Ragam

Perjuangan Pedagang Sayur di Tenggarong Berangkat Haji, Menabung dari Usia 26 Tahun sampai 53 Tahun

person access_time 2 years ago
Perjuangan Pedagang Sayur di Tenggarong Berangkat Haji, Menabung dari Usia 26 Tahun sampai 53 Tahun

Aisyah, pedagang sayur di Tenggarong yang segera beribadah haji. (foto: istimewa)

Puluhan tahun ia jualan sayur keliling. Dari pakai sepeda ontel sampai motor. Demi melepaskan rindu ke Tanah Suci.

Ditulis Oleh: Aldi Budiaris
Sabtu, 25 Juni 2022

kaltimkece.id Aisyah, namanya. Seorang pedagang sayur di Tenggarong, Kutai Kartanegara, yang bernasib mujur. Sebentar lagi, perempuan berusia 53 tahun ini menunaikan ibadah haji. Namun bukan persoalan gampang baginya pergi ke Tanah Suci. Ada perjuangan berat selama puluhan tahun di baliknya.

Kepada kaltimkece.id, Kamis, 23 Juni 2022, Aisyah bercerita, keinginan beribadah haji muncul ketika usianya masih 26 tahun. Waktu itu, ia dan suaminya mengikat janji pergi bersama ke Baitullah. Akan tetapi, takdir berkata lain. Sang suami meninggal dunia akibat penyakit lever.

Kehilangan suami tercinta sempat meredupkan niat Aisyah beribadah haji. Bagaimana mungkin, gumamnya, ke Tanah Suci tanpa tulang punggung keluarga. Demi menyambung hidup dan membesarkan dua anaknya yang masih balita, Aisyah melanjutkan usaha suaminya berjualan sayur-sayuran. Menggunakan sepada ontel, ia keliling Tenggarong menjajakan dagangan.

_____________________________________________________PARIWARA

Kantor Kementerian Agama Kukar di Jalan Muso menjadi tempat singgah Aisyah melepas peluh saat sedang berjualan. Di situ, ia kerap melihat orang-orang hendak melaksanakan ibadah haji. Melihat hal itu, hasrat Aisyah melaksanakan rukun Islam kelima bersemi kembali.

“Kalau melihat orang lain bisa berangkat haji, saya jadi ingin juga berangkat haji,” ceritanya. Tak ingin berlarut-larut, pada 1995, ia mulai menyisihkan sebagian dari jerih payahnya untuk ditabung. Biasanya, Aisyah menyebut, per hari bisa mendapatkan Rp 50 ribu dari berjualan sayur-sayuran. Sebanyak Rp 5.000 hingga Rp 10.000 di antaranya ia masukan ke celengan tanah liat.

“Saya niatkan uang itu untuk naik haji,” sebut perempuan kelahiran 1969 itu.

Lima belas tahun kemudian, Aisyah memecahkan celengan tersebut. Ia terperangah melihat isinya. Uang sebanyak Rp 26 juta berhasil ia kumpulkan. Uang tersebut lantas ia masukan ke bank penampung biaya haji. Sejak saat itu, ia semakin semangat berjualan sayur-sayuran. Sebagian dari hasilnya kembali ia masukan ke celengan. Ia pun kini berjualan menggunakan sepeda motor.

“Sampai 2019, saya mendapat tambahan Rp 13 juta. Jadi, total uang yang terkumpul Rp 39 juta. Itu sudah cukup memenuhi syarat biaya berangkat haji,” bebernya.

Suatu hari pada awal 2020, Aisyah mendapat kabar dari Kementerian Agama Kukar. Kementerian memastikan Aisyah bisa berangkat haji pada tahun itu. Wajah Aisyah berseri-seri mendengarnya. Cita-cita yang sudah lama diperjuangkannya segera terwujud.

_____________________________________________________INFOGRAFIK

Akan tetapi, beberapa bulan setelah kabar itu datang, badai pandemi Covid-19 melanda hampir sepenjuru dunia. Sejumlah negara membatasi aktivitas, termasuk Arab Saudi yang menjadi tempat ibadah haji dilaksanakan. Aisyah pun mendapat kabar lagi bahwa perjalanan hajinya harus ditunda demi mencegah penularan virus mematikan itu.

“Saya sedih betul waktu itu tapi, ya, mau bagaimana lagi,” ucapnya, pasrah.

Allah SWT memang sayang kepada hambanya yang sabar. Demikian isi hati Aisyah ketika menerima kabar terbaru dari Kementerian Agama Kukar, dua tahun selepas kabar penundaan. Namanya dinyatakan masuk daftar calon haji yang akan berangkat ke Makkah, Arab Saudi, pada 26 Juni 2022 bersama 167 jemaah yang lain. Sebagian jemaah Indonesia bahkan sudah tiba di Tanah Suci.

“Alhamdulillah, senang sekali rasanya, keinginan selama 27 tahun itu segera terlaksana,” kuncinya. (*)

Editor: Surya Aditya

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar