Ragam

Langkah Strategis KPHL Batu Rook Menjadikan Perkebunan Kopi dan Kakao di Mahulu Bersinar

person access_time 2 years ago
Langkah Strategis KPHL Batu Rook Menjadikan Perkebunan Kopi dan Kakao di Mahulu Bersinar

Pelatihan mengembangkan pertanian kakao dan kopi Mahulu ini diadakan di Samarinda. (foto: samuel gading/kaltimkece.id)

Potensi ekonomi dari perkebunan kopi dan kakao disebut cukup menjanjikan. Tapi berbagai persoalan mengusik para petaninya.

Ditulis Oleh: Samuel Gading
Kamis, 02 Juni 2022

kaltimkece.id Potensi kekayaan alam Mahakam Ulu sungguh luar biasa. Bayangkan, lebih 80 persen dari luas wilayah kabupaten yang berada di hulu Sungai Mahakam itu masih berupa hutan. Terdiri dari hutan primer dan sekunder, jumlahnya sekitar 1,6 juta hektare (Potensi Pengembangan Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur, Jurnal Institut Pertanian Bogor, 2017, hlm 120-121).

Hutan yang masih alami ini dimanfaatkan masyarakat setempat dengan sebaik-baiknya. Tak sedikit warga Mahulu dilaporkan memanfaatkan hutan untuk bertani kopi dan kakao. Dua dokumen bertajuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Mahulu 2022-2024 serta Rencana Tata Ruang Wilayah Mahulu 2017-2037 mengonfirmasinya. Dalam dokumen tersebut, dijelaskan, perkebunan kopi dan kakao memiliki potensi meningkatkan pendapatan daerah.

Tarbiyatul Munawwarah dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kaltim pernah meneliti Kampung Long Pahangai II, Kecamatan Long Pahangai, Mahulu. Hasilnya, budi daya kakao merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat di sana. Masyarakat membudidayakan komoditas tersebut dengan model perkebunan rakyat.

Menariknya, masih berdasarkan riset Tarbiyatul Munawwarah, setiap kepala keluarga di Kampung Long Pahangai II memiliki minimal satu hektare kebun kakao. Kebun-kebun yang berumur 4-8 tahun memiliki daya produksi 20-100 kilogram per hektare. Selain usia, faktor yang memengaruhi produksi kakao adalah sanitasi kebun, kebun yang sulit diperluas, hingga hama tupai dan monyet (Laporan Akhir Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi (Lahan Sub Optimal) Wilayah Perbatasan, 2017 hlm 25).

Mahulu memiliki lima kecamatan yakni Long Pahangai, Long Apari, Long Bagun, Long Hubung, dan Laham. Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Pemkab Mahakam Ulu mencatat, luas areal kebun kakao di lima kecamatan tersebut mencapai 1,5 ribu hektare. Sebesar 838 hektare di antaranya berstatus tanaman belum menghasilkan (TBM), sisanya tanaman menghasilkan (TM). Sepanjang 2019, kabupaten ini sukses menghasilkan kakao sebanyak 288 ton.

_____________________________________________________PARIWARA

Sementara itu, UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batu Rook dari Dinas Kehutanan Kaltim meneliti pertanian kopi di Desa Long Kerioq, Long Apari. Setiap kepala keluarga di desa tersebut memang tidak memiliki kebun kopi yang mencapai satu hektare, namun jumlahnya cukup banyak. Salah satu kebun bahkan dikelola Kelompok Tani Wanita.

Adapun jenis kopi yang ditanam adalah excelsa. Dilansir dari Tempo, excelsa adalah produk yang ditanam di ketinggian di bawah 800 meter di bawah permukaan laut. Jenis kopi ini tak banyak ditemukan di daerah lain di Indonesia, dan masih jarang diperdagangkan. Hal ini disebabkan 90 persen perdagangan kopi dunia didominasi jenis arabika dan robusta.

“Citarasanya juga luar biasa. Tidak kalah dengan jenis kopi lain,” beber Kepala UPTD KPHL Batu Rook, Aris Pudji Hadi kepada kaltimkece.id, Kamis, 2 Juni 2022.

Persoalan yang dihadapi petani kopi tak jauh berbeda dengan pembudi daya kakao. Aris Pudji menjelaskan, warga hanya bisa memproduksi kopi dalam skala kecil. Penyebabnya, mayoritas warga masih menggunakan cara tradisional untuk bertani kopi. Persoalan distribusi produk menjadi penyebab berikutnya.

“Jadi, potensinya sudah ada. Tinggal bagaimana tanaman yang sudah siap panen ini bisa diolah warga dengan efisien, kemudian dipasarkan dengan baik dan benar,” jelasnya.

Upaya Memajukan Perkebunan Mahulu

UPTD KPHL Batu Rook terus mengumpulkan data pertanian kakao dan kopi di Mahulu. Agar upaya ini semakin komprehensif, beberapa waktu lalu, mereka membuat kegiatan bertajuk Pelatihan Pengumpulan Data dan Fasilitator Kajian Potensi Pengembangan Budidaya Kopi dan Kakao KPHL Batu Rook di Mahakam Ulu. Acara yang berlangsung di sebuah hotel di Samarinda Kota ini disebut untuk melatih penyuluh kehutanan KPHL Batu Rook Dinas Kehutanan Kaltim dan menyukseskan program pengembangan kopi serta kakao di Mahulu sampai 2024.

Kegiatan tersebut diikuti sekitar 40 orang. Mereka datang dari berbagai instansi seperti Dinas Lingkungan Hidup Mahulu, penyuluh kehutanan dari Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian Mahulu, PT Roda Mas Timber Kalimantan, dan PT Kemakmuran Berkah Timber. Ada juga empat mahasiswa dari Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman.

Salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut adalah peneliti madya pusat riset ekologi dan entobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Catur Budi Wiati. Kepada para peserta, perempuan berusia 49 tahun itu memberikan sejumlah materi tentang pengetahuan kajian penelitian dan penilaian desa secara partisipatif.

“Materinya mulai dari mata pencaharian, sejarah kampung, hingga analisis gender dan sumber daya alam. Harapannya, tim KPHL bisa mengumpulkan data secara mandiri,” kata Catur Budi Wiati kepada kaltimkece.id.

Kepala UPTD KPHL Batu Rook, Aris Pudji Hadi, menjelaskan tiga tahap menyukseskan program pengembangan kopi dan kakao di Mahulu. Setelah mengumpulkan data, pada 2023, KPHL akan mengadakan pelatihan dan pendampingan bagi warga Kampung Long Isun (Long Pahangai) dan Kampung Long Kerioq. Dalam usaha ini, KPHL bakal menggandeng sebuah perkebunan kakao, PT Timur Mars dari Luwu Timur, Sulawesi Selatan; dan kedai kopi bernama Malabar Mountain Coffee asal Bandung, Jawa Barat.

Pemilik Malabar Mountain Coffe adalah Slamet Prayogo, 61 tahun, warga Samarinda. kaltimkece.id pernah mengulas sepak terjangnya. Yoga, sapaannya, merupakan lulusan Fakultas Kehutanan, Unmul. Ia juga memiliki kebun kopi di Muara Badak, Kutai Kartanegara. Uniknya, kebun kopi milik Yoga berada di tengah-tengah tambak udang. Konsep yang diusungnya adalah memadukan budi daya ikan (silvofishery) dengan pertanian (agroforesty). Ia juga memiliki kebun kopi di Kota Kembang yang dijadikan tempat wisata.

“Kami (KPHL dan Yoga) sudah berdiskusi. Beliau bersedia memberikan pendampingan. Jadi, tahun depan, petani akan dibawa ke sana (Bandung) untuk studi banding,” beber Aris.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Tahap berikutnya, masih pada 2023, KPHL akan melangsungkan focus group discussion (FGD) bersama warga Mahulu. Pembahasannya soal membangun lahan percontohan. Demplot tersebut diproyeksi mengusung konsep agroforesty. Selain ditanami kopi atau kakao, kebun juga akan ditanami dengan tanaman endemik Kalimantan seperti meranti, kapur, dan bangkirai. Tujuan utamanya memberi pengetahuan kepada warga tentang mempertahankan fungsi hutan.

Tahapan yang terakhir, pada 2024, KPHL bakal memberi pelatihan tambahan kepada warga untuk mempromosikan dan membuat inovasi produk yang bermutu. Setelah itu, mereka akan mendorong pembentukan kelompok tani hutan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Program-program ini disebut sebagai kegiatan pertama KPHL Batu Rook di Mahulu.

“Pandemi sempat membuat kami tidak bisa beraktivitas. Kini, seiring melandainya kasus Covid-19, kami bisa bergerak lagi. Mudah-mudahan, apa yang kami kerjakan, sedikit banyaknya bisa membawa manfaat,” tutup Aris yang meraih double degree Program Magister (S-2) Linkage, Perencanaan Kota dan Daerah dan Teknik Lingkungan, di Universitas Gadjah Mada dan Jepang. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar