Ragam

Cerita Agya Ayla Community Borneo Indonesia yang Inisiatif Tambal Jalan Berlubang

person access_time 4 years ago
Cerita Agya Ayla Community Borneo Indonesia yang Inisiatif Tambal Jalan Berlubang

Kegiatan penambalan jalan oleh AACBI di Samarinda. (foto: dokumentasi AACBI)

Berbuat untuk sesama karena keresahan. Kadang diapresiasi, kadang diremehkan.

Ditulis Oleh: Giarti Ibnu Lestari
Kamis, 12 Desember 2019

kaltimkece.id Kebaikan bisa dilakukan di mana saja. Dengan, kepada, dan kapan saja. Termasuk dengan cara apa. Itulah ungkapan untuk mencerminkan kegiatan Agya Ayla Community Borneo Indonesia (AACBI).

Komunitas tersebut, menggunakan dana hasil swadaya anggota, untuk sukarela menambal lubang jalan serta memperbaiki rambu-rambu lalu lintas. Khususnya marka jalan. Membenahi secara mandiri sejumlah kerusakan yang tersebar di Samarinda.

Agya Ayla Community Borneo Indonesia (AACBI) sudah terbentuk di 10 kota dan kabupaten di Kaltim. Terdata 179 anggota dari berbagai latar belakang profesi.

November 2019, AACBI di Kutai Barat sudah dideklarasikan. Dan pada 13 Desember 2019, rombongan dari Samarinda akan menuju Berau untuk mendeklarasikan AACBI di sana. Di luar Kaltim, AACBI ada di Banjarmasin dan Palangkaraya.

Selasa, 10 Desember 2019, reporter kaltimkece.id menemui Yudi Lesmana, Ketua Umum AACBI di markas besar (mabes) mereka, Jalan RE Martadinata, Teluk Lerong Ilir, Samarinda Ulu. Pria berusia 47 tahun itu menyambut ramah.

"Awalnya komunitas ini dibentuk di Bontang pada 27 Juli 2016. Kegiatan kami awalnya ingin menjadikan komunitas ini sebagai wadah silaturahmi antara pemilik mobil Agya dan Ayla,” sebutnya.

“Artinya dengan bisa berkumpul, kami bisa sharing tentang kendala-kendala mobil kami. Mungkin ada yang punya kendala apa terhadap mobilnya dan cara mengantisipasinya. Karena 'kan kami punya kesamaan. Dengan harapan yang belum mengalaminya bisa mengantisipasi," kisah Yudi Lesmana membuka percakapan.

Ingin lebih dari sekadar kegiatan komunitas kebanyakan, muncul ide membuat kegiatan yang bermanfaat. Selain bagi anggota, juga untuk orang lain. Khususnya sesama pengguna jalan.

Abah, panggilan akrab Yudi Lesmana, mengungkapkan keresahan komunitasnya selama ini. "Setiap hari kami melewati fasilitas umum, yaitu jalan. Kami melihat ada jalan berlubang. Sebenarnya ini bukan tanggung jawab kami. Tapi kami ingin ikut berpartisipasi membantu pemerintah daerah,” urainya.

“Saat sedang santai mencari ide apa yang bisa dilakukan, tercetuslah melakukan penambalan jalan-jalan berlubang dan membantu memperbaiki rambu-rambu lalu lintas khsusnya marka jalan. Seperti ada rambu jalan yang tertutup pohon, rerumputan atau miring. Kami bersihkan dan perbaiki letaknya jika miring. Itu kami masukan dalam kegiatan bhakti sosial kami."

Awalnya, banyak kritikan ditujukan terhadap kegiatan tersebut. Salah satunya soal kewenangan. Perbaikan fasilitas publik, merupakan tugas pemerintah. “Tetapi kami berpikir, adanya lubang di jalan sangat berisiko menyebabkan kecelakaan lalu lintas bagi penggunanya. Nah, maka dari itu, kami ingin menjadi pelopor keselamatan dalam berlalu lintas. Itu kami tumbuhkan menjadi kesadaran dan kepedulian dalam diri anggota komunitas kami. Bagaimana kami perduli untuk membantu sesama anggota. Setelah itu membantu yang di luar (pengguna jalan),” terangnya.

Gerakan tersebut, juga menjadi keresahan akan budaya gotong royong yang semakin memudar. Salah satu contoh, jika ada jalan berlubang, warga sekitar hanya memberi tanda dengan ban atau diberi pohon pisang. “Saya rasa itu tidak memberi solusi. Kami datang kesana membawa semen dan pasir. Kami tutup lubangnya. Walaupun itu hanya bersifat sementara,” lanjut Abah.

Dengan tindakan tersebut, komunitas ini bermaksud memberi solusi tanpa menyinggung siapapun. Diharapkan bisa menebarkan virus kebaikan kepada seluruh pengguna jalan. Bahkan tercetus harapan gerakan serupa muncul dari komunitas lain. Sehingga bisa bersinergi.

“Setelah kami menutup lubang sementara dengan semen, nantinya terserah pemerintah. Yang penting keselamatan pengguna jalan bisa terjaga.”

Di daerah lain, selain kegiatan sosial seperti menambal jalan dan memperbaiki rambu lalu lintas, ada kegiatan seperti berbagi nasi bungkus. Membantu saat saudara-saudara kita terkena bencana seperti kebakaran.

Dalam pelaksanaannya, komunitas mengumpulkan uang kas minimal Rp 25 ribu per anggota. Tanpa paksaan. Disesuaikan kondisi perekonomian masing-masing. Khusus penambalan jalan, sumbangan tidak dipaksakan. Membantu dengan tenaga pun tak masalah.

“Dalam seminggu kami turun 2-3 kali. Tergantung temuan lubang yang harus segera ditambal. Biasanya ada anggota komunitas kami yang bergabung di ojek mobil daring, kalau ketemu lubang biasanya mereka foto dan share di group. Apakah nanti ditindak lanjuti, sesuai kesepakan bersama.”

Kegiatan sosial AACBI juga mendapat apresiasi. Mulai wali kota Bontang, Dirlantas Polda Kaltim, hingga apresiasi Kapolda Kaltim pada 2017 yang saat itu Irjen Pol Safaruddin yang memberi penghargaan di bidang menjaga ketertiban lalu lintas.

“Apresiasi-apresiasi itu merupakan penyemangat bagi kami,” sebutnya. Lewat apresiasi ini kami yakin selalu ada yang melihat. Karena kami menganggap ini sebagai salah satu bentuk ibadah,” pungkasnya. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar