekali makan. Karena bisa jadi di dalam lingkungan RT tersebut, ada warga yang telah kehabisan bahan makanan.

“Kita tidak tahu tingkat ketahanan orang lain saat menghadapi krisis seperti ini. Jadi, lebih mudah jika kita siapkan paket bahan makanan. Minimal, cukup keperluan makan sehari,” ungkapnya.

Benar saja. Apa yang diprediksi Cak Narto ataupun Pak Budi dan rekan diskusi lainnya, jadi kenyataan. Pada aksi kepedulian Minggu, 17 Mei 2020, paket yang disiapkan habis hanya dalam tempo satu jam. Dan yang mengambil tidak hanya dari lingkup RT 34. Lantaran itu pula, siapa saja yang mengambil bahan makanan, dipersilakan selama masih tersedia, dan tanpa dilakukan pendataan lebih dahulu.

“Ternyata banyak warga dari RT lain yang ikut mengambil, kami persilakan. Karena memang tidak ada batasan hanya untuk wilayah RT kami saja,” ujar Pak Budi.

Terus, kenapa bahan makanan yang tersedia digantung di pinggir jalan? Cak Narto menyebut sebagai langkah memudahkan distribusi. Juga, sebagai upaya transparansi. “Meski tidak kita data siapa saja yang mengambil paket, tapi kelihatan langsung siapa yang memerlukan bahan makanan itu.

Jadi semua ikut mengawasi, dan tidak timbul saling curiga,” ungkap Cak Narto.

Setelah aksi perdana, respons pun bermunculan. Khususnya dari para calon donatur. Cak Narto menyebut beberapa pihak sudah menyatakan kesiapannya membantu. Dari Kepolisian, TNI, tokoh masyarakat, juga tokoh yang sedang maju dalam pencalonan wali kota Samarinda.

“Kami tidak menutup diri. Semua kami terima. Kami tidak melihat dari mana atau siapa yang berdonasi, tapi kami melihat niat baik untuk berbuat bagi sesama,” ungkap Cak Narto.

“Kegiatan ini juga tak kami target sampai kapan. Pokoknya selama kami bisa, bahkan sampai korona hilang, kami akan berusaha mempertahankannya,” pungkas perantau asal Ponorogo yang baru tujuh tahun bermukim di Samarinda itu. (*)

 

Ikuti berita-berita berkualitas dari kaltimkece.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar