Ragam

Rahasia Durian yang Fenomenal di Samarinda, Jual Habis Ribuan dalam Sehari

person access_time 5 years ago
Rahasia Durian yang Fenomenal di Samarinda, Jual Habis Ribuan dalam Sehari

Foto: Ika Prida Rahmi (kaltimkece.id)

Ribuan durian terjual dalam sehari. Dijajakan setiap 06.00 Wita, ludes hari itu juga.

Ditulis Oleh: Ika Prida Rahmi
Senin, 28 Januari 2019

kaltimkece.id Sinar matahari siang, Jumat 25 Januari 2019, cukup menyengat kulit. Puluhan orang bergerumun. Berburu durian yang dijajakan Yeza Mahendra. Tercium orama khas dari ribuan durian yang dikelompokkan besar dan kecil. Perlahan dari menumpuk jadi habis terjual.

Pembeli tak henti datang dan pergi. Silih berganti. Durian yang dijajakan Yeza, memang selalu menjadi incaran.

Yeza merupakan salah satu dari sekian banyak pedagang musiman durian. Namun, tidak seperti pedagang lainnya yang berjualan di pinggir jalan. Yeza berjualan di rumah mertua. Sejak 2008 ia bermukim di Perumahan Tepian, Jalan PM Noor, Kecamatan Samarinda Utara.

Meski berjualan di tengah permukiman, lapak Yeza nyatanya sangat ramai dikunjungi. Saking ramainya, dalam sehari bisa 1500 durian terjual. Omzet-nya sekitar Rp 15 juta per hari.

"Itu kotornya. Untuk modal lagi sama bayar yang kerja. Kalau untung bersihnya buat saya sendiri Rp 3 juta," ucap Yeza.

Berdagang durian, Yeza memiliki brand bernama "Durian Abah". Aneka durian lokal disediakan. Setiap harinya didatangkan dari Kutai Barat. Ribuan durian itu disusun depan teras rumah. Petunjuknya adalah spanduk besar bewarna putih bertuliskan Durian Abah.

"Setiap pagi durian yang dijual selalu fresh. Setiap jam 3 pagi durian datang dari Kubar. Jadi mulai jualannya jam 6 pagi. Sudah sore durian pasti habis," kata Yeza.

Dalam keseharian, sekitar 10 pegawai dipekerjakan. Berbagi tugas mulai membelah hingga membungkus ke kemasan mika. Ada juga yang melayani pembeli menyantap langsung di sana. "Setiap harinya ramai begini terus," terang Yeza.

Buah Selektif dan Ketelitian

Di balik kesuksesan berdagang durian musiman, ada kepercayaan yang dibangun dengan konsumen. Kualitas, pelayanan, dan media sosial adalah kunci utama pola berdagang Yeza.

Pemuda tersebut mulai merintis usahanya itu pada 2011. Semula berjualan di pinggir jalan seperti pedagang durian umumnya. Namun, hasil yang didapatkan kurang memuaskan.

Mulai 2013, Yeza berdagang rumahan. Dibuatkan merk agar makin dikenal. “Nama Durian Abah untuk dedikasi saya kepada Abah (ayah), karena Abah duluan merintis jualan durian," kata Yeza

Menjual durian dilakukan dengan cara berbeda. Selain pembeli membuka sekaligus merasakan langsung durian yang dipilih, ada garansi untuk para konsumen. Jika durian rusak serta kurang enak, dapat ditukarkan kembali.

"Kami sediakan mika, kalaupun ada rusak sedikitpun kami ganti dengan yang bagus. Ada garansi yang kami berikan. Jadi pembeli beli satu buah itu enggak ada yang rusak. Saya timbulkan kepercayaan pembeli akan mendapatkan durian yang bagus. Tanpa ada yang rusak."

Menurut Yeza, pola itu berhasil memunculkan kepercayaan pembeli. Terlebih, karena rasa dan kualitas, pembeli terus berdatangan.

"Jadi lebih transparan. Kalau ada durian enggak enak, atau ada enggak suka rasa agak pahit, boleh diganti. Pembeli bebas memilih. Pembeli enggak asal dapat. Enak enggak enak dipaksa beli. Intinya kualitas dan pelayanan, yang penting itu. Maupun di dalam gang ujung, orang pasti datang," kata Yeza.

Untuk memperluas jangkauannya, Yeza mempromosikan dagangan via sosial media seperti. Dari situ, pembeli berdatangan dari segala penjuru. Tak hanya di Samarinda, bahkan dari luar daerah. "Pembeli ada dari luar kota, seperti Balikpapan, Bontang, dan Kukar. kebetulan lagi di Samarinda, mampir. Mereka yang beli durian ke kami itu memasang status. Mereka yang malah mempromosikan Durian Abah di media sosial mereka," tuturnya.

Di luar aktivitas berdagang musiman, Yeza adalah seorang fotografer. Bisnis durian hanya dilakoni saat musimnya tiba. ”Selebihnya saya fotografer prawedding, wedding, dan studio foto,” ungkap pria 31 tahun ini.

Berjualan durian dijalaninya setelah sang ayah tak lagi berdagang. Ayah Yeza merupakan petani durian Kampung Intu Lingau, Kecamatan Nyuatan, Kutai Barat. Dari kebun ayahnya, ratusan pohon bisa menghasilkan ribuan durian. "Durian dari sebagian abah saya yang punya kebun. Sebagiannya lagi punya petani sana," kata Yeza.

Durian Abah mempekerjakan orang khusus menyortir dan mengirim buah ke Samarinda. Durian dipilih dengan selektif. Hanya yang berkualitas diteruskan ke ibu kota Kaltim. Dan mendapatkan durian yang enak, terbilang susah-susah gampang.

Durian terpilh mesti yang jatuh langsung dari pohonnya. Durian begini memiliki level kematangan, aroma, dan rasa yang sangat nikmat. Maka, diutuslah orang kepercayaannya tinggal di tengah kebun. Didirikan gubuk kecil, khusus untuk memantau durian jatuh.

Setelah dikumpulkan, durian-durian tersebut kembali diseleksi. Proses tersebut dilakukan hingga tiga kali sebelum akhirnya dikirim ke Samarinda. "Jadi betul-betul dipilih yang terbaik. Ada tiga kali proses. Semua disortir dipilih yang terbaik. Hasilnya ketika dijual, sangat jarang saya mendapatkan durian rusak dan tidak enak."

Ketelitian berbuah manis, semanis durian-durian yang dijajakan. Keuntungan tahun ini melebihi yang sudah-sudah. "Paling ramai musim durian kali ini. Sangat panjang. Sampai sekarang musim durian sudah lima bulan," pungkas Yeza. (*)

 

Editor: Bobby Lolowang

folder_openLabel
shareBagikan Artikel Ini


Artikel Terkait


Tinggalkan Komentar