Ragam

Menilik Rencana Kota Cerdas di Ibu Kota Negara, Gagasan Besar dengan Beragam Tantangan

person access_time 4 years ago
Menilik Rencana Kota Cerdas di Ibu Kota Negara, Gagasan Besar dengan Beragam Tantangan

Ilustrasi smart city (foto: freepik.com)

Jurnalis kaltimkece.id menelaah berbagai buku, jurnal, dan artikel untuk menyigi rencana kota cerdas di ibu kota negara. Tantangannya amatlah besar.

Ditulis Oleh: Mustika Indah Khairina
Kamis, 23 Januari 2020

kaltimkece.id Dalam rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, pemerintah berupaya membangun kota cerdas atau smart city. Singapura, sebagai penyandang status kota cerdas nomor satu di dunia, berpeluang besar ambil bagian dalam proyek tersebut.

Peluang negeri jiran ini untuk turut rembuk membangun kota cerdas terlihat dari upaya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Berbicara dalam Pulse of Asia Conference 2020 di Singapura, 9 Januari 2020, Luhut mendorong Singapura menanamkan modal di Kaltim (Luhut offers Singapore to invest in Indonesia's new capital city, artikel Antara News, 2020). 

Menko menjelaskan, peluang kerja sama terbuka di bidang energi alternatif, start-up, serta pendidikan dan rumah sakit. Salah satu tujuan membangun ibu kota yang modern dan cerdas, kata Luhut, ialah mengurangi kesenjangan antara Indonesia bagian barat dan timur.

Wacana membangun kota cerdas tersebut memang tertuang dalam draf Rancangan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara. Ibu kota di Kaltim didirikan berdasarkan prinsip modern, berkelanjutan, dan berkelas internasional (draf RUU Ibu Kota Negara, bagian penjelasan pasal 5, 2020). Kota cerdas yang dimaksud draf RUU adalah manajemen tata kelola pemerintahan dan layanan publik yang cepat, efisien, efektif, dan responsif. Kinerja birokrasi ditingkatkan melalui inovasi dan teknologi yang terpadu. 

Pilihan Luhut mengajak Singapura memang beralasan. Negara tersebut saat ini menyandang status kota tercerdas di dunia. Setidaknya demikian menurut indeks yang diterbitkan IMD World Competitiveness Center’s Smart City Observatory. Indeks tersebut mendefinisikan kota cerdas sebagai lingkungan urban yang menggunakan teknologi untuk memajukan dan mengurangi kelemahan urbanisasi (Survei: Singapura 'Kota Tercerdas' Sedunia, Kota Asia Tenggara Lain di Papan Bawah, artikel Vice, 2019). 

Di kawasan Asia, tidak banyak kota yang dinilai cerdas. Hanya Taipei di Tiongkok yang masuk 10 besar kota cerdas di dunia. Kota lain di peringkat 10 besar adalah Zurich (2), Oslo (3), Jenewa (4), Kopenhagen (5), Auckland (6), Helsinki (8), Bilbao (9), dan Dusseldorf (10).

Kaum usahawan Singapura pun menyambut baik tawaran Indonesia. Joel Shen, anggota Kamar Dagang dan Industri Singapura di Indonesia menilai, negaranya berkesempatan besar dalam bisnis smart cities. Singapura dianggap sudah punya nama besar dan pengalaman membangun kota cerdas (Explainer: What Indonesia's new capital on Borneo will mean for foreign businesses, tourism? 2019, artikel Today)

Pendapat itu diamini CEO Federasi Bisnis Singapura Ho Meng Kit. Singapura memiliki peluang besar dalam mengembangkan perkotaan, menyusun perencanaan kota, infrastruktur, dan teknologi smart city di ibu kota baru Indonesia.

Jalan Panjang Kota Cerdas di Singapura 

Singapura sejatinya tidak ujuk-ujuk menjadi kota tercerdas di dunia. Upaya mengubah Singapura menjadi ‘pulau cerdas’ berjalan sistematis. Mereka telah melewati tiga fase membangun kota cerdas selama 40 tahun. 

Bagian pertama dan kedua fase tersebut adalah Rencana Komputerisasi Nasional yang ditetapkan pada 1980-1985. Setelah itu, Singapura menjalankan Rencana Teknologi Informasi Nasional pada 1986-1991 (IT2000: Singapore’s Vision of an Intelligent Island, Jurnal, 1997, hlm 1)

Ketika melewati dua fase tersebut, Singapura mengembangkan industri teknologi informasi yang berorientasi ekspor dan meningkatkan produktivitas bisnis. Hasilnya tergambar jelas. Pada 1990-an, Singapura memiliki industri teknologi informasi yang andal. Sejumlah perusahaan lokal mereka berhasil mencetak ekspor ke wilayah sekitarnya. 

Fase ketiga dimulai pada 1991. Singapura mengeluarkan IT 2000 Masterplan. Melalui rencana induk ini, Singapura diubah menjadi pulau yang cerdas. Teknologi informasi menembus setiap aspek kehidupan. Kapan pun dan di mana pun, warga memiliki akses teknologi informasi di rumah, kantor, hingga ketika rekreasi. Tujuan utama fase ini adalah meningkatkan daya saing nasional dan kualitas hidup warganya (hlm 2).

Hasilnya sudah terlihat sekarang. Singapura memiliki sistem keamanan publik yang canggih dan serba digital. Negara Singa juga memberikan kesempatan belajar seumur hidup, ruang hijau yang baik, dan akses online terhadap kesempatan kerja. Seluruhnya berbasis teknologi informasi yang keandalannya telah diakui dunia.

Nasib Kota Cerdas di Kaltim

Segera setelah Singapura menunjukkan bahwa konsep smart city membawa keuntungan, kota-kota besar di dunia mengikutinya. Pada dekade 1990-an, sejumlah negara maju ramai-ramai mengembangkan kota berbasis teknologi dan inovasi. Kota-kota ini berusaha membangun jaringan komunikasi canggih yang terintegrasi ke jaringan global (The Technopolis Phenomenon: Smart Cities, Fast Systems, Global Networks, 1992, hlm 3).

Wabah kota cerdas ini baru sampai di Indonesia satu atau dua dekade belakangan. Di Kaltim, misalnya, setidaknya sudah empat kota yang mencoba menerapkan konsep kota cerdas. Keempatnya adalah Kutai Kartanegara, Balikpapan, Samarinda, dan Bontang. 

Sampai hari ini, belum satu pun kota di Kaltim yang benar-benar bisa disebut kota cerdas, jika mengacu kepada Singapura. Kesimpulan itu diambil dengan mendudukkan smart city sebagai sebuah konsep bahwa pemerintah komit meningkatkan layanan perkotaan melalui pemanfaatan teknologi digital. 

Pembuka buku The Technopolis Phenomenon: Smart Cities, Fast Systems, Global Networks, mengejawantahkan lebih dalam tentang kota cerdas. Istilah ini berasal dari akar kata technopolis, dua frasa dalam Bahasa Yunani. Technic berarti studi tentang kesenian dan kesenian itu sendiri, sedangkan polis berarti kota (hlm 3). Secara harafiah, techonopolis adalah kota yang menerapkan seni sains dan pengetahuan ilmiah sebagai pendorong kegiatan ekonomi. 

Faktanya, masih menurut pustaka tersebut, sebagian besar negara berkembang tidak memiliki kemampuan membangun kota cerdas. Di samping Singapura, kota-kota yang berhasil menjadi "cerdas" hanya berlokasi di negara maju. Contohnya adalah Silicon Valley di Amerika Serikat dan Tsukuba di Jepang.

Tantangan Ibu Kota Negara

Menurut teorinya, negara berkembang seperti Indonesia masih perlu memusatkan perhatian kepada impor teknologi. Caranya adalah dengan mendorong investasi di dalam negeri melalui perusahaan transnasional (Technopoles of the World: The Making of Twenty-First Century Industrial Complexes, jurnal, 1994, hlm 239).

Transfer teknologi ini menjadi tantangan pertama bagi ibu kota negara Indonesia jika ingin dibangun menjadi kota cerdas. Sayangnya, Indonesia masih belum sepenuhnya mampu memanfaatkan kesempatan transfer teknologi. Masalah utamanya, kemungkinan besar, adalah monopoli pengetahuan. 

Harold Innis, bapak studi komunikasi modern, berulang kali menyinggung permasalahan “monopoli pengetahuan” yang diciptakan oleh teknologi. Monopoli terbentuk dari sebuah keadaan yang membuat satu kelompok memiliki kendali atas cara kerja teknologi. Kelompok ini kemudian mengakumulasi kekuatan (Technopoly: The Surrender of Culture to Technology 1992, hlm 9). Innis menekankan pentingnya kesetaraan teknologi. 

Tantangan berikutnya adalah faktor utama pendukung kota cerdas itu; penduduknya. Singapura memang terlihat sukses membangun lingkungan kondusif untuk mewujudkan visi kota cerdas serta ekonomi yang maju. Salah satu penyebabnya adalah sebagian besar penduduk Singapura dianggap sudah cerdas dan modern. 

Namun di balik kecemerlangan itu, Singapura tetap memiliki masalah. Contoh paling jelas adalah warga lanjut usia di Singapura yang menolak teknologi pintar di rumah mereka. Padahal, teknologi ini sebenarnya membuat harga perawatan rumah lebih hemat (The ideological alignment of smart urbanism in Singapore: Critical reflections on a political paradox, Jurnal, 2018, hlm 690).

Dalam kasus tersebut, kesetaraan teknologi yang digaungkan Harold Innis menjadi relevan. Kota yang cerdas hanya berfungsi jika penerima manfaatnya yakni penduduk kota memilih terlibat dengan gaya hidup ‘cerdas’ (hlm 691). Warga cerdas perlu dilatih dalam pengunaan teknologi digital. Keterampilan mereka perlu ditingkatkan agar dapat bekerja di perusahaan yang sudah menerapkan konsep digital (hlm 692)

Bagaimana penduduk ibu kota negara di Kaltim nantinya? Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, ibu kota akan didiami 1,5 juta jiwa. Dalam skenario pertama, penduduk yang bermigrasi terdiri dari 195.550 tenaga lembaga negara di eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Sebanyak 25.660 orang adalah anggota TNI/Polri. Keluarga dari dua kelompok di atas sebanyak 884.840 orang. Sementara estimasi pelaku ekonomi adalah 393.950 orang.

Jika melihat komposisi itu, hampir seluruh penduduk ibu kota memiliki latar belakang ekonomi yang terbilang baik. Penghasilan yang cukup secara langsung menentukan tingkat pendidikan penduduk. Keadaan ini akan menciptakan iklim penduduk "cerdas" sebagai pendukung utama mendirikan kota cerdas. Pemerintah hanya harus mewanti-wanti meledaknya arus urbanisasi agar ibu kota negara yang baru tidak menjadi Jakarta kedua. 

Tantangan membangun kota cerdas dalam pemindahan ibu kota negara tentu saja mesti dijawab. Harus diingat bahwa kota bukan hanya sebuah permukiman. Sebagaimana city yang berasal dari bahasa Latin yaitu civitas, kota adalah suatu masyarakat beserta dengan peradabannya (Kota Sosial: Aspirasi Transformasi Perkotaan di Asia, 2018, hlm 2). Ibu kota negara di Kaltim pun menjadi pertaruhan. Di kota inilah, kelak, dunia memandang peradaban sebuah bangsa bernama Indonesia. (*)

Editor: Fel GM

Penulis adalah jurnalis magang kaltimkece.id, saat ini menempuh Program Magister Jurusan ASEAN, University of Malaya, Malaysia. Gelar sarjana studi internasional diraih dari Monash University, Australia. 

Senarai Kepustakaan
folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar